Tahun 2020 diawali dengan sederet peristiwa baik dari domestik maupun global. Mulai dari bencana banjir yang merendam ibu kota di 1 Januari, dan saat ini tengah heboh wabah 2019-nCoV atau Novel Corona Virus.Â
Virus yang disebut berasal dari Pasar di Wuhan, Hubei, China telah menewaskan 361 warga di China dan 1 di Filipina dengan laporan kasus di seluruh dunia sebanyak 17.387 kasus di 25 negara per 3 Februari 2020.Â
Sejauh ini dari 38 kasus yang sempat terjadi di sejumlah daerah di tanah air, dimana terdapat kasus pasien suspect virus corona, seluruhnya dinyatakan negatif oleh pihak kementerian kesehatan, setelah menyebut pasien suspect virus corona menjalani tes lab di rumah sakit yang menangani khusus pasien suspect virus corona.Â
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah untuk mengantisipasi wabah tersebut masuk ke dalam negeri. Mulai dari penundaan layanan penerbangan dari dan menuju ke Tiongkok, sejumlah maskapai sudah memberhentikan layanan penerbangan untuk sementara waktu, walau resminya baru dilakukan Rabu 5 Februari mendatang, seperti yang disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Hal ini agar memberikan waktu bagi awak pesawat, pihak KBRI dan petugas yang masih berada di Tiongkok untuk memiliki waktu kembali ke tanah air.
Selain itu pengawasan penumpang yang menuju Indonesia dari Tiongkok atau negara lain yang sudah terkonfirmasi terpapar virus corona pun, di bandara international seperti Soekarno Hatta terminal 3 sudah diperketat seperti screening dengan Thermal Scanner Camera, penumpang dengan suhu tubuh di atas 38 derajat celsius dinyatakan harus menjalani pengecekan kesehatan, lalu gate dan area parkir khusus pesawat dari Tiongkok, hingga pemberian Health Alert Card bagi seluruh penumpang dari Tiongkok.Â
Nah untuk card ini nantinya data penumpang tersebut akan diteruskan kepada pihak pemerintah setempat yang menjadi tujuan penumpang di Indonesia. Apabila pemegang Health Alert Card dalam kurun waktu 2 minggu mengalami gejala batuk, flu, sesak napas, dan demam maka diimbau untuk segera mengecek kesehatannya di faskes terdekat untuk selanjutnya ditangani khusus di rumah sakit.Â
Pemerintah juga telah memulangkan para WNI yang berasal dari Wuhan, Tiongkok. Ada 237 WNI dan 1 WNA yang merupakan suami dari salah satu WNI, (kita sebut saja 238 WNI ya) sudah dibawa ke lokasi karantina di Lanud Raden Sadjad, Natuna, Kepulauan Riau.Â
Sebenarnya ada 245, namun 4 WNI mengaku punya alasan pribadi sehingga tak ingin dievakuasi ke Indonesia, juga 3 lainnya yang tak lolos proses screening saat di Tiongkok. 2 di antaranya batuk dan 1 WNI demam. Hal ini dipastikan pihak Kemenkes juga sebelumnya Kemenlu bahwa tetap mengawasi dan memastikan WNI tersebut ditangani secara tepat oleh tim medis di Tiongkok.Â
Untuk 238 WNI yang sedang dikarantina, sejauh ini dinyatakan sehat. Mereka berolahraga setiap pagi di dalam lokasi karantina, menjalani tes pengecekan kesehatan selama 2 minggu. Ya, 2 minggu sebab disebutkan bahwa inkubasi dari virus maksimal 14 hari. Sehingga apabila dalam rentang waktu 2 minggu setelah dievakuasi, para WNI menunjukan gejala seperti batuk, flu, sesak napas, demam, maka WNI yang bersangkutan akan mendapat penanganan lebih intensif, dan tentu saja dibawa ke Rumah Sakit yang telah disiapkan pemerintah dan siap untuk menangani pasien suspect Corona.Â
Namun bila tak ada gejala sakit seperti tadi, maka observasi terhadap WNI tersebut selesai dan boleh keluar dari lokasi karantina atau dinyatakan bersih. WNI yang berada di lokasi karantina selama proses observasi tidak diperkenankan untuk dikunjungi siapapun dari pihak luar.Â
Komunikasi dengan pihak keluarga hanya diperbolehkan melalui layanan telepon, per tanggal 3 Februari pihak kemenkes menyebut akan ada pemasangan wifi di lokasi karantina, karena umumnya para WNI tak memiliki simcard +62 sehingga belum dapat menghubungi keluarga mereka.