Tampaknya sanggahan Alec Ross perihal bunga paling indah dalam bukunya, The Industries of the Future, memang benar. Para pembeli di toko bunga dunia menganggap Apple sebagai bunga paling indah. Dianggap perusahaan paling menguntungkan, oleh karena itu banyak yang membeli sahamnya.
Ross menulis jauh hari sebelum Aramco menawarkan saham perdananya. Tulisnya, sebenarnya bukan Apple perusahaan terkaya di dunia, melainkan Aramco. Dan kemarin terbukti, valuasi pasar Aramco jauh di atas Apple.
Nilai kapitalisasi pasar Saudi Aramco mencapai 1,88 Triliun Dollar AS. Mendekati target Pangeran MBS sebesar 2 T. Jauh bila dibandingkan dengan nilai pasar Apple (1,2 T).
Dengan asumsi kurs 1 Dollar AS sama dengan Rp 14.000,-. Kita dapatkan nilai pasar Saudi Aramco sebesar Rp 2632 dengan 13 angka nol dibelakangnya. Jika kita menumpuk uang pecahan Rp 100.000,- ke atas hingga tercapai nilai pasar Aramco, tingginya mencapai 26.320 kilometer. Lebih tinggi dari gunung tertinggi se-Tata Surya, Gunung Olympus di Mars (tingginya sekitar 25 km).
Tak hanya itu, penawaran perdana saham (IPO) Aramco pekan lalu mengalahkan rekor nilai IPO Alibaba pada 2014 lalu. Padahal "hanya" 1,5 % saham yang ditawarkan. Bahkan, saham Aramco mengalami kelebihan pesanan (oversubscribe) hingga 1,7 kali.
Akibat kondisi demikian, Tadawul (IHSG-nya Arab Saudi), memutuskan sejak 1 Januari 2020 nilai saham akan dibatasi sebesar 15% dari nilai total IHSG-nya. Bukannya apa, bagaimanapun pasar harus tetap inklusif dan tidak boleh dimonopoli serta didominasi satu pihak.
Dari lima juta lebih pembeli saham Aramco, 4,95 juta diantaranya adalah warga Arab Saudi. Tampaknya Aramco bisa jadi pemantik bergeliatnya pasar saham di sana.
Sama seperti di sini. Utamanya generasi muda, mulai gemar berinvestasi saham. Tak hanya persepsi bahwa saham merupakan salah satu instrument investasi paling menguntungkan, namun juga karena kemudahan membelinya.
Bahkan, beberapa bank di Saudi menawarkan pinjaman untuk membeli saham Aramco. Nilai kredit maksimal yang ditawarkan mencapai empat kali lipat dari batas biasanya. Agunannya? Ya saham Aramco yang dibeli itu.
Insentif berupa kemudahan akses pembelian, ditambah dorongan psikologis pasar dan pemuka agama (dimana ulama juga menganjurkan membeli saham) mampu membangkitkan gairah warga Saudi untuk berinvestasi di pasar saham. Perlu diketahui, nilai total Tadawul sebelum IPO Aramco sudah sedikit lebih besar ketimbang nilai IHSG.
Bagaimanapun, membeli bunga Aramco bukanlah sebuah tindakan spekulatif khas mafia saham gorengan. Aset Aramco memang benar-benar besar. Laba yang dihasilkan pun juga besar.