Mohon tunggu...
tika habeahan
tika habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MENJADI BERKAT BAGI SESAMA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan Pilihan

Tips Keluarga Bahagia

4 Mei 2022   22:41 Diperbarui: 4 Mei 2022   22:53 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap keluarga pasti menginginkan hidup yang bahagia. Hidup yang bahagia bukan saja karena memiliki harta yang melimpah atau hidup yang mewah melainkan hidup bahagia adalah hidup yang harmonis, tercipta relasi yang hangat diantara keluarga. Saya yakin masing-masing dari kita sedang berjuang untuk mewujudkannya atau ada sebagian yang sudah berhasil mewujudkannya.

Lebaran kali ini menjadi menjadi dasar bagi saya untuk membagikan pengalaman ini. Keluarga kami adalah keluaga yang kaya suku dan agama. Otomatis kekayaan ini tidak selalu mencipta sukacita kadang kala ada riak-riak didalamnya. Namun hal itu adalah wajar jika terjadi perdebatan kecil didalamnya karena menyatukan perbedaan tidaklah mudah apalagi memaksakan kehendak. Idealnya memang perbedaan itu mampu mencipta nuansa yang indah sekaligus juga mencipta suasana yang keruh.

Jadi, lebaran kali ini seluruh anggota keluarga berkumpul. Lebaran kali ini sungguh-sungguh ramai di rumah karena semua anggota keluarga bisa pulang kampung setelah sekian tahun tidak bertemu. 

Dalam kebersamaan itu ayah dan ibu selalu mengingatkan kami " Jangan pernah kami mendengar suara yang kuat dari kalian ataupun diantara kalian". Kata-kata ini tentu kami pegang karena sekaligus menjadi teguran bagi kami agar kami mampu saling menghargai dan saling menjaga walau banyak perbedaan.

Syukur kepada Tuhan bahwa kami berhasil melalui lebaran ini penuh sukacita dan tak sedikitpun kata yang terungkap yang membuat kami kecewa atau marah. Saya yakin kami semua berjuang untuk itu, berjuang untuk menahan dan mencoba memaknai perbedaan itu sebagai satu karunia yang sangat besar. Keluarga sangat wellcome dengan aneka perbedaan entah itu suku, budaya dan agama.

Nah, disini saya mau berbagi tips keluarga bahagia ala kami selama lebaran. Tips ini tentu saja hal yang mudah dilakukan tapi mujarab sekali dimana setiap orang merasa dihargai dan dihormati sebagai pribadi yang unik. Semoga dengan membaca tips ini kalian juga terbantu untuk mewujudkan hidup keluarga yang bahagia. Mari simak baik-baik :

1. Belajarlah untuk mengerti

Kebanyakan dari kita sering berkata  bahwa saya sudah mengerti dia, karena saya sudah lama bersama dia.  Pandangan ini tidak sepenuhnya benar karena untuk mengerti itu tidak pernah diukur oleh waktu melalui kebersamaan. Muatan terdalam dari pengertian ialah sikap penerimaan atas segala kekurangan dan kelebihan orang yang ada disekitar kita atauun anggota keluarga. 

Kalau kita belum mampu menerima dia apa adanya berarti kita belum mengerti siapa dirinya. Mengerti berarti juga membiarkan keluarga kita menjadi dirinya sendiri dan jangan pernah memaksa seperti diri kita. 

2. Belajarlah untuk bertanya

Tahukah anda inti terdalam dari muatan "bertanya?" Itu bukan terutama karena kita tidak mengerti suatu hal namun terutama kita mau bersapa dengan dia. Berbicara dengan yang lain. Banyak keluarga yang minim dalam hal ini dan sering terkesan bahwa bertanya perihal orang lain itu menjadi tabu. Sehingga  mereka berbicara hanya karena ada masalah. 

Kalau tidak ada masalah yah rasanya aman-aman saja atau masing-masing bersikap siapalu siapa gue ?  sementara kalau kita berani dan rajin bertanya, mereka yang kita tanya pasti merasa "berharga" karena dengan bertanya berarti kita menganggap mereka sebagai orang yang mampu memberi jawaban. Ini juga mengajak kita untuk terbuka satu sama lain. Inilah yang kami lakukan selama lebaran bersama.

3. Belajarlah memaknai hakekat cinta 

Saya pernah berkata kepada saudar-saudara saya jangan pernah katakan cukup untuk cinta karena kamu dipanggil bukan untuk menambah yang satu menjadi dua tetapi sebaliknya membuat yang dua menjadi satu. Jangan juga pernah katakan kasih terlalu banyak karena kita dipanggil bukan untuk menambal sulam tetapi merajut dan mengikat. 

Saat merajut dan mengikat kadang kita sedih-senang, suka-duka, senyum-tertawa, dan jatuh-bangun. Untuk mewujudkan kasih itu memang kesabaran kita diuji, kemurahan hati kita ditantang, dan  kelemahlembutan kita dimurnikan. Nah, inilah warna-warni kehidupan dan inilah makna cinta yang sesungguhnya. 

Kita tidak akan pernah selesai belajar untuk mencintai dan cinta kita tidak akan pernah sempurna. Biarkanlah cinta itu hidup dalam diri kita masing-masing dan berikanlah itu kepada orang lain agar kamu juga  bertumbuh dan berkembang dalam cinta. Cinta bukan saja ditujukan kepada pasangan tapi juga untuk seluruh anggota keluarga kita.

4. Belajarlah untuk Mengalah 

Kita sering mendengar kekerasan tidak akan mampu mengalahkan kelemahlembutan. Terbukti batu yang keras akan hancur dengan tetesan air dan api yang membara juga akhirnya tunduk dengan kehebatan air. Besi yang keras juga hancur oleh karena air. Artinya tidak ada hal yang tidak bisa ditahlukkan hanya bagaimana cara kita untuk menghadapinya. 

Sering terjadi masalah dalam keluarga dan terasa  makin berat karena kedua belah pihak tidak mau untuk mengalah. Dua-dua keras kepala. Ingatah kalau satu mengalah dan diam pertengkaran dan permasalahan akirnya akan reda. Sebisa mungkin hindarilah berbalas pantun membabi buta. Mengalah bukan berarti kita kalah, mengalah artinya kita mampu menunjukkan kerendahan hati kita membiarkan orang lain merasakan euforia kemenangan sembari membantunya untuk berefleksi.

5.   Belajarlah untuk Rendah Hati 

Jangan pernah merasa diri tahu segalanya atau paling benar dari antara semuanya sehingga tidak membutuhkan nasehat, bantuan, ide dari anggota keluarga yang lain sehingga kamu tidak menghargai mereka yang telah menjadi patnermu. Semangat rendah hati ialah mau meminta maaf dan juga rela memuji yang lain. 

Sering sekali pangkat dan harta menjadi tolak ukur untuk mengetahu segala hal tanpa kita sadari ucapan kita sering menyakitkan bagi orang lain. So, mari untuk belajar rendah hati atas segala yang kita miliki agar kita mampu tertawa bersama dengan yang lain.

6. Belajarlah untuk menghargai 

Apapun yang menjadi profesi mereka hargailah,apapun yang mereka miliki suportlah. Hargailah hasil usaha dan pekerjaan mereka  walau itu sederhana. Ketika kita memberi pujian atas masakan, misalnya kita memberi pujian untuk dirinya dan lain waktu dia akan semangat membuat yang terbaik. 

Sertakan anggota keluarga  dalam setiap proyek hidup keluarga kita. Jangan mengandalkan kemapanan sendiri tapi libatkan semua anggota keluarga agar kita sama-sama mencicipi suka duka kehidupan itu.

7. Belajarlah untuk Menyapa 

Satu senjata ampuh untuk menciptakan kehangatan dalam keluarga ialah menghiasi rumah dengan sapaan. Sapaan ini kesannya tampak sepele namun sangat bermakna. Rasa capek, bosan, ketegangan akan terusir dengan sikap ini. Janganlah pelit dengan sapaan. Sapaan yang diberikan tidak harus formal, kalau sapaan yang biasa terdengar dirumah kami adalah " Ngopi bro ", "capek guys",atau bagaimana bro ? Sepele namun sangat besar faedahnya..

8. Belajarlah untuk Meminta Maaf dan Memaafkan 

Maaf dan memaafkan adalah sikap luhur yang memberi ruang untuk perdamaian. Tidak ada keluarga yang  sempurna dan tidak ada juga manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Ikutilah suara hati yang mengajak kita untuk meminta maaf. Kalau kita meminta maaf berarti kita menyadari kesalahan dan dengan itu kita mau belajar. Belajarlah juga untuk memaafkan sebab dengan itu kita mengedepankan perdamaian dan menerima maafnya. 

Dengan cara ini, kita  sepakat meninggalkan rasa sakit hati dan menyongsong hari esok dengan penuh kasih. Maaf-maafan bukan saja terjadi pada hari raya yang kita rayakan tapi disetiap detik kehidupan kita.  Nyatanya memang tidak mudah untuk melakukannya karena kita lebih suka tinggal dalamkungkungan ego daripada hidup dalam damai. Tapi ingatlah mau tidak mau kita harus mengupayakannya.

9.  Belajarlah Berpikir Positif 

Jangan terlalu suka dan gampang menuduh tanpa alasan atau hanya karena mendengar saja. Pakailah sikap bertanya dengan lembut bila ada yang mengganjal dalam hati kita. 

Dalam keluarga perlu tetap ada dialog dan komunikasi yang berdasarkan pikiran positif, kelemahlembutan dan kerendahan hati. Perjalanan suatu bahtera keluarga akan kuat, teguh dan langggeng jika semua pihak tetap mengedepankan "demi keluarga baik, utuh dan bahagia dan bukan demi egoku dan egomu. 

Berpikir positif terhadap saudara-saudari akan memudahkan kita untuk mempererat tali silaturahmi dan akan lebih terbantu untuk terbuka mengungkapkan kebutuhan masing-masing. Dalam situasi seperti ini seluruh anggota akan merasa semakin dikuatkan dalam menjalankan misi dan visi keluarga.

10. Belajarlah untuk tetap tersenyum

Ketika berpapasan dengan anggota keluarga mari saling melempar senyum. Senyum adalah tanda suka cita dan damai yang kita alami. Ketahuilah betapa bahagianya keluarga kita jika setiap kita mampu membagikan rahmat damai dan sukacita tersebut melalui senyuman kita yang manis.

Kesepuluh tips ini sudah kami lakukan dalam keluarga kami dan ini lah yang menjadi tips keluarga bahagia kami. Tidak rumit apalagi sulit untuk melakukannya. 

Semua akan terjadi jika dari setiap kita mau memberikannya tanpa menunggu yang lain melakukannya. Ketahuilah bahwa tidak ada yang mustahil,jatuh bangun untuk melakukannya adalah hal yang wajar. 

Tapi ingat jangan hanya menghitung jatuhnya berapa kali tapi hitunglah berapa banyak berkat yang sudah kita terima ketika kita mampu memberkan versi terbaik untuk keluarga kita. Jangan pelit dengan aset yang kita miliki karena itu dianugerahkan secara cuma-cuma kepada kita. 

Semoga bermanfaat..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun