Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pesan Penting tentang Asal Mula Peperangan dalam "The Pirates of Somalia"

27 Februari 2018   08:03 Diperbarui: 1 Maret 2018   02:46 3226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penjajahan mengubah wajah Somalia, bermula sekitar 1840-1886 ketika asosiasi perusahaan Inggris mengadakan perjanjian dagang dengan para ketua klan di wilayah utara Somalia. Pada 1875, Mesir merebut sebagian wilayah utara namun diusir aliansi Prancis dan Inggris 5 tahun kemudian. Prancis lalu menguasai sebagian wilayah Somalia yang kemudian merdeka sebagai Republik Djibouti. Hampir bersamaan (1897-1908), Italia menancapkan pengaruhnya di wilayah Selatan Somalia. Pada 1897 Ethiopia mengambilalih Ogaden di bagian Barat.

Peta Somalia. Sumber: lonelyplanet.com
Peta Somalia. Sumber: lonelyplanet.com
Baru pada Juli 1960, Somalia Selatan dan Utara merdeka dari penjajahan Italia dan Inggris, kemudian bersatu sebagai Republik Somalia.

Sebagaimana terjadi di hampir seluruh wilayah jajahan, politik devide et impera mempertajam persaingan dan pertentangan antar entitas, dalam konteks Somalia antar klan. "Colonial administrators established a patrimonial system of resource distribution, employed tactics of divide and rule along clan lines, and engaged in collective punishment of clans," bunyi artikel yang dipublikasikan World Peace Foundation.

Maka ketika para penjajah meninggalkan Somalia, jejak kotor mereka, persaingan antar klan, telah membatu, berubah menjadi konflik memperebutkan kekuasaan atas Somalia yang merdeka.

Aden Abdullah Osman Daar dan Abdirashid Ali Shermarke, presiden pertama dan kedua dari partai Somalia Youth League (SYL) memerintah Somalia dengan pola patronase klan. Keanggotaan partai-partai juga berkembang seturut relasi klan. Ketika pemerintahan Abdirashid kian korup dan kolutif, Mohamed Siad Barre, seorang perwira militer muda melakukan kudeta berdarah.

Siad Barre adalah rezim yang unik. Ia mengklaim diri sebagai seorang sosialis yang didukung Uni Soviet tetapi juga mendapat sokongan finansial dari Eropa dan Amerika Serikat. Siad Barre tidak sabar melihat perubahan, memilih menjalankan pemerintahan dengan gaya Stalinis Rusia, menjadi seorang diktator.

Pemerintahan Barre hanya mengakui satu partai, partainya sendiri, the Somali Revolutionary Socialist Party (SRCP) yang mengambil garis campuran antara Marxisme-Stalinis dan Alquran. Kepemimpinan partai dan pemerintahan berada di tangan the Supreme Revoluiton Council (SRC)--bubar pada 1976. Yang bikin tambah ruwet, alih-alih mengeliminasi fraksi-fraksi politik berbasis klan, Barre justru memberikan sogokan kekuasaan mengatur wilayah pedesaan kepada para tetua klan besar dan mempersenjatai milisi sejumlah klan yang mendukungnya. 

Tentu saja di mana pun sosialisme coba dibangun tanpa demokrasi, dengan jalan Stalinis, di sana ada perlawanan. Demikian lah, demokrasi dan kesejahteraan adalah dua sisi sekeping kebutuhan dasar manusia yang tidak bisa dikorbankan salah satunya.

Pada 1977, Somalia melancarkan perang terhadap Ethiopia untuk merebut kembali wilayah Ogaden. Baik Uni Soviet, Amerika Serikat dan Eropa tidak menyetujui tindakan itu. AS dan Eropa menarik dukungan dana terhadap pemerintahan Barre. Di sisi lain, Uni Soviet memberikan bantuan persenjataan kepada Ethiopia, dan para revolusioner Kuba bahkan terjun langsung untuk berjuang bersama tentara Ethiopia.

Pemerintahan Revolusioner Kuba di bawah pimpinan Fidel Castro dan Che Guavara memandang Barre sebagai seorang fasis, bukan sosialis. Setelah serangkaian pertemuan dengan Barre (Somalia) dan Haile Mariam (Ethiopia) untuk memediasi perdamian, Castro menyatakan, "I have made up my mind about Siad Barre, he is above all a chauvinist. Chauvinism is the most important factor in him." (2)

Barre kalah perang. Friksi pecah di internal angkatan bersenjata Somalia dan memuncak pada upaya kudeta. Barre membalasnya dengan pembantaian terhadap klan Majeerteen yang menjadi pendukung mayoritas Somali Salvation Democratic Front (SSDF), partai yang didirikan para perwira militer inisiator kudeta. Sekitar 2.000 orang anggota klan ini tewas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun