Perang dingin sudah lama berakhir. Generasi zaman ini hanya tahu aktivitas mata-mata atau spionase lewat film-film Hollywood. Maka pembunuhan bekas mata-mata Rusia di Inggris awal Maret lalu adalah berita menghebohkan. Apalagi hal ini berbuntut ketegangan internasional. Perdana Menteri Inggris ancam mengusir 23 diplomat Rusia yang berprofesi ganda sebagai mata-mata.
Ancaman PM Theresa May itu disampaikan dihadapan parlemen Inggris kemarin (14/3) menyusul kematian  Nikolai Glushkov (64), eks warga Rusia yang ditemukan tewas Senin malam (12/3) lalu.
Glushkow adalah mantan direktur Aeroflot, perusahaan penerbangan Rusia (era 1990an). Ia juga orang dekat Berezovky dan direktur LogoVAZ, perusahaan mobil milik raja bisnis, ilmuwan, dan mantan pejabat pemerintah Rusia itu. Berezovky merupakan oposan terkemuka Presiden Putin.
Ketika Berezovky melarikan ke London (1999), Glushkow diadili dan dipenjarakan (2004) pemerintah Rusia atas tuduhan korupsi dan pencucian uang. Setelah bebas, ia ikut jejak tuannya melarikan diri ke Inggris untuk mendapatkan suaka politik.
Tetapi kemarahan Pemerintah Inggris secara formal bukan terkait kematian Glushkow yang masih diselidiki penyebabnya. Ancaman PM Theresa May itu berkaitan dengan peristiwa sebelumnya, upaya pembunuan terhadap Sergei Skripal (66 tahun) dan putrinya Julia (33) pekan sebelumnya, Minggu (5/3).
Sergei adalah mantan perwira intelijen Rusia, FSB, yang berprofesi sebagai agen ganda untuk pihak Inggris. Sergei dipenjara Rusia pada 2006. Pada 2010, pemerintah Rusia mengirim Sergei ke Inggris, menukarnya dengan Anna Chapman, agen Rusia berkewarganegaraan Inggris.
Pada 2017, putra Sergei juga dibunuh. Istri Sergei mati dibunuh beberapa tahun sebelumnya. Kini Sergei dan putrinya kritis dan dalam perawatan intensif.
Sergei dan Julia coba dibunuh pakai racun syaraf, yang setelah diselidiki ternyata racun syaraf kelas militer milik Rusia, Novichok. Hasil penyelidikan inilah yang meyakinkan Inggris akan keterlibatan Rusia.
Motif upaya pembunuhan Sergei serupa pembunuhan terhadap Alexander Litvinenko satu dekade lalu, November 2006.
Litvinenko adalah mantan pejabat Federal Security Service (FSB) dan KGB Rusia. Ia agen ganda yang bekerja untuk pemerintah Inggris. Litvinenko melarikan diri dari Rusia dan mendapat perlindungan politik di Inggris.
Litvinenko dibunuh pakai racun polonium-210. Tersangka utama adalah Andery Lugovoy, mantan agen Federal Protective Service (FSO) Rusia. Hingga kini Lugovoy hidup bebas di Rusia.