Ketika pesona dunia telah membutakan mata manusia
Tak terbatas oleh usia pun pangkat dan jabatan
Hingga pesona itu menyelusup kedalam sendi-sendi manusia
Pagi
Petang
Hingga malam
Semua raga sibuk memburunya
Entah apa, entah bagaimana dan entah untuk apa
Satu yang pastiÂ
Bahwa banyak dari manusia yang lupa
Bahwa dunia hanyalah tempat sementara
Dunia adalah tempat singgah dan bukan tempat tinggal
Mari sejenak berkisah...
Mampir untuk menorehkan sejarah dalam amal kita
Yang mungkin akan menentukan tempat kita kelak yakni surga atau neraka
Ingatlah
Dunia tidak akan pernah dapat menyelamatkan jiwa
saat api neraka menjilat begitu panas
Tapi entahlah
Kenapa masih banyak dari kita yang masih saja tuli dan buta
enggan mengingat Allah dan melaksanakan perintahnya
Tunggulah sebenatr saja
Hanya dengan kekuasaannya
Dunia ini akan hancur dengan dasyatnya
Ketika itu terjadi
Penyesalanmu tiada guna
Sejuta air mat pun tak bermakna
Jangan tunggu sampai Allah murka
Aduhhh, sungguh celaka kita
Bila aml danibadah kita tiada
Wahai kita yang masih sombong dan anguh sekaligus berbangga
ingatlah saudara maut akan segera tiba
Ingatlah kampung keabadian telah menunggu kedatangan kita
cukupkan memburu dunia
Supaya kita tetapingat kepada Dia yang Maha Kuasa
Ibadah kita tinggalkan
Hanya demi lembaran rupiah yang tidak dapat menyelamatkan jiwa
Segeralah bertobat
Mumpung masih dipinjami nyawa
Dan bumi masih kita pijaki
Karena ada masanya kita akan mati
Tergolek sepi tanpa nadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H