Saat ini dunia pendidikan sedang berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Para pemangku kekuasaan berupaya menerapkan langkah-langkah yang harus di tempuh.Â
Kita tahu perubahan kurikulum yang sangat cepat. Saya tidak tahu apakah hasil dari kurikulum ini bisa terlaksana dengan maksimal. Kalau hasil pengamatan saya bahwa masih ada sekolah-sekolah yang menggunakan kurikulum lama, selain itu kurikulum K13 yang masih gamblang untuk sebagian sekolah khususnya yang dipelosok cukup berpasrah.Â
Saat ini kurikulum merdeka belajar sedang digiatkan, sebagian sekolah berupaya untuk menerapkan hal ini, namun bagaimana hasilnya kita lihat dari output sekolah itu sendiri.
Akhir-akhir ini sedang didengungkan peniadaan PR terhadap anak-anak. Saya sendiri sebagai guru berefleksi tentang hal ini. Disatu sisi peniadaan PR terhadap anak-anak adalah hal yang menguntungkan bagi seorang guru sebab waktunya tidak terbagi lagi untuk mengoreksi PR.Â
Namun disisi lain, saya melihat kejadian beberapa waktu lalu yang menimpa dunia pendidikan. Musim pandemi telah membelenggu kita kurang lebih dua tahun, kita lihat hasil dari sistem pembelajaran yang dilakukan adalah kurang maksimal.Â
Meski demikian sebagai seorang guru saya tetap optimis. Murid tanpa PR bukan berarti hasil belajar mereka tidak maksimal. Seperti halnya saya memiliki prinsip dalam mengajar, ketika saya sungguh memberi dengan tulus dan penuh cinta maka anak-anak yang saya ajari akan bisa menerima apa yang saya ajarkan.Â
Saya berharap bahwa kebersamaanku dengan anak-anak, mereka memperoleh pengetahuan yang baru yang menjadi milik mereka sendiri. Saat ini sistem pendidikan tidak hanya mengasah ketrampilan intelektual tapi juga sekaligus keterampilan spiritualitas, emosional dan sosial.
Melihat fenomena zaman saat ini, sudah pantas dan selayaknya bahwa anak-anak tidak dibebani dengan aneka tugas-tugas. Kalau kita jeli melihat perkembangan zaman saat ini, bisa dikatakan bahwa untuk memperoleh ilmu pengetahuan itu gampang dan gratis.Â
Semuanya sudah tersedia di mbah google. Hanya saja saat ini kehadiran guru menjadi pemegang kendali atas perkembangan itu. Kemajuan iptek saat ini juga memudahkan guru dalam menjalankan tugasnya.Â
Anak-anak saat ini semakin kreatif, selain mereka mendapat pembelajaran di sekolah, mereka juga mencari pembelajaran lainnya di luar jam sekolah melalaui aneka les yang mereka ikuti.
Disekolah saya saat ini sudah berlangsung beberapa saat peniadaan PR terhadap anak-anak. Barang kali tidak langsung di tiadakan tapi setidaknya ada pengurangan.Â
Mengapa kami melakukan ini ? karena kami melihat dengan adanya PR anak-anak terlihat lelah dan jenuh mengikuti pelajaran. Hal ini kami dapatkan melalui hasil survey yang dilakukan terhadap anak-anak. Situasi ini tentu mengajak kami untuk mencari cara yang lain, bagaimana supaya proses belajar di sekolah tetap menyenangkan.
Baik, saat ini saya hendak berbagi tips kepada rekan-rekan guru yang menjadi pendidik generasi bangsa ini. Setiap kali saya mengajar, yang menjadi pusat pembelajaran adalah anak-anak.Â
Saya berusaha mencari cara suapaya anak-anak dapat mendapatkan pengetahuan yang baru melalui hasil karyanya sendiri. Saya melatih anak-anak menjadi pribadi yang kreatif dalam hal belajar. Sebab bagi saya, belajar itu tidak hanya sekedar tahu namun bagaimana sesuatu yang baru itu menjadi milik mereka.
Misalnya dalam pembelajaran tematik yang terdiri dari beberapa mata pelajaran, saya menyediakan beberapa sumber sehingga anak-anak bebas memilih metode mana yang lebih sukai misalnya menonton, membaca,bernyayi.Â
Tiga metode ini cukup membantu mereka dalam hal mengingat. Selain itu, saya akan meminta mereka untuk mengajukan pendapat atau pertanyaan terkait informasi yang mereka peroleh. Pendapat atau pertanyaan mereka itu bisa menjadi sesuatu yang dapat didemonstrasikan oleh siswa dan guru sehingga menjadi ilmu yang baru untuk semua anak-anak.
Bagi saya sendiri, melalui cara ini saya mengembangkan tiga hal ini dalam diri anak, yakni
1. Kemampuan untuk memecahkan masalah
Metode pembelajaran yang saya gunakan adalah salah satu cara  melatih kemampuan anak dalam memecahkan masalah. Karena siswa adalah pusat pembelajaran maka otomatis kesempatan diberikan kepada mereka untuk menganalisis setiap pembelajaran, mengenali apa itu masalah, penyebab serta solusi atas masalah yang ditemukan. Akan tetapi mesti demikian, saya tidak membiarkan mereka begitu saja, saya juga harus memfasilitasi anak-anak untuk mempermudah mereka melakukan pembelajaran.
2. Berpikir kritis
Di zaman milenial ini bukan saatnya lagi anak-anak disuap dengan ceramah. Saat ini kita sebagai guru memiliki tanggung jawab melatih anak-anak untuk mandiri dan berpikir kritis.Â
Caranya bagaimana ? Caranya adalah berikan kepercayaan kepada sianak, dan pacu anak-anak melalui kegiatan bertanya. Jika anak-anak yang kita dapati pasif, tentu kita harus memberikan rangsangan dengan cara kita masing-masing.Â
Sebagai seorang guru tentu kita memiliki rasa belas kasih yang tinggi, terkadang kita merasa kasihan, namun kita tidak boleh tinggal dalam rasa itu. Kita cukup memfasilitasi setiap anak, selanjutnya biarkan anak-anak itu menyelesaikan setiap proses yang ada.
3. Soft Skill
Setiap kita pasti tahu bahwa softskil itu selalu berkaitan dengan kecerdasan emosional anak yang menyangkut ranah afektif, kognitif, psikomotorik anak. Untuk mengasah hal ini saya menyediakan aneka permainan sederhana untuk anak-anak. Ada 4 hal yang selalu saya upayakan demi perkembangan soft skill anak yakni kerja sama, sikap mandiri, komunikasi yang baik dan rasa percaya diri.Â
Tentu saja hal ini tidak begitu saja terjadi, ada fase-fase yang harus kita lewati. Namun,untuk mempermudah saya menanamkan ke empat nilai ini saya mencoba menyediakan beberapa metode pembelajaran yang menyangkut ke empat hal itu. Misalnya diskusi, mendongeng, membuat prakarya dan lain sebagainya. Cara ini cukup membantu anak-anak. cara ini juga disenangi oleh anak-anak.
Nah, jadi jangan pusing ketika PR anak-anak ditiadakan. Mari kita mencari solusi yang lain, kita adalah guru-guru yang kreatif pasti mampu untuk mencari aneka cara bagaimana anak-anak bangsa ini menjadi anak-anak yang terampil. PR bukan menjadi tolak ukur dalam belajar PR hanyalah salah satu dari berbagai cara untuk mengingat dan berlatih.
Semoga bermanfaat..
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI