Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menanggapi Artikel "Orang Sumba Makan 'Ughi'" dan Konsep Manajemen Pangan di Timor

16 Maret 2018   07:13 Diperbarui: 16 Juni 2018   17:25 1715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capture sampul buku Pemetaan Pangan Lokal. Dokpri

Bagi orang Timor, kondisi krisis pangan adalah ketika persediaan pangan di dapur/lumbung telah menipis. Mereka menyebut itu sebagai kondisi amnahas. Bahasa Indonesia yang masih belum cukup kaya menyetarakannya dengan kelaparan. Hal inilah yang membuat saya pernah melemparkan ke sejumlah kawan agar mengusulkan ke dewan bahasa atau lembaga apapun yang kompeten untuk menyerap istilah amnahas ke dalam Bahasa Indonesia.

Amnahas bukan kelaparan sebab masih tersedia sumber lain dalam sistem cadangan pangan masyarakat. Masih ada ternak untuk dijual dan tumbuhan pangan di halaman belakang rumah, ladang bera, dan hutan.

Amnahas tidak bisa juga diwakili oleh kelangkaan (scarcity) sebab kelangkaan dalam persepsi politik pangan kita yang menganut ketahanan, bukan kedaulatan dilihat dari ketersediaan di pasar. Amnahas adalah kondisi menipisnya stok di lumbung atau dapur (dapur sebagai lumbung) dan stok itu merupakan hasil panen dari kebun.

Amnahas biasanya terjadi mulai Oktober hingga Februari. Musim panen Jagung (pangan pokok orang Timor) terjadi di bulan Maret-April. Hasil panen umumnya bertahan hinga Oktober. Sejak Oktober hingga Februari, sebelum panen baru, masyarakat mengalami amnahas. Karena lazim, mereka menyebut ini sebagai fun amnahas. Bukan amnahas yang menyenangkan, lho. Amnahas yang normal terjadi.

Biasanya ketika amnahas menjadi lebih panjang oleh kemarau atau anomali iklim yang berdampak pada gagal tanam atau gagal panen, masyarakat mulai manfaatkan cadangan pangan di lapis kedua dan ketiga. Tidak selalu dalam urutan demikian. Lapisan ketiga bisa saja lebih dahulu dimanfaatkan.

Dengan perkembangan terkini, ketika pasar pangan, terutama beras menginfiltrasi ke pelosok-pelosok desa, sering kali cadangan pangan lapis kedua dan ketika tidak dimanfaatkan. Upah sebagai buruh lepas atau hasil menjual kayu bakar dapat dipakai membeli beras.

Ada sangat banyak jenis sumber pangan lokal berupa tumbuhan yang pernah (sebagian besar masih) dikenali dan dimanfaatkan orang Timor.

Pada 2012 silam, saya (sebagai versi offline) terlibat dalam tim riset Dr. Wayan Mundita (dibiayai Perkumpulan Pikul dan Oxfam) untuk memetakan pangan lokal masyarakat di Pulau Lembata, Rote, Sabu, serta Kabupaten Kupang dan TTS. Hasil riset itu telah terbit dalam buku yang boleh Anda unduh versi digitalnya di tautan Perkumpulan Pikul ini). Kami berhasil memetakan sangat beragam (jenis dan intra-jenis) sumber pangan pokok nabati, baik itu tanaman yang sengaja dibudidaya atau tumbuhan yang belum didomestifikasi, yang dikenali dan pernah atau sedang dimanfaatkan masyarakat.

Untuk jenis serealia ada jali (Coix lacrima-jobi L.), cantel (Sorghum bicolor), padi (Orya sativa), jagung (Zea mays), dan jewawut (Setaria italic).Umbi-umbian lebih banyak lagi jenis dan varian-nya. Ada suweg (Amorphophallus paeniifolius), ganyong (Canna indica), talas atau keladi (Colocasia esculenta), uwi (Dioscorea alata), uwi buah (Dioscorea bulbifera), gembili (Dioscorea esculenta), uwi pasir (Dioscorea pentaphylla), kimpul (Xantoma sagittifolium) serta tentu saja singkong (Manihot esculenta) dan ubi jalar (Ipomoea batatas). Ada 12 jenis kacang-kacangan, baik budidaya, pun tumbuhan liar; dan setidaknya 7 tumbuhan dan tanaman yang buah/bunga/batangnya digunakan sebagai pangan sumber energi. Jadi tidak termasuk yang dijadikan sayur.

Dalam kondisi normal, sumber-sumber pangan ini ada yang dimanfaatkan sebagai camilan di pagi dan sore hari dan atau diberikan kepada ternak. Dalam kondisi amnahas yang berkepanjangan, masyarakat pedesaan memanfaatkannya sebagai pangan.

Ketika masyarakat di Timor memanfaatkan aneka tanaman dan tumbuhan non-domestifikasi ini sebagai bahan pangan, bukan berarti masyarakat sedang mengalami kelaparan yang membutuhkan status siaga sekian yang mengundang kepanikan. Tetapi tidak berarti juga kondisi sedang aman-aman saja. Kondisi ini adalah indikator ketersediaan pangan di lumbung dalam kondisi kritis oleh sebab yang tidak normal (biasanya karena bencana dan kekeringan yang berdampak gagal panen atau gagal tanam).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun