Mohon tunggu...
tika habeahan
tika habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MENJADI BERKAT BAGI SESAMA

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cukupkan Memburu Dunia

7 Juli 2022   22:13 Diperbarui: 7 Juli 2022   22:30 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika pesona dunia telah membutakan mata manusia

Tak terbatas oleh usia pun pangkat dan jabatan

Hingga pesona itu menyelusup kedalam sendi-sendi manusia

Pagi

Petang

Hingga malam

Semua raga sibuk memburunya

Entah apa, entah bagaimana dan entah untuk apa

Satu yang pasti 

Bahwa banyak dari manusia yang lupa

Bahwa dunia hanyalah tempat sementara

Dunia adalah tempat singgah dan bukan tempat tinggal

Mari sejenak berkisah...

Mampir untuk menorehkan sejarah dalam amal kita

Yang mungkin akan menentukan tempat kita kelak yakni surga atau neraka

Ingatlah

Dunia tidak akan pernah dapat menyelamatkan jiwa

saat api neraka menjilat begitu panas

Tapi entahlah

Kenapa masih banyak dari kita yang masih saja tuli dan buta

enggan mengingat Allah dan melaksanakan perintahnya

Tunggulah sebenatr saja

Hanya dengan kekuasaannya

Dunia ini akan hancur dengan dasyatnya

Ketika itu terjadi

Penyesalanmu tiada guna

Sejuta air mat pun tak bermakna

Jangan tunggu sampai Allah murka

Aduhhh, sungguh celaka kita

Bila aml danibadah kita tiada

Wahai kita yang masih sombong dan anguh sekaligus berbangga

ingatlah saudara maut akan segera tiba

Ingatlah kampung keabadian telah menunggu kedatangan kita

cukupkan memburu dunia

Supaya kita tetapingat kepada Dia yang Maha Kuasa

Ibadah kita tinggalkan

Hanya demi lembaran rupiah yang tidak dapat menyelamatkan jiwa

Segeralah bertobat

Mumpung masih dipinjami nyawa

Dan bumi masih kita pijaki

Karena ada masanya kita akan mati

Tergolek sepi tanpa nadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun