Mohon tunggu...
tika habeahan
tika habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MENJADI BERKAT BAGI SESAMA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rejeki Bukanlah Milik Seorang Melainkan Titipan untuk Banyak Orang

10 Juni 2022   21:45 Diperbarui: 21 Juni 2022   13:08 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari seorang teman mengirimkanpesan singkat kepada saya. Pesannya itu berisikan satu info penting tentang dirinya. Dalam pesan itu ia menyebut bahwa dirinya sedang sakit dan sedang opname disalah satu rumah sakit dimana saya tinggal. 

Dengan spontan saya menjawab pesan singkat itu dengan bertanya " Apa yang bisa saya bantu ?". Dan dia meminta saya untuk mampir kerumah sakit. Namun, pada saat itu saya tidak bisa memenuhi permintaan itu karena saya harus menyelesaikan pekerjaan yang sudah saya mulai pada saat itu.

Nah, hari berikutnya dia mengirimkan pesan singkat kepada saya. Pesan itu berisikan permintaan bahwasanya makanan dari rumah sakit tidak menggugah selera sedikitpun, dan pada saat itu ia memintaku untuk membelikan KFC. Sementara jarak rumah dengan rumah sakit lumayan jauh. Namun, demi kawan saya harus pergi mengantarkan KFC itu ke rumah sakit. Untuk saya hal ini terjadi bukanlah setiap saat melainkan sekali dalam kurun waktu yang lama.

Setelah pulang dari rumah sakit, saya melihat peristiwa yang mengharukan tepat di lampu merah. Sebenarnya peristiwa semacam ini bukan hal yang baru lagi untuk saya. Karena hampir di setiap lampu merah ada anak-anak gembel, pengemis dan manusia-manusia milenium. 

Namun,kali ini saya sungguh terharu melihat dua anak kecil menengadahkan tangannya kepada setiap orang yang berhenti dilampu merah. Tangan kecil dan mungil itu membuat hatiku teriris pada saat itu. Ingin rasanya memeluk anak kecil itu. Tak ada jalan lain selain aku membagi rejeki yang kupunya pada saat itu. Walau saya tidak memiliki banyak, namun mereka lebih membutuhkan dari pada aku.

Nah, teman-teman pengalaman diatas menghantarku pada sebuah refleksi yang real dalam kehidupanku. Bahwasanya rejeki itu akan selalu ada entah banyak atau sedikit. Pengalaman saya itu cukup berbicara dalam hidupku bahwa rejeki yang yang kupunya bukanlah milikku seorang namun rejeki itu adalah titipan Tuhan untuk banyak orang. 

Bagiku menerima adalah sebuah berkah. Banyak cara Tuhan menitipkan rejeki kepadaku dan itu saya terima dengan berbagai cara entah itu melalui orang-orang yang bermurah hati ataupun melalui usaha-usaha dan kebaikan-kebaikan yang lain.

Memberi adalah sebuah anugerah. Pengalaman saya lebih baik memberi daripada menerima. Karena dengan memberi maka segalanya akan ditambahkan Tuhan kepada saya. Alangkah indah dan bahagianya bila saya mampu memberi. Memberi bukan karena kewajiban meainkan menjadi suatu kebiasaan yang baik. 

Ketika memberi saya tidak perlu melihat jumlah, melihat rupiahnya karena prinsip saya bantuan sekecil apapun akan sangat berguna bagi mereka yang membutuhkan. Saya tidak pernah khawatir ketika saya ingin memberi. Saya tidak pernah cemas dengan apa yang saya berikan, saya tidak takut apa yang saya miliki itu menjadi habis. 

Bahkanberbagi dari kekurangan pun saya upayakan. Karena pengaaman saya membuktikan bahwa dengan berbagi rezeki, pintu rezeki yang lain akan terbuka bagiku bahkan akan lebih besar lagi.

Makna hidup ini bisa saya alamai bukan karena banyaknya saya menerima atau dapatkan melainkan dari sudah berapa banyak saya berbagi atau memberi . Tangan-tangan mungil tadi mengajariku untuk menyisihkan atau membagi rezeki kepada yang lain, menaburkan benih kebaikan pada saat berkecukupan jugapada saat kekurangan. 

Ketika saya masih menggenggam rejeki itu bukanlah milikku saja melainkan itu adalah milik orang lain yang dititikan Tuhan ditanganku dan aku menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk mereka yang membutuhkan.

Memberi bukanberarti mengurangi,pun tidak akan pernah merugi. Memberi adalah aset atau investasi untuk hidup di akhirat nanti. Memang tidak mudah menjadi pribadi yang selalu menaruh tangan di atas, yang mampu bersedekah tanpa batas, memberi dengan ikhlas dan tak mengharap balas. 

Namun, itulah yang menjadi tugas dan tanggung jawabku sebagai mahluk sosial. Tuhan menganugerahkan banyak rejeki kepada kita maka mari kita berbagi dengan mereka yang masih berkekurangan.

Saya sudah mencoba hal tersebut dan menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan dalam hidupku. Berbagi itu indah dan ingat rejeki yang kita miliki bukanlah milik kita sendiri melainkan itu adaah titipan Tuhan untuk mereka-mereka yang sangat membutuhkan.. Jangan khawatir dan merasa kurang karena selalu memberi. Ingatlah bahwa Tuhan itu maha penyanyang. Ketika kita meminta apapun dalam namaNya akan diberi. 

Karena siapa yang menabur benih ia akan menuai, siapa yang menebar kasih ia akan berlimpah cinta, dan siapa yang memberi jalan pada hidup banyak orang maka percayalah kebaikan itu akan selalu dikenang dan menjadi indah tiap saatnya.

Mari berlomba-lomba untuk berbagi anugerah...

semoga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun