Bicara uang,apalagi menyangkut urusan hutang,memang kadang bahkan tak jarang sering membuat kita meradang.
Sebut saja namanya Minah,sekitar 3thn yg lalu dia datang dari tanah air,dengan niat mengais rizky,dan negri beton lah yg jd tujuannya,sebenarnya Minah ini adalah pengantin baru,karena baru saja sebulan dia menikah dan pergi ke PT.
Minah memang punya cita-cita tinggi,impian hidup mandiri,ingin punya rumah sendiri nggak mau ikut mertua setelah menikah.
Makanya diapun nekat pergi meninggalkan suami tercinta demi mimpi tadi dan Hongkong lah tujuan utama Minah,mungkin bayangn Minah di Hongkong dapet uang mudah,hidup enak,bebas ngga kaya di negara- negara lain,tiap minggu ada libur dan dapet gaji gede.
Tibalah hari pemberangkatan Minah,setelah selama kurang lebih 4bulan dia menunggu di PT.
Di Hongkong minah mendapat job mengasuh anak usia 8tahun,dan segala pekerjaan rumah lainnya,plus dengan majikan yg katanya cerewet,selalu merasa kurang puas dengan hasil kerja Minah,ini itu salah.
Bayangan Minah yg katanya hidup enak di Hongkong pun buyar.
Minah merasa tidak kerasan,dan akhirnya diapun hanya bertahan 3bulan,padahal dia juga masih dalam masa potongan gaji,apa boleh buat akhirnya Minahpun mencari pekerjaan baru,dan selama menunggu proses majikan barunya dia tinggal di Maccau selama sebulan.
Berawal dari sinilah dia sampai bisa berurusan dengan polisi dengan kasus hutang.
Ambisi Minah memang berlebihan dan keinginannya terlalu muluk-muluk.
Dia berani dan nekat hutang pada pihak bank di Hongkong,dengan jumlah besar,agar harapan rumah yg jd impiannya segera terwujud.
Benar saja uang yg dengan nominal HK$35.000 berhasil didapat dan dikirimnya ke rumah.
Suaminya di rumah memang sempat kaget dengan kiriman sebanyak itu,mengingat kepergian Minah baru beberapa bulan,jika dilihat dari hitungan gaji perbulan sangat tidak mungkin,tapi Minah pandai berkelit dan selalu bisa menutupi tiap kali suaminya mencoba bertanya.
1,2 bulan Minah masih merasa mampu dan tidak ada hambatan membayar tagihan bank tersebut.
Tapi dibulan-bulan berikutnya dia merasa keberatan,karena selain untuk membayar bank,dia jg merasa tertuntut untuk mengirim uang kerumah untuk biaya kebutuhan matrial yg masih kurang.
Terang saja dia mulai kelabakan,jika menuruti rumah,maka pihak bank pasti menelponnya dan menagih.
Dan memang yg jadi kenyataan begitu,tak jarang dia diteror oleh bank,dimaki dan diancam.
Dari kepontang pantingannya ini,dia pun selalu mencari jalan dengan cara hutang menghutang pada temen-temannya yg sama-sama di Hongkong,atau terpaksa pada rentainir,pokoknya pada siapa saja yg terpenting dia bisa dapet pinjaman,bahkan pasportnya yg memang ibarat nyawanya,diapun juga rela menggadaikannya.
di ibaratkan pepatah,hidupnya selalu "gali lubang tutup lubang" meski sebenarnya lubang-lubangnya tak tertutup,malahan semakin menganga lebar.
Hutang Minah makin menumpuk,jelas saja gajinya tak seimbang dengan tanggungannya.
Begitulah kehidupan Minah tiap harinya selalu diburu oleh uang,dia hanya bisa menjanjikan tiap kali ada temannya yg berusaha menagih,tak jarang dia diancam oleh temannya yg merasa sudah terlalu keasal dan merasa dipermainkan,bahkan ada pula temennya yg nekat menelpon pada keluarga Minah dirumah,mengabarkan bahwa Minah di Hongkong telah berhutang pada banyak pihak.
Keluarganya pun dibuat kaget,dan Minah sempat ribut dengan suaminya pula.
Bahkan orang tua Minah masih rela mengirim uang untuk membantu menutup hutang-hutangnya,tapi kenyataannya masih juga belum tertutup.
Tibalah masa kontrak kerja Minah selesai,tapi masalah hutangnya belum juga lunas,diapun berniat mencari majikan lagi,karena terus terang saja majikannya sudah tidak mau dengannya lagi.
Minahpun mengunjungi kantor agent dan mencari majikan disana.
waktu dia interview majikan,dia langsung tanda tangan kontrak karena sudah saling cocok,tapi yg jd masalah buat Minah,pasport nya itu masih ditangan rentainir.
Mungkin dengan cara pinjam sana sini,akhirnya dia berhasil mengambil pasportnya.
Akhirnya Minah pun keluar dari rumah majikan yg lama,dengan membawa uang gaji sebulan plus uang tiket yg ternyata hanya cukup untuk membayar bank 1kali dan membayar pada temennya.
hiduplah dia diluar tanpa pegangan,yg bikin aneh meski dia merasa tak ada biaya hidup tapi tetep nekat tinggal di kost-kost an,padahal andai memang mau hemat,kan bisa saja tinggal di agent,sementara temen-temennya banyak yg menagih.
sifat ngeyelnya itu yg buat temen-temennya makin geram,bila dinasehati dia selalu menganggap kita nyanyi.
banyak sudah temen-temennya yg benci dan marah padanya.
Dia selalu mengandalkan bank,jika visanya jadi sebelum pulang cuti dia akan pinjam bank lagi
"gila"pikirku ni orang ngga ada kapoknnya.
Memang benar,rencana ambil uang sudah diatur dan dilaksanakan dengan baik,pihak bank sudah dihubungi segala persyaratan telah dipenuhi,tinggal nunggu visa saja.
Ketika hari pengambilan visa tiba,diapun langsung mendatangi bank dan berhasil mengambil uang yg katanya hanya diperbolehkan ambil HK$22.000.
uang segitu rencananya akan dibelikan tiket,sebagian buat nyicil temen dan sisanya buat sangu pulang.
hari itu juga Minah menemui Siti temennya karena mau membayar hutang,pada siti diberikannya HK$9000,dan pada temen lainya sekitar HK$3000.
Minah masih memegang uang sekitar HK$7000 rencanya akan dibayarkan separo pada temennya yg lain.
Sial atau memang harus begitu
nasib Minah,pas dia menelpon temen yg akan ditemuinya itu,tanpa sepengetahuan Minah,temennya telah menghubungi polisi,dan saat Minah tiba dilokasi polisi pun telah menanti.
Minah pun dicekal polisi dengan kasus hutang,karena temennya itu meminta agar Minah membayar lunas hutangnya yg sekitar HK$7000an,jika Minah tidak segera melunasi maka polisi tidak akan melepasnya,sementara besok pagi adalah jadwal penerbangannya ketanah air,akhirnya dengan linangan air mata Minah melepas uang yg niatnya akan dikasihkan separo dan sisanya buat sangu.
akhirnya Minah pulang tanpa membawa uang hanya tersisa HK$200 didompetnya,karena mungkin merasa kasihan,setelah polisi pergi temennya mengembalikan HK$1000 pada Minah.
dan saya sempat melihat di jejaring sosial facebook,sehari sesudah kejadian itu,banyak anak-anak yg bersorak dengan nada umpatan dan kata-kata kasar,karena telah mendengar nasib Minah,mungkin mereka yg pernah merasa dirugikan oleh Minah dan merasa kesal dengan kelakuannya.
ya semoga kita bisa lebih berhati-hati lagi dalam memilih teman dan dalam urusan uang,dan belajar mensyukuri dengan apa yg kita peroleh.
mimipi boleh tapi jangan terlalu tinggi,jika melihat kenyataannya kita tak sanggup menggapai
dan yg terpenting jangan bermain dengan uang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H