Deru-deruan menjadi senandung rindu
Pelupuk awan mengabu pun terindu
Kawan dan lawan bersama tersapu
Sungai denyut kota turut begitu
Beberapa pasang kaki perlahan mengabur,
ngacir saling menjauh
Riuh sorak teriak dan hening tenang, membaur
Tatkala bisikan sendal-sendal pada aspal bersuara tak penuh
Kalap telinga didera merdu kicau burung
Bertanya sejenak mengembarakan tanya
Meregangkan pikiran yang saban hari terkurung
O besar tersiar hingga perut dan raungannya
Gusar badan ini seketika
tergugah oleh sinar tak beretika
Segera tersibakkan selimut dari jenjang kaki
Bersungut keriut muka yang tak abadi
Terlintas, tertancap dan terpatri
sujud, maki dan apiÂ
Pergi terperi menyepi dalam sunyi
Usiran berkumandang, "tak ada tempat mu di sini!"Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H