Salah satu tradisi akut saat menjelang hari-hari besar keagamaan, seperti Lebaran atau Natal dan Tahun Baru adalah liarnya atau tak terkendalinya harga-harga kebutuhan pokok di pasar-pasar tradisional hingga pasar modern.
Beberapa faktor bisa menjadi pemciu tak stabilnya harga-harga kebutuhan pokok yang amat dibutuhkan masyarakat dalam mengisi hari besar keagamaan yang memang selalu diikuti dengan menaiknya tingkat konsumsi.
Faktor-faktor itu bisa masuk dari tiga aspek, yakni aspek pasokan, operator dan konsumen. Faktor pasokan dilihat dari ketersediaan bahan-bahan kebutuhan pokok seperti beras, gula, minyak goreng dan lainnya mulai dari tingkat petani, pengumpul, distributor dan pengecer.
Beras misalnya, sejak dari tingkat petani, hingga mata rantai hilir pengecer, besaran volume pasokannya sangat berpengaruh terhadap stabil tidaknya harga di pasar.Â
Faktor berikutnya soal operator yakni terutama di tingkat pengumpul dan distributor. Harus ada kepastian dua tingkat ini, seluruh bahan pokok benar-benar bergerak sebagaimana skema besaran dan volumenya sebelum benar-benar sampai di tingkat pengecer atau di pasar.
Bukan rahasia umum, jika menjelang hari besar keagamaan, para spekulan dengan modus mencari keuntungan besar, sengaja menumpuk bahan-bahan pokok di gudang mereka, membuat pasar kehilangan pasokan sehingga harga pun melambung tinggi.
Faktor terakhir adalah di tingkat konsumen. Kegenitan dan tindak tanduk para spekulan untuk mempermainkan harga agar naik membubung tinggi dengan cara menimbun bahan- bahan pokok menjelang hari besar keagamaan, juga diaplikasi konsumen dengan memborong bahan-bahan pokok itu sendiri dari pasar.
Perilaku ini bisa jadi didorong rasa takut berlebihan, hilangnya bahan-bahan pokok yang berimplikasi naiknya harga pada saat hari-hari mendekat hingga puncak hari besar keagamaan itu berlangsung.Â
Lantas apa solusi yang bisa diberikan untuk mengeliminir tak stabilnya harga bahan-bahan pokok di pasar? Tentu dengan mengintervensi tiga faktor di atas. Pemerintah sebagai otoritas pelayan kebutuhan warga harus hadir di tiga faktor itu secara utuh dan konsisten.
Untuk faktor pasokan, pemerintah sebagai fasilitator tentu harus memastikan besaran kebutuhan masyarakat dengan pasokan dimaksud. Harus sudah ada hitungan dan data akurat soal pasokan dan tingkat kebutuhan yang pasti lebih besar dari hari-hari biasa. Semakin pasokan hadir terkendali sesuai kebutuhan di pasar, niscaya harga juga stabil.
Sebagai regulator, pemerintah juga harus mengatur soal harga eceran tertinggi (HET) di tingkat eceran, seperti beras medium dengan HET Rp 9.450 per Kg, sembari tetap menjaga stabilitas dan konsistensi harga gabah mulai sejak dari tingkat petani hingga tingkat distributor agar tidak terjadi penyimpangan harga.
Sedikit saja pemerintah misalnya melalui instrumen regulasi dan fasilitasi yang dia miliki abai serta lalai mengawasi distribusi dan pergerakan hulu hilir soal kebutuhan pokok ini, harga di tingkat pasar bisa liar alias tak stabil.
Untuk faktor operator, solusi yang bisa diberikan untuk menekan kenakalan para pengumpul dan distributor yang mencoba bermain spekulasi adalah dengan melakukan razia ke gudang-gudang mereka.
Razia melibatkan aparat pemerintah dan aparat hukum tentu harus disertai dengan ancaman dan sanksi hukum sesuai aturan yang ada jika operator ini nekat melakukan penimbunan. Sanksi bisa bentuk pencabutan izin operasional hingga pada pemidanaan.
Salah satu bentuk lain yang bisa dilakukan adalah pemerintah melakukan operasi pasar melibatkan instansi terkait seperti Badan Urusan Logistik, agar harga tetap stabil meski misalnya akibat ulah spekulan yang "merondokkan" bahan-bahan pokok tersebut, harga tetap stabil sesuai dengan HET yang sudah ditetapkan pemerintah.
Untuk yang terakhir yakni di tingkat konsumen, mungkin perlu diberikan sebuah bentuk kampanye dan sosialisasi masif dan terukur soal kepastian bagi konsumen akan hadirnya selalu pemerintah dalam bentuk ketersediaan bahan pokok yang mereka butuhkan.
Konsumen diberikan kenyamanan mudah dan gampang akses kebutuhan bahan pokok di pasar tradisional maupun pasar modern, dengan kualitas yang baik dan tentu juga harga yang terjangkau serta sesuai harga HET yang ada.
Dengan begitu, tentu konsumen pun tak perlu repot-repot memborong dan memboyong bahan-bahan kebutuhan pokok itu dari pasar lalu dipindahkan ke dapur rumah mereka.
Dengan adanya intervensi pemerintah di tiga sektor itu, harapan stabilnya harga menjelang hari-hari besar keagamaan bisa diwujudkan. Pengusaha tetap untung serta warga pun tenang dan enak menikmati hidangan nikmat di atas meja bersama keluarga. Horas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H