Mohon tunggu...
Tigaris Alifandi
Tigaris Alifandi Mohon Tunggu... Teknisi - Karyawan BUMN

Kuli penikmat ketenangan. Membaca dan menulis ditengah padatnya pekerjaan | Blog : https://tigarisme.com/ | Surel : tigarboker@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gurun Berbunga

12 Desember 2019   19:48 Diperbarui: 12 Desember 2019   20:10 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Jangan salah paham menganggapi judul tersebut lantas langsung berkomentar bahwa kiamat sudah dekat tanpa membaca artikelnya secara utuh.

Ini memang benar-benar terjadi. Di Timur Tengah. Tepatnya Arab Saudi.

Namun bunganya bukan bunga yang seperti anda bayangkan. Bunganya besar, bahkan bisa jadi yang terbesar. Bunga kapitalisme.

Yang menanam bunganya: Kerajaan Arab Saudi.

Bunga yang ditanam: Aramco.

Siapapun yang menanam bunga pastilah berharap pekarangan dan rumahnya lebih indah. Termasuk Arab Saudi. Pekarangannya rencana dibuat lebih indah lagi. Desain pekarangannya dinamai Visi 2030.

Saya jadi suka ketika sebuah negara menentukan visi dengan sangat ambisius dan berapi-api. Semua impian dituangkan dalam semangat bekerja meraih mimpi. Fokus dan frontal, tanpa menghiraukan hal sepele yang membuat terlena.

Sebagai contoh, Tiongkok menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia karena memang benar-benar fokus dalam setiap langkah menggapai impiannya. Tak ada negara yang ditakdirkan "tiba-tiba kaya".

Dan Pangeran Mohammed Bin Salman (MBS) bertekad membawa Saudi, dengan sungguh-sungguh pula, meraih visi masa depan tersebut. Sebuah visi memukau, bagi sebuah negara yang oleh investor dan pihak asing dianggap kolot dan kaku.

Indonesia harus meniru kesungguhan banyak negara maju untuk menggapai impiannya.

Kita kembali lagi kepada bunga yang diidamkan banyak orang. Aramco. Perusahaan minyak milik Kerajaan Saudi.

Tampaknya sanggahan Alec Ross perihal bunga paling indah dalam bukunya, The Industries of the Future, memang benar. Para pembeli di toko bunga dunia menganggap Apple sebagai bunga paling indah. Dianggap perusahaan paling menguntungkan, oleh karena itu banyak yang membeli sahamnya.

Ross menulis jauh hari sebelum Aramco menawarkan saham perdananya. Tulisnya, sebenarnya bukan Apple perusahaan terkaya di dunia, melainkan Aramco. Dan kemarin terbukti, valuasi pasar Aramco jauh di atas Apple.

Nilai kapitalisasi pasar Saudi Aramco mencapai 1,88 Triliun Dollar AS. Mendekati target Pangeran MBS sebesar 2 T. Jauh bila dibandingkan dengan nilai pasar Apple (1,2 T).

Dengan asumsi kurs 1 Dollar AS sama dengan Rp 14.000,-. Kita dapatkan nilai pasar Saudi Aramco sebesar Rp 2632 dengan 13 angka nol dibelakangnya. Jika kita menumpuk uang pecahan Rp 100.000,- ke atas hingga tercapai nilai pasar Aramco, tingginya mencapai 26.320 kilometer. Lebih tinggi dari gunung tertinggi se-Tata Surya, Gunung Olympus di Mars (tingginya sekitar 25 km).

Tak hanya itu, penawaran perdana saham (IPO) Aramco pekan lalu mengalahkan rekor nilai IPO Alibaba pada 2014 lalu. Padahal "hanya" 1,5 % saham yang ditawarkan. Bahkan, saham Aramco mengalami kelebihan pesanan (oversubscribe) hingga 1,7 kali.

Akibat kondisi demikian, Tadawul (IHSG-nya Arab Saudi), memutuskan sejak 1 Januari 2020 nilai saham akan dibatasi sebesar 15% dari nilai total IHSG-nya. Bukannya apa, bagaimanapun pasar harus tetap inklusif dan tidak boleh dimonopoli serta didominasi satu pihak.

Dari lima juta lebih pembeli saham Aramco, 4,95 juta diantaranya adalah warga Arab Saudi. Tampaknya Aramco bisa jadi pemantik bergeliatnya pasar saham di sana.

Sama seperti di sini. Utamanya generasi muda, mulai gemar berinvestasi saham. Tak hanya persepsi bahwa saham merupakan salah satu instrument investasi paling menguntungkan, namun juga karena kemudahan membelinya.

Bahkan, beberapa bank di Saudi menawarkan pinjaman untuk membeli saham Aramco. Nilai kredit maksimal yang ditawarkan mencapai empat kali lipat dari batas biasanya. Agunannya? Ya saham Aramco yang dibeli itu.

Insentif berupa kemudahan akses pembelian, ditambah dorongan psikologis pasar dan pemuka agama (dimana ulama juga menganjurkan membeli saham) mampu membangkitkan gairah warga Saudi untuk berinvestasi di pasar saham. Perlu diketahui, nilai total Tadawul sebelum IPO Aramco sudah sedikit lebih besar ketimbang nilai IHSG.

Bagaimanapun, membeli bunga Aramco bukanlah sebuah tindakan spekulatif khas mafia saham gorengan. Aset Aramco memang benar-benar besar. Laba yang dihasilkan pun juga besar.

Arab Saudi memang harus segera beranjak dari stigma negara sakleg dengan perekonomian yang hampir sepenuhnya ditopang oleh minyak bumi. Kalau minyak bumi hancur, bisa lebih gawat lagi. Pangeran MBS paham betul. Tak baik menggantungkan nasib dari satu ranting ekonomi yang rapuh.

Ke depan mereka mencoba membangun segala yang berprospek cerah dengan uang yang mereka miliki. Tak hanya pusat bisnis dan kawasan elit. Saudi direncanakan mengembangkan sebuah pusat riset dan teknologi canggih yang mampu menopang mereka mengarungi geliat ekonomi masa depan.

Kali ini gurun benar-benar berbunga, dengan bunga yang ingin dimiliki semua orang.

Jadi Arab Saudi saya rasa sudah banyak berubah. Kita kapan?

Referensi:

kompas.id 
kompas.id 
kompas.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun