Mohon tunggu...
tika habeahan
tika habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MENJADI BERKAT BAGI SESAMA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Aku Dihadapkan dengan Pengalaman Masa Laluku, Begini Reaksiku!

13 September 2021   23:16 Diperbarui: 14 September 2021   08:29 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | sumber gambar: Pixabay from Pexels

Saya memiliki pengalaman masa lalu yang kurang membahagiakan. Pengalaman itu terjadi ketika saya duduk di bangku kelas 3 SD. Pada saat itu segala buku-buku harus di beli dari sekolah. 

Sebenarnya harga buku-buku tersebut tidak terlalu mahal jika dibandingkan dengan sekarang. Akan tetapi pada saat itu hasil panen orangtua sedang tidak baik. Sehingga pembayaran uang bukuku dan adekku mandeg pada saat itu.

Pada saat itu hari rabu adalah hari yang paling menakutkan untuk saya dan adikku. Menakutkan karena apabila saya tidak membawa uang buku ada hari tersebut maka saya akan dipulangkan dari sekolah dan tidak mengikuti proses belajar sebagaimana mestinya. 

Dipulangkan dari sekolah karena tidak membayar uang buku adalah hal yang menyakitkan untuk saya. Ketika orang tua menyaksikan peristiwa itu terjadi hatinya menjadi terpukul dan nampak kesedihan di raut wajahnya.

Saya mengingat waktu itu,ibu ku pergi ke tetangga untuk meminjam sedikit uang untuk melunasi uang buku kami. Akan tetapi usahanya gagal, lagi-lagi ia harus mencari sumber yang lain. 

Saya tidak tahu persis ibu saya mendapatkan uang dari mana yang jelas uang buku kamipun dilunasi dengan segera. Pengalaman ini sungguh membuat saya menjadi orang yang mudah terharu dan mudah berbelas kasih.

Hal yang demikian saya jumpai beberapa hari yang lalu di sekolah tempat saya mengajar. Seorang anak tidak dapat mengikuti ujian tengah semester karena belum membayar uang sekolah. Uang sekolahnya sudah menumpuk mulai awal masuk sekolah. 

Pada hari pengambilan soal ke sekolah ke dua orangtuanya datang menjumpai wali kelas. Tapi segala cara yang mereka lakukan tidak meluluhkan hati sang wali kelas dan tidak mendapat soal uts.

Akhirnya,kedua orangtua anak tersebut naik ke lantai 2 dan menjumpai saya di ruangan kelasku. Mereka berkisah tentang situasi hidup mereka di masa pandemi.

Suami yang sedang pengangguran karena di PHK, dan Ibu juga mengalami nasib serupa dan sedang merintis usaha yang baru, yakni pedagang kaki lima.

Mereka mengungkapkan kesedihan hati mereka terhadap anaknya yang tidak bisa mengikuti ujian tengah semester perkara uang sekolah yang belum terbayar.

Saya tidak sanggup membendung air mata lagi karena situasi itu pernah saya alami. Saya merasa terpukul dengan peristiwa yang sedang terjadi.

Saya berusaha untuk terlihat tegar meskipun hati saya sakit mendengarnya. Saya mencoba menanyakan berapa tunggakan yang harus dibayar dan kapan bisa dibayar.

Ketika saya mendengar nominal jumlah tunggakan yang harus dibayar, saya mencoba mengingat sisa uang yang saya miliki pada saat itu. Saya mencoba melirik isi dompetku yang tak seberapa dan saya melihat cukup untuk membayar uang sekolah anak itu.

Tanpa pikir panjang saya mengambil uang itu dan memberikannya kepada ibu itu. "Silakan bayar uang sekolah anak ibu dan jangan lupa untuk mengembalikan pada tanggal yang telah kita sepakati".

Ucapan terimakasih tak henti keluar dari mulut ibu itu hingga ia meninggalkan ruangan kelas saya. 

Setelah mereka meninggalkan ruangan saya, pengalaman masa laluku terkenang kembali. 

Saya asik menghadirkan seluruh peristiwa itu. Sambil berlinang air mata ,saya berkata dalam hati," Andaikan pada saat itu ,orangtuaku bertemu dengan orang yang baik mungkin saya dan adikku tidak akan dipulangkan dari sekolah dan bisa mengikuti pelajaran sebagaimana biasanya".

Duhh,,,saya menjadi kasihan melihat ibuku yang gigih berjuang untuk masa depanku. 

Ternyata, tanpa kusadari pengalaman ini yang membuatku cepat untuk terharu. Saya tidak sanggup melihat orang yang menjerit karena di halangi oleh perkara uang. 

Bukan hanya sekali ini, saya ditantang oleh pengalaman masa laluku. Teman-teman mahasiswa juga banyak yang mengalami kendala yang demikian. Tidak bisa magang atau ujian perkara uang kuliah belum dibayar, atau uang buku belum lunas,atau uang praktek. 

Saya pun tidak tahu dari mana sumber uang yang saya dapatkan sehingga saya bisa membantu mereka. Saya hanya ingin supaya tidak banyak orang yang mengalami pengalaman pahit yang saya rasakan. 

Memang,ketika saya berniat untuk membantu orang, ada saja cara Tuhan untuk menunjukkan jalan. Bantuan yang saya berikan tidaklah besar, tapi memang bisa menyelamatkan orang lain.

Pengalaman ini mengantar saya pada sebuah refleksi bahwa hidup kita ini akan selalu berputar. Ada saatnya dimana saya harus menderita, ada saatnya saya harus kerja keras dan berjuang, ada saatnya saya harus membantu orang lain,dan ada saatnya untuk menikmati hidup. 

Pengalaman ini menjadikan saya pribadi yang murah hati dan berbelas kasih. Memberi sesuatu terhadap orang lain bukan karena saya memiliki stok yang banyak. 

Melainkan saya mencoba untuk memberi dari kekurangan saya. Kalau dihitung-hitung soal materi,pastilah tak akan pernah keluar kata cukup dari mulut saya. Sebab saya menginginkn banyak hal dalam hidupku.

Keberanian berkata cukup terhadap diri sendiri memampukan saya untuk bersikap peduli terhadap yang lain. Dan itu bukan sesuatu yang patut untuk disombongkan . 

Tapi sesuatu yang selalu harus disadari bahwa orang lain adalah tanggung jawabku. Mereka adalah bagian dari diriku,jika saya bahagia menjalani hidupku mereka juga berhak untuk bahagia.

Menimbun sesuatu untuk diri sendiri tidak akan menambah kesejahteraan hidup melainkan kerakusan dan kesombongan. Memberikan bantuan sekecil apapun sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan. 

Hidupku sejahtera yang lain juga sejahtera. Mungkin hari ini aku hidup berkecukupan,esok lusa bisa jadi hidup pas-pas an. So,selagi ada waktu mari untuk saling mendahului dalam melakukan kebaikan. 

Setiap kebaikan yang kita lakukan akan membawa berkat dalam setiap langkah hidup kita. Semoga anda-anda semua yang ringan tangan dalam membantu di beri kesehatan dan rejeki yang melimpah.

salam sehat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun