Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Percakapan Senja Petani dan Bocah Gembala

14 November 2017   22:39 Diperbarui: 14 November 2017   22:56 2096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah dari dokpri dan crochetmywords.wordpress.com

"Baiklah jika itu menurutmu. Tetapi jika segala adalah saudara, mengapa kautebas rebah rerumputan dan kaupacul tanah hingga pecah berurai?"

"Kautahu mengapa pada genesis diceritakan akhirnya Tuhan beristirahat?"

"Sebab semua telah diciptakan."

"Tidak. Sebab sebagian debu-debu itu telah berkembang menjadi kompleks, menjadi berjiwa dan bernalar, menjadi manusia. Sejak itu Tuhan memiliki rekan kerja dalam menyempurnakan penciptaan."

"Jadi manusia adalah rekan kerja Allah?"

"Benar. Itu sebabnya semulia-mulianya manusia adalah mereka yang bekerja memuliakan kehidupan. Itu sebabnya aku mencangkul tanah dan membersihkan rumput-rumput agar dari rahim bumi tumbuhlah makanan untuk menghidupi orang-orang."

"Apakah menggembalakan sapi juga rekan Tuhan dalam melanjutkan penciptaan?"

"Semua yang memuliakan kehidupan adalah rekan Tuhan."

"Adakah pekerjaan yang tidak memuliakan kehidupan?"

"Pekerjaan yang tidak sungguh-sungguh bekerja, yang hanya merampas keringat orang demi menumpuk kekayaan, yang menjadikan kekayaan sebagai tujuan, menjadikan kekayaan sebagai sumber dari aliran kekayaan yang tak berhenti."

"Majikanku sesungguhnya bukan benar-benar peternak, tetapi ia memiliki sapi-sapi. Ia seorang pemilik Bank, lalu dari keuntungannya membeli pabrik-pabrik, kemudian dari keuntungannya menyewakan rumah-rumah, selanjutnya dari keuntungannya menguasai saham-saham, yang terus mengalirkan keuntungan,dan terus dialirkan kepada sumber-sumber keuntungan berikutnya. Apakah yang seperti itu maksudmu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun