Yah,kata-kata ayah serasa air segar yang mengalir pada tubuhku. Sejenak aku merenungkan kata-kata ayahku. Memang betul,membina rumah tangga selama 42 tahun bukanlah hal yang mudah tapi mereka tetap setia. Saya bisa membayangkan bagaimana mereka berjuang untuk menyatukan pendapat dan ide dalam mendidik kami,menghadapi kami bahkan juga bagimana mereka harus bersabar ketika kami bertingkah. Rasa bosan,marah dan ingin menyerah pastilah ada dan kebosanan bisa memicu masalah. Tapi toh mereka bisa tertawa kembali,rileks kembali setelah beberapa saat melalui situasi yang keruh. Apa yang menjadi tips kesetiaan mereka ? Hmm..kata ayah mereka cukup saling menghargai,memahami,memberi ruang kebebasan kepada masing-masing,dan jujur adalah salah satu hal yang penting untuk membangun kesetiaan.
Jika ayah dan ibuku mampu setia dan tetap tegar hingga saat ini,saya juga pasti bisa. Sebab ayah dan ibuku sudah terlebih dahulu mengalami apa yang kurasakan. Problema hidup pastilah selalu menghadang dan saya tidak boleh kalah dengan kegagalanku. Berjuang adalah tanggung jawabku. Menjadi seorang pelayan adalah pilihanku. Kebebasan diberikan kepadaku untuk melakukan yang terbaik dalam hidupku.
Terima kasih ayah dan ibu sudah menjadi teladan kesetiaan bagiku. Semoga ilmu kehidupan yang diajarkan kepadaku menghasilkan buah yang manis. Saya berharap semoga hadirku membawa sukacita bagi kalian. Dalam situasiku yang goyah saat ini,aku dikuatkan kembali oleh pengalaman ayah dan ibuku. Semoga hari demi hari aku menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H