Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Inggris-Rusia Tegang Soal Pembunuhan Mata-mata

15 Maret 2018   08:08 Diperbarui: 12 Juni 2018   13:31 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah dari medium.com

Perang dingin sudah lama berakhir. Generasi zaman ini hanya tahu aktivitas mata-mata atau spionase lewat film-film Hollywood. Maka pembunuhan bekas mata-mata Rusia di Inggris awal Maret lalu adalah berita menghebohkan. Apalagi hal ini berbuntut ketegangan internasional. Perdana Menteri Inggris ancam mengusir 23 diplomat Rusia yang berprofesi ganda sebagai mata-mata.

Ancaman PM Theresa May itu disampaikan dihadapan parlemen Inggris kemarin (14/3) menyusul kematian  Nikolai Glushkov (64), eks warga Rusia yang ditemukan tewas Senin malam (12/3) lalu.

Glushkow adalah mantan direktur Aeroflot, perusahaan penerbangan Rusia (era 1990an). Ia juga orang dekat Berezovky dan direktur LogoVAZ, perusahaan mobil milik raja bisnis, ilmuwan, dan mantan pejabat pemerintah Rusia itu. Berezovky merupakan oposan terkemuka Presiden Putin.

Ketika Berezovky melarikan ke London (1999), Glushkow diadili dan dipenjarakan (2004) pemerintah Rusia atas tuduhan korupsi dan pencucian uang. Setelah bebas, ia ikut jejak tuannya melarikan diri ke Inggris untuk mendapatkan suaka politik.

Tetapi kemarahan Pemerintah Inggris secara formal bukan terkait kematian Glushkow yang masih diselidiki penyebabnya. Ancaman PM Theresa May itu berkaitan dengan peristiwa sebelumnya, upaya pembunuan terhadap Sergei Skripal (66 tahun) dan putrinya Julia (33) pekan sebelumnya, Minggu (5/3).

Sergei adalah mantan perwira intelijen Rusia, FSB, yang berprofesi sebagai agen ganda untuk pihak Inggris. Sergei dipenjara Rusia pada 2006. Pada 2010, pemerintah Rusia mengirim Sergei ke Inggris, menukarnya dengan Anna Chapman, agen Rusia berkewarganegaraan Inggris.

Pada 2017, putra Sergei juga dibunuh. Istri Sergei mati dibunuh beberapa tahun sebelumnya. Kini Sergei dan putrinya kritis dan dalam perawatan intensif.

Sergei dan Julia coba dibunuh pakai racun syaraf, yang setelah diselidiki ternyata racun syaraf kelas militer milik Rusia, Novichok. Hasil penyelidikan inilah yang meyakinkan Inggris akan keterlibatan Rusia.

Motif upaya pembunuhan Sergei serupa pembunuhan terhadap Alexander Litvinenko satu dekade lalu, November 2006.

Litvinenko adalah mantan pejabat Federal Security Service (FSB) dan KGB Rusia. Ia agen ganda yang bekerja untuk pemerintah Inggris. Litvinenko melarikan diri dari Rusia dan mendapat perlindungan politik di Inggris.

Litvinenko dibunuh pakai racun polonium-210. Tersangka utama adalah Andery Lugovoy, mantan agen Federal Protective Service (FSO) Rusia. Hingga kini Lugovoy hidup bebas di Rusia.

Sikap Pemerintah Inggris yang mendesak penjelasan dari Rusia didukung pula oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa. Namun Pemerintah Rusia menolak menjawab sebelum menerima sampel racun dari Inggris. Rusia bahkan mengancam membalas jika Inggris mengusir diplomatnya.

Di Indonesia, pembunuhan oleh mata-mata menggunakan racun terjadi pada 7 September 2004. Munir, aktivis Hak Asasi Manusia yang sangat berani membongkar kasus-kasus pembunuhan aktivis oleh militer Orde Baru dibunuh oleh Pollycarpus yang diduga kuat agen Badan Intelijen Negara (BIN) dalam penerbangan menuju Belanda. Pollycarpus meracuni Munir dengan racun Sianida.

Hingga saat ini baru Pollycarpus, Indra Setiawan dan Rohanil Aini yang dipenjarakan. Otak di balik pembunuhan ini tidak tersentuh. Muchdi PR, petinggi BIN yang sangat sering berkomunikasi dengan Pollycarpus divonis bebas.

Tim Pencari Fakta Kasus Munir tidak dapat berbuat banyak sebab beberapa pejabat BIN seperti Kepala BIN Hendropriyono dan Pejabat BIN Bambang Irawan yang dekat dengan Pollycarpus (sering bepergian dan latihan menembak bareng) menolak memberikan keterangan.

Istri Munir, Suciwati bersama para orang tua aktivis korban pembunuhan semasa Orde Baru masih melakukan aksi setiap hari Kamis di depan istana, menuntut Presiden Jokowi menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM. Aksi Kamisan ini telah berlangsung selama 11 tahun.

Saat ini Muchdi PR dan Pollycarpus bergabung ke Partai Berkarya milik Tommy Soeharto. Tommy adalah anak Soeharto yang menjadi narapidana kasus pembunuhan hakim agung Syafiuddin Kartasasmita pada Juli 2001. Pembunuhan itu terkait vonis penjara terhadap Tommy Soeharto atas keterlibatannya dalam ruislag PT Goro dan Bulog yang merugikan negara sebesar Rp 95,6 miliar.

Di Partai Berkarya, Muchdi PR, Pollycarpus, dan Tommy Soeharto bersatu. Tommy sebagai pemilik, Muchdi Dewan Pembina, dan pollycarpus di kepengurusannya.

Eeeeh, kok jadi bahas para pembunuh di Indonesia ya?

Baca artikel-artikel Tilaria Padika terkait persoalan luar negeri


***

Tilaria Padika

15/02/2018

Sumber:The Guardian, Reuter,Independent,Telegraph

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun