Sesaat terlintas dalam pikiran, kiriman dari siapa lagi yah? Entahlah... tapi yang pasti memang untuk saya, karena hari itu adalah hari ulang tahun saya. Kembali kekecepatan tempo run-ku, baru saja beberapa meter, sedetik saya melihat lebah hitam terbang ke arahku. Aaaaawwww...!!! Replek kututup muka dengan kedua tangan dan saya terhuyung. Seketika rasa sakit disertai terbakar menjalar di jidat!
Innalillahi! Saya dicetot lebah!!! Yang sedetik tadi mata saya melihat si lebah, ternyata tak mampu menghindarkan tabrakan adu banteng ini. Dia menyengat saya tepat di sudut kelopak mata kiri. Panas, perih, sakit yang berdenyut-denyut sungguh sangat menyiksa. Ingin menjerit, ingin ..entah ingin apalagi, yang jelas sangat menyiksa! Tapi saya berusa tidak panik, mencoba mengingat-ingat panduan  praktis pertolongan pertama disengat lebah.
Pertama yang diingat adalah membersihkan sengatan. Tergopoh saya menuju toilet. Sesampai di sana saya basuh bekas sengatan itu di westafel. Berkurang sakitnya?? Tidak!
Pulang, saya harus pulang! Dari toilet lansung menuju parkiran motor. Biasanya jika latihan lari di Kiara Artha Park, dari rumah saya pakai sepeda road bike, hitung-hitung warming up. Entah kenapa hari itu saya memilih mengendarai motor. Tidak terbayang andai saya pakai road bike, dalam keadaan seperti itu pasti butuh effort lebih! Â Â Â
***
Sesampai di rumah bekas sengatan itu saya guyur lagi dengan air dingin. Sekitar mata sudah merah membengkak. Saya olesi madu, berharap sakit mereda, dan bengkak tidak melebar. Tapi menuju ke siang ternyata bengkak malah semakin melebar ke pipi. Akhirnya saya gunakan obat over the counter, minum paracetamol, berbaring, dan mengompres area bengkak dengan air dingin.
Saat berbaring, saya sudah bisa merasa tenang, rasa panik perlahan hilang . Saya pejamkan mata, mencoba menahan dan menerima rasa perih dan sakit yang masih terus berdenyut. Mencoba mengingat saat-saat sebelum tabrakan head to head dengan lebah itu terjadi.
Panggilan masuk lebih dari satu kali menyela latihan tempo run, menjawab telephone mamang ojol dengan emosi, dan mengumpat di hati. Nah!!! Duh, kenapa saya musti emosi, bahkan sampai mengumpat walau cuma dalam hati? Padalah kalau mau dicerna, mamang ojol pagi itu justru membawa hal baik, membawakan kiriman-kiriman hadiah ulang tahun saya.
Lagi pula, kalau benar-benar saya tidak ingin terganggu, seharusnya saya tidak mengaktifkan mobile data atau menonaktifkan  fitur panggilan masuk. Jadi, keteledoran ada di siapa? Kesalahan ada di siapa? Percapan bathin saya mencoba terus mencari sebab akibat.
Pagi hari yang seharusnya saya sambut dengan penuh syukur, karena Alloh sudah memberi saya kesempatan untuk sampai diusia setengah abad dengan banyak berkat dan segala kebaikan, tapi saya nodai dengan emosi dan energy yang tidak baik.
Mamang ojol pagi itu pasti berangkat dengan niat ibadah mencari rejeki. Tapi masih sepagi itu sudah mendapat jawaban telephone dengan nada tinggi dari customer. Sudah pasti ada perasaan tidak enak di hati mamang ojol itu.