Tahun 2021 hampir tiba digaris finish. Desember menjadi bulan yang dinantikan banyak orang termasuk saya. Desember kali ini pantas kita bersyukur dan waspada. Setelah dua tahun dilanda pandemic dan aneka kegitan diberhentikan serasa tinggal dalam situasi penat. Tahun ini kita mendapat ijin untuk merayakan nataru dengan tetap memperhatikan prokes. Setiap kita diberi kebebasan untuk merayakannya sesuai versi kita masing-masing.
Pada bulan desember dua momen yang sangat penting bagi orang kristiani yakni Natal dengan Tahun baru. Bagi orang kristiani, natal adalah sebuah perayaan yang dinanti-nantikan dimana umat manusia mendapatkan pesan melalaui kelahiran seorang bayi yang lahir dari seorang gadis cantik di kota Daud. Lebih dari itu natal dimaknai dimana Tuhan ingin menunjukkan kasihnya kepada umat manusia melalui peristiwa reinkarnasi
Dengan demikian, ruang yang tak terseberangi antara Tuhan dan ciptaan-Nya dijembatani oleh karunia seorang bayi yang adalah Tuhan dan manusia. Dan kenangan akan Natal pertama itu selalu dirayakan tiap tahun di bulan Desember oleh umat Kristiani. Mengingat peristiwa ini bagaimana harusnya kita merayakan natal? Bagaimana car akita menyambut kabar sukacita itu agar sukacita itu menjadi bagian dari diri kita yang hendak kita berikan bagi sesame. Caranya gampang tapi sulit untuk dilakukan.
Saya sendiri selama masa advent,melakukan persiapan khusus untuk merayakan natal. Saya mencoba untuk masuk kedalam diri dan melihat situasi yang sedang terjadi. Dengan itu saya mampu melihat apa yang seharusnya saya lakukan agar persiapan selama empat pekan ini tidak berlalu begitu saja. Tiga hal penting yang saya lakukan selama menjalani masa advent untuk menyongsong kelahiran sang juru selamat yakni :
Hindari rasa marah/amarah
Marah tidak akan pernah menemukan titik terang. Banyak hal yang memicu amarah kita. Tapi apakah kita harus marah ? bagi saya marah adalah pilihan kesekian dalam mencari solusi. Saya pernah marah dipagi hari karena sesuatu hal.Tapi imbas kemarahan itu berlanjut sampai siang hingga malam. Saya stress orang lain juga stress. Nah,bagaimana mengendalikan rasa amarah ? caranya adalah dengan psitif thinking. Saya selalu berusaha untuk berpikir positif sekalipun itumenyakitkan untuk saya. Berpikir positif membantu saya untuk menata hati,menata pikiran dari berbagai asumsi tentang orang lain. Yah,kalau bisa tertawa Bersama  ngapain harus marah ? Jangan gampang marah,kasihan Dia yang kita nanti-natikan disambut dengan amarah. Tersenyumlah,walau hati tak menerima kata Judika..
Jangan Egois
Tidak perlu mempertahankan ego dan segala ke"aku"an . Cobalah untuk membuka mata terhadap hal-hal baik disekitar kita. Mempertahankan ego sama artinya kita mau tetap tinggal dalam situasi yang biasa-biasa saja. Seringkali dalam hidu keseharian kita lebih mementingkan diri sendiri. Sulit untuk berkomunikasi dengan yang lain karena merasa diriku adalah yang lebih penting. Tanpa kita sadari sebenarnya kita sudah menjerumuskan diri kita ke lembah kekelaman.
So, utamakanlah kebersamaan daripada kepentingan diri anda. Kebersamaan adalah cermin terbaik bagi kita untuk melihat kualitas pribadi kita apakah kita sanggup hidup Bersama orang lain atau tidak. Kita adalah mahluk sosial yang idealnya membutuhkan yang lain.
Kunjungan Keluarga
Mempererat relasi dengan keuarga,tetangga,kawan-sahabat dan kenalan adalah kewajiban kita. Barangkali dari kita sudah banyak membuat schedule liburan, semoga kita tidak lupa membuat schedule untuk kunjungan keluarga. Rayakanlah moment nataru ini terlebih dahulu Bersama keluarga supaya rasa rindu selama bertahun-tahun lekas terobati. Barangkali banyak hal yang tertunda dan yang yang terjadi ditengah keluarga kita. Entah itu kehilangan anggota keluarga ataupun usaha-usaha yang mandeg. Mari kita duduk Bersama lagi untuk mereview perjalanan kita Bersama anggota keluarga.
Tiga hal ini adalah momen penting yang harus  kita lakukan sebelum merayakan natal. Sangatlah baik bila kita mampu mengemas nataru itu secara exciting dan memorable. Masing-masing kita bisa membungkus aneka cerita, mendandani gedung-gedung sekitar  dengan pernak-pernik natal. Jangan lupa juga berburu baju bagus biar tampil modis, boleh juga ditambahkan  karangan bunga dan kotak yang dibungkus dengan indah untuk menghiasi pohon natal dirumah.
Tapi ingat ya..! Ini penting juga. Â Natal bukan hanya cerita tentang keceriaan atau sukacita yang meriah, lampu terang warna-warni dan kemewahan makanan. Juga bukan tentang mereka yang bisa membeli hadiah terbesar atau tentang rumah yang paling indah dekorasinya tetapi kesedihan dan rasa sakit juga termasuk dalam cerita Natal.
Bagaimana kita mampu mendamaikan rasa ini? Bagaimana perasaan kita tentang situasi Natal saat ini ? tentu saja tidak ada jawaban paku mati atas pertanyaan ini. Masing-masing kita bisa menjawabnya, jawabannya akan tergantung pada apa yang terungkap ketika kaca pembesar yang meriah ditempatkan di atas hubungan kita dengan keluarga, teman dan Tuhan sendiri.
Kabar gembira tentang penghiburan dan sukacita natal menjadi peluang bagi kita untuk berbagi bersama orang-orang yang dengannya kita berbagi kasih dengan hidangan persaudaraan yang tidak rumit. Segala keretakan dan ketegangan juga pengalaman pahit tidak serta-merta kita hindari sepanjang tahun pandemic namun kita peluk Bersama agar kiranya melebur Bersama tahun yang akan berlalu. Biarkan segala yang pahit menjadi batu loncatan untuk menjadikan pribadi kita menjadi semakin baik.
Jika kita peka terhadap situasi dan membuka mata terhadap dunia, kita tidak hanya melihat hadiah dan mata yang berbinar, tetapi juga air mata dan sakit hati. Kita juga melihat tubuh dan darah yang hancur. Melihat para tunawisma dan anak-anak mati kelaparan karena wabah Covid. Menjamurnya keserakahan manusia. Dan tak ketinggalan tentu saja melihat anggota keluarga yang dibawa ke pemakaman.
Tahun ini banyak dari kita yang mungkin meneteskan air mata saat menyanyikan lagu-lagu Natal, tetapi kita harus tetap bernyanyi. Di tengah tragedi dan kehancuran ini, masih ada alasan bagi kita untuk menyanyikan kegembiraan bagi dunia dan perdamaian. Itulah benih harapan untuk masa depan kita dan ajakan bertindak untuk masa kini.
Mungkin kita bertanya, di mana letak kebahagiaan bagi mereka yang menderita, patah hati, atau berduka? Jawabannya adalah bahwa sukacita Natal terletak tepat di tengah-tengah semua rasa sakit dan kesengsaraan ini.
Sebuah kebenaran bahwa kita merayakan Natal untuk mengingat bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan dunia. Allah mengutus Anak-Nya untuk menyembuhkan mereka yang terluka. Ini adalah janji untuk penyembuhan dan kedamaian. Natal adalah untuk mereka yang terluka. Kegembiraan Natal juga terletak pada cinta untuk orang lain, harapan untuk dunia yang lebih baik, dan kedamaian untuk semua bahkan selama masa kehancuran. Natal kali ini  bergerak memilih pengampunan daripada balas dendam. Natal bekerja menuju dunia yang lebih baik. Natal mengajak kita berdoa untuk perdamaian di bumi. Sebuah pembelajaran bahwa harapan dan cinta lebih besar daripada keputusasaan.
Natal juga berbagi apa yang kita miliki dengan mereka yang memiliki sedikit. Natal membuka kesempatan untuk menjangkau orang lain yang terluka. Natal adalah momen mengetahui bahwa seseorang peduli padamu.
Selamat menyongsong natal,semoga kita mampu merayakannya dalam sukacita.
Salam dan doaku..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H