Artikel ini ditulis dan dipublikasikan oleh Tika Maharani Puspita Sari 212111253 Kelas HES 5G, guna memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Hukum, Dosen Pengampu Muhammad Julijanto, S.Ag., M.Ag.
Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta
IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Agama Agenda Demokrasi dan Perubahan Sosial
Penulis : Muhammad Julijanto, S.Ag., M.Ag.
Jumlah Halaman : 265 Halaman
Tahun Terbit : 2015
Penerbit : Deepublish
BAGIAN I : AGAMA DAN PERUBAHAN SOSIAL
SUB BAB : SPIRITUALITAS YANG MENCERAHKAN (Hal 9-14)
Pada sub bab ini memberikan analisis mendalam tentang dinamika antara materialisme dan spiritualitas dalam masyarakat modern. John Naisbit telah meramalkan bahwa spiritualitas akan menguat di masa depan, terutama karena tekanan psikologis yang timbul akibat kemajuan ekonomi dan teknologi.
Penggambaran tentang manusia yang semakin cenderung hedonis dan konsumtif, menganggap material sebagai segalanya, memberikan gambaran yang kuat. Masyarakat diukur oleh kekayaannya, dan bahkan partisipasi dalam pemilu terkait dengan uang. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan saat ini seringkali dijalani hanya untuk memenuhi kebutuhan materi, menciptakan tekanan yang semakin berat.
Kemudian, kecenderungan ini mendorong manusia untuk mencari kompensasi dalam dimensi spiritual. Spiritualitas di sini tidak selalu terkait dengan agama, namun mencakup segala sesuatu yang dapat memberikan ketenangan batin. Namun, disayangkan jika spiritualitas yang dicari adalah penyimpangan dari ajaran agama yang sudah diakui selama ribuan tahun.
Munculnya berbagai layanan penguatan rohani, seperti program spiritual question, majelis taklim, dzikir akbar, dan kelompok aliran kepercayaan, menunjukkan bahwa manusia membutuhkan ruang spiritual untuk memenuhi kebutuhan rohaninya. Namun, permasalahan muncul terkait ritual-ritual yang menyimpang dari ajaran inti suatu agama.
Fenomena munculnya berbagai aliran sesat atau sempalan agama, serta mencoba untuk menganalisis penyebabnya. Hal ini meliputi kurangnya dakwah yang merata, kurangnya komunikasi antar organisasi keagamaan, perbedaan persepsi, kurangnya kepedulian kepada kelompok pinggiran, perbedaan pemahaman terhadap Alquran dan Sunnah, pengaruh kebebasan beragama, dan kurangnya pendidikan agama yang efektif.
Penyelewengan ajaran agama oleh sebagian kelompok orang yang kemudian dibubarkan karena meresahkan masyarakat juga menjadi fokus perhatian. Hal ini menunjukkan bahwa dakwah dan pembinaan umat oleh organisasi keagamaan dan masyarakat masih memiliki kelemahan.
Pemerintah cenderung memprioritaskan aspek sosial, politik, dan keamanan ketika menghadapi aliran sesat atau sempalan agama, tanpa mempertimbangkan aspek akidahnya. Ini menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih holistik dalam menangani fenomena ini.
Penghayat kepercayaan sering kali tidak mendapatkan perhatian yang seimbang dari pemerintah dibandingkan dengan penganut agama formal. Namun, masalah timbul ketika ada upaya untuk menyelewengkan ajaran agama yang sudah mapan, yang dapat merusak kepercayaan penganut agama tersebut.
Secara keseluruhan, sub bab ini memberikan wawasan mendalam tentang kompleksitas hubungan antara materialisme dan spiritualitas dalam masyarakat modern, serta menyoroti tantangan dan solusi yang harus dihadapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H