Mohon tunggu...
tika tifani
tika tifani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyempatkan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Isu-isu Penerapan P5

9 Januari 2024   13:51 Diperbarui: 9 Januari 2024   13:54 1619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Banyak guru yang berpendapat bahwa P5 dan PPK sama saja. Padahal meskipun penerapan konsep P5 sebenarnya sama dengan konsep PPK pada kurikulum 2013. Namun, kurikulumnya tetap berbeda, intinya saja yang masih sama yaitu upaya untuk penanaman karakter. Pemikiran yang menyamakan P5 dengan PPK tersebut mungkin saja muncul dikarenakan panduan guru dalam pelaksanaan P5 masih terbatas dari website merdeka mengajar dan belum tersedia modul khusus sebagai acuan penerapan P5. Hal itu mengakibatkan miskonsepsi muncul dengan menyamakan P5 dan PPK. Fakta yang sebenarnya adalah keduanya memiliki perbedaan. P5 merupakan proyek untuk penguatan profil Pancasila, sedangkan PPK wujud kegiatan penanaman karakter diintegrasikan dalam setiap pembelajaran.

Tidak hanya guru yang belum siap secara matang dalam menyambut dan melaksanakan kurikulum merdeka. Fakta di lapangan hampir semua sekolah masih banyak terdapat beberapa peserta didik yang belum siap untuk melaksanakan kegiatan kurikulum merdeka sehingga kegiatan pembiasaan masih perlu digalakkan. Ketidaksiapan tersebut menciptakan banyak kendala dalam pelaksanaan proyek P5. Biasanya kendala yang terjadi yaitu dari diri peserta didik sendiri, peserta didik tidak bertanggung jawab dengan tugas projek yang diberikan. Hal tersebut diakibatkan oleh kurangnya motivasi atau kurangnya rasa tertarik dalam proses pembelajarannya sehingga berakibat pada pengumpulan tugasnya yang sering terlambat.

Selain itu peserta didik malas mengikuti kegiatan P5 karena peserta didik sudah terlebih dahulu merasa kelelahan dalam materi ajarnya yang tidak ada penjurusan sehingga setiap peserta didik diharuskan mempelajari seluruh materi baik ipa maupun ips, selain itu peserta didik juga merasa kelelahan karena banyaknya tugas kelompok dan adanya beberapa peserta didik yang tidak ikut andil dalam penugasan kelompok tersebut, faktor inilah yang menjadi penyebab beberapa peserta didik mengalami keterlambatan dalam pengumpulan tugas.

Guru masih miskonsepsi. Berdasarkan pada konsep "Kegiatan P5 tidak harus berupa proyek". Masih banyak guru yang melakukan integrasi P5 dalam kegiatan pembelajaran, misalnya pemikiran bahwa untuk profil gotong royong dapat dilakukan di pelajaran PKn, profil keimanan dapat dilakukan pada pembelajaran agama dan lain-lain. Temuan Nurasiah et. al (2022) menyatakan proyek penguatan pelajar Pancasila menjadikan nuansa baru dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini, yakni dengan adanya alokasi waktu terpisah membuat guru lebih bisa berinovasi merencanakan proyek sesuai pemilihan dimensi dan karakteristik peserta didik. Akibatnya guru masih mengintegrasikan P5 dalam pembelajaran. Dengan demikian, pada aspek alokasi waktu P5 masih terjadi miskonsepsi yang dilakukan oleh guru.

Isu lain adalah rubrik penilaian yang belum tersedia. Sejauh ini guru melakukan penilaian proyek dengan lembar penilaian catatan kegiatan setiap siswa. Dalam hal ini, penilaian dilakukan secara fleksibel dan belum ada rubrik yang jelas dalam penskorannya. Salah satu indikator dalam penilaian P5 seharusnya memuat bagaimana Profil Pelajar Pancasila dapat termanifestasikan dalam materi pelajaran dengan adanya penguatan kemampuan bernalar kritis dalam capaian pembelajaran semua mata pelajaran (Irawati, 2022).

Orientasi pada produk masih menjadi prioritas dalam penerapan P5, bahwa proyek harus ada produk yang dihasilkan oleh siswa dalam satu semester. Padahal meskipun terdapat kata proyek, tetapi yang harus dipahami adalah proyek tidak harus produk tetapi dapat berupa aksi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah. Selain itu guru memberikan respon bahwa P5 menekankan pada kognitif sebagai prioritas utama. Guru masih menganggap P5 terorientasi dengan kemampuan kognitif peserta didik, sehingga pelaksanaan P5 selalu diintegrasikan dengan mata pelajaran semata. Misalnya tambahan mata pelajaran Bahasa Inggris yang konsepnya sama seperti Intensif Belajar (IB) dengan kedok nama kegiatan 'P5. Mengacu pada Panduan Pengembangan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila tahun 2022, kegiatan P5 tidak hanya fokus kepada kemampuan kognitif peserta didik tetapi juga sikap dan perilakunya yang harus sesuai jati diri bangsa Indonesia sekaligus warga dunia.

Nyatanya juga masih banyak sekolah yang hanya menentukan 1 tema dan kegiatan P5 hanya dilaksanakan satu hari dan belum memenuhi waktu ideal. Akibatnya, alokasi waktu yang terkumpul untuk kegiatan P5 masih kurang dari 252 JP. Mengacu pada Panduan Pengembangan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila tahun 2022, aturan alokasi waktu pelaksanaan P5 seharusnya 252 JP dalam satu tahun pelajaran. Sistemnya adalah dengan menentukan satu hari dalam seminggu untuk pelaksanaan proyek profil (misalnya hari Rabu). Maka seluruh jam pelajaran pada hari tersebut digunakan untuk proyek profil. Cara lain adalah dengan mengalokasikan 1-2 jam pelajaran di akhir hari pembelajaran, khusus untuk mengerjakan proyek profil atau juga dapat digunakan untuk eksplorasi di sekitar satuan pendidikan sebelum peserta didik pulang.

KESIMPULAN

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan kebaruan untuk pendidikan Indonesia. Menjadi hal yang biasa ketika program baru dilaksanakan masih terdapat beberapa miskonsepsi. Perlu adanya penguatan konseptual pada tiap-tiap sekolah agar tidak terjadi miskonsepsi sehingga penerapan P5 dapat berjalan sesuai dengan panduan yang ada dari pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Awwaliyah, N.P., Arya Setya Nugroho. (2023). Analisis Ideal dan Realita Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Penerapan P5 Di Sekolah Dasar. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 8(1), 7032-7050.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun