Menghadapi kondisi begini, pemerintah tidak perlu tergopoh-gopoh dan akhirnya bertindak gegabah. Tindakan gegabah pernah dilakukan Mensos Kofifah dalam merespons pemberitaan Kompas. Ia membawa bantuan berkadus-kardus mie instant (3). Ini adalah tindakan memperkenalkan masyarakat pada racun. Monokultur konsumsi pangan pokok beras saja sudah merepotkan dan sulit mengembalikan kultur masyarakat pada pola konsumsi beragam pangan. Lha ini, ditambah lagi dengan memperkenalkan mie instant.
Sebaiknya pemerintah menghindari bersandar pada pendekatan "pemadam kebakaran". Adalah lebih baik mengambil langkah yang lebih strategis untuk melengkapi peningkatan produktivitas pertanian pangan. Langkah itu bisa berupa mendorong masyarakat mengingat kembali beragam potensi pangan yang tersedia di sekitar mereka. Mengenali, mengembangkan teknik pengolahannya, dan menyediakan di meja makan. Syukur-syukur jika masyarakat bisa didorong untuk mendomestifikasi, membudidayakan.
Dengan langkah ini, bukan saja orang terhindar dari kelaparan, tetapi juga pola konsumsi masyarakat menjadi lebih bergizi seimbang. Salah satu syarat pemenuhan gizi seimbang adalah penganekaragamaan konsumsi pangan.
Demikianlah. Semoga menyumbang sedikit coretan pada gambar besar kondisi pangan di NTT.
***
Tilaria Padika
Timor, 12/03/2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H