Terlahir sebagai orang batak adalah kebangganku, kemampuanku untuk berbahasa batak juga menjadi kebahagiaan tersendiri untuk saya. Bahasa yang diajarkan sejak kecil adalah bahasa batak atau bahasa batak adalah bahasa ibuku.Â
Saya sadar bahwa logat bicara saya, gaya bahasa saya tidak pernah lepas dari bahasa batak. Maka saya tidak heran jika dalam pertemuan -pertemuan orang lain mengenali saya sebagai orang batak hanya dari logat bahasa saya.Â
Suatu hari saya mengikuti pertemuan JPIC Se- indonesia yang pesertanya adalah semua kaum biarawan biarawati Fransiskanes. Jumlah yang peserta yang  mengikuti pertemuan itu sekitar 70 orang yang terdiri dari 12 tarekat Fransiskan Indonesia.Â
Pertemuan tersebut berlangsung kurang lebih tiga hari dan yang menjadi tuan rumah adalah para fransiskan se kota medan maka saya terpilih sebagai salah satu panitia. Tugas saya sebagai panitia adalah sebagai sie liturgi dibantu oleh beberapa teman.
Dalam pertemuan itu banak kegiatan yang dilakukan salah satunya ialah persentase dan diskusi. Kegiatan ini melibatkan kelompok-kelompok yang terdiri dari 5 peserta dari beberapa ordo dan tarekat.Â
Kebetulan saja kelompok saya pada saat itu berasal dari jawa dan flores. Kita tahu bagaimana logat bicara saudara-saudari kita yang dari jawa dan flores lebih mengarah pada kelembutan dn mengalah. Lah, sementara saya orang batak ketika berbicara terkesan keras dan beringas.
Nah, pada waktu season diskusi saya mencoba untuk berbagi pengalaman. Saya melihat bahwa mereka sangat antusias mendengar sharing saya sehingga saya tetap semangat untuk mnceritakan pengalaman saya itu. Tapi yang terjadi bukanlah seperti apa yang saya pikirkan tapi sebaliknya. Teman- teman terlihat serius mendengar sharing saya bukan karena sharing yang mantap tapi karena logat bahasaku yang terkesan lucu menurut mereka.
Hal ini saya ketahui setelah saya selesai bersharing. Seorang saudari dengan polos mengatakannya" Hey saudari, mengapa anda berteriak pada saat berbicara, suaramu keras hingga membangunkanku dari rasa ngantuk, bahasa yang kamu gunakan mengapa huruf kapital semua , tapi tidak apa-apa sharingmu begutu menarik hingga membuat kami merasa terpukau." Beberapa saudari lain berkata " asli banget bataknya, hingga bahasa indonesiapun terasa bahasa batak". Mereka tertawa sepuasnya pada saat itu dan saya juga ikut tertawa bersama mereka.Â
Bahasa batakku yang khas membuat para saudara dan saudari hafal dengan suaraku bahkan nama saya sudah mereka hafal. Pada saat- saat bersama mereka akan memanggil saya dengan nama yang baru yakni " boru batak". Ketika berpapasan atau makan bahkan mamiri mereka menyapa saya dengan kata nama baru tersebut yakni " boru batak". Saya tidak sakit hati dengan apa yang mereka katakan bahkan saya tidak pernah kecut hati ketika mereka mengejek saya.Â
Seorang teman pernah berkata " aku tidak setuju jika mereka berkata demikian, seolah bahasa mereka paling keren dan paling ok. Kalau kamu tidak mau menegur maka saya akan menegur ". saya hanya menjawabnya "menegur itu tidak terlalu penting saudari, ini hanyalah sekedar guyonan untuk beberaa hari ini.Â
Lagian mengapa saya harus malu jadi orang batak ?? Toh apa yang mereka katakan itu adalah satu kebenaran dan mereka telah mengalami dan melihatnya sendiri. Banggalah ketika orang lain mampu mengenali kita dengan kekhasan kita masing-masing.