Mohon tunggu...
Tikha Novita Sari
Tikha Novita Sari Mohon Tunggu... Lainnya - Tutor Bimbel, Guru Privat, Freelance Writer

📝 Jatuh cinta sama kutipan ini: "Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari." - Pramoedya Ananta Toer -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nostalgia Sejarah Jogja di Titik Nol Kilometer

5 Maret 2020   15:49 Diperbarui: 5 Maret 2020   21:14 1805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta berdiskusi | Doc: Riana

Area ini lebih dikenal dengan nama Ngejaman. Nah, tugu jam tersebut dibuat tahun 1916. Tugu jam ini adalah tanda persembahan masyarakat Belanda untuk memeringati satu abad kembalinya Pemerintahan Kolonial Belanda dari Pemerintahan Inggris yang berkuasa di Jawa pada awal abad ke-19. Kini, prasasti kecil yang menunjukan tulisan itu telah dihilangkan.

Tak jauh dari area Ngejaman ada GBIP Marga Mulya yang dibangun tahun 1857. Gedung ini dibangun sebagai tempat untuk ibadah orang-orang Eropa saat itu. Berjalan ke sebrang timur jalan, kamu akan bertemu bangunan Pasar Beringharjo. Sesuai namanya, dahulu wilayah Pasar Beringharjo pada awalnya adalah hutan beringin. Tak lama setelah berdirinya Kraton Yogyakarta pada pada tahun 1758, wilayah pasar ini dijadikan tempat transaksi ekonomi oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya.

Ratusan tahun kemudian pada 24 Maret 1925, Keraton Yogyakarta menugaskan Nederlansch Indisch Beton Maatschappij (Perusahaan Beton Hindia Belanda) untuk membangun los-los pasar. Nama Beringharjo diberikan setelah bertahtanya Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada 24 Maret 1925. Makna nama ini menunjukan wilayah yang semula hutan beringin (bering), dan diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo).

Peserta berdiskusi | Doc: Riana
Peserta berdiskusi | Doc: Riana
Nah memasuki Malioboro, kawasan ramai sejak dahulu karena terdapat banyak toko, hotel, dan orang-orang berjualan. Asal mula nama ini mempunyai banyak versi. Beberapa orang berpendapat 'Malioboro' diambil dari nama Duke of Marlborough (1650-1722), seorang jenderal Inggris. Selanjutnya, nama 'Malioboro' disebut berasal dari kata Malyabhara. Dalam bahasa Sansekerta, Malya berarti karangan bunga dan Bhara berarti menyajikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun