Mohon tunggu...
Tigaris Alifandi
Tigaris Alifandi Mohon Tunggu... Teknisi - Karyawan BUMN

Kuli penikmat ketenangan. Membaca dan menulis ditengah padatnya pekerjaan | Blog : https://tigarisme.com/ | Surel : tigarboker@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Yachine Trophy Rasa Neuer Trophy

5 Desember 2019   12:41 Diperbarui: 5 Desember 2019   13:00 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pagelaran FIFA Ballon d'Or 2019 ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, dengan dimunculkannya kategori penghargaan baru bernama Yachine Trophy. France Football selaku penyelenggara memberikan apresiasi khusus lewat nominasi tersebut sebagai panggung spesial bagi seluruh kiper di dunia.

Penamaan penghargaan itu terinspirasi dari sosok kiper legendaris asal Rusia, Lev Yashin. Kiper berjuluk "Si laba-laba hitam" yang merupakan kiper pertama dan satu-satunya kiper yang mampu meraih trofi Ballon d'Or hingga saat ini. Tak heran dengan sepak terjang dan prestasi yang telah ia torehkan, membuat dirinya dicap sebagai figur panutan yang dikultuskan seluruh kiper dunia.

Mungkin Yashin tak pernah meraih Piala Dunia. Tapi dirinya menjadi bagian dari generasi emas Uni Soviet dalam meraih gelar Piala Eropa 1960.

Satu lagi fakta yang mengukuhkan dirinya pantas mendapatkan apresiasi sebagai kiper panutan terbaik dunia. Kemampuannya menahan penalti membuatnya begitu disegani dan karena itu pula ia dijuluki "Si laba-laba hitam" karena kemampuan lompatannya dalam menghalau penalti.

Tak hanya itu. Yashin lah yang memperkenalkan gaya meninju bola umpan lambung di udara. Yashin juga kerap menggunakan kaki untuk menghalau tembakan lawan, dimana hal tersebut janggal dilakukan kiper pada masa 1950-an.

"Yashin mendobrak segala pakem yang ada untuk penjaga gawang", ujar pelatih Dynamo Moskow saat itu Mikhail Yakushin dalam memoarnya tentang Yashin seperti ditulis Russia Beyond. Dengan gaya atraktifnya itu pula yang mengharumkan namanya hingga detik ini.

Seiring berjalannya waktu, sepakbola mengubah tuntutan seorang kiper terbaik lebih dari "sekedar" Lev Yashin yang tersohor itu.

Pergeseran paradigma sepakbola sebagai permainan teritorial menjadi permainan yang menitikberatkan penguasaan bola menuntut kiper tak hanya bertindak sebagai pemain pasif. Intensitas permainan yang meningkat membuat opsi umpan pemain terbatas. Kiper dengan opsi visual-spasial luas sekaligus posisinya yang bebas dari penjagaan menempatkan perannya sebagai pemain kesebelas sesungguhnya.

Dogma kiper harus menendang bola jauh ke depan sedikit dimodifikasi. Prinsip sepakbola teritorial mengajarkan bahwa memainkan umpan pada pertahanan sendiri meningkatkan kemungkinan kebobolan. Di sisi lain possession football mengharuskan sebuah tim selama mungkin menguasai bola dimanapun itu untuk meningkatkan peluang mencetak gol.

Berbagai faktor tersebut membutuhkan solusi mujarab berupa meningkatnya tuntutan keahlian bagi kiper terbaik dunia modern ini. Tak hanya kemampuan defensif, atribut ofensif macam akurasi umpan dan visi permainan harus melekat dalam diri seorang kiper.

Mungkin bagi pelatih macam Jose Mourinho hal tersebut tidak penting. Baginya kiper selayaknya kiper. Orang pasif dalam permainan ofensif namun pilar utama dalam fase bertahan.

Tetapi segala atribut baru kiper modern adalah keharusan bagi Pep Guardiola. Jangan heran jikalau Pep juga yang memopulerkan peran ball playing goalkeeper. Sosok kiper yang mahir memainkan bola, tak hanya sekedar menepis bola.

Sudut pandang tentang aspek fungsional kiper dan optimalisasi perannya masih bersifat subjektif. Di sisi lain, fakta 3 kiper terbaik Yachine Trophy 2019 menjadi penegas bahwa kiper modern merupakan sebenar-benarnya pemain kesebelas.

Peraih Yachine Trophy pertama tahun ini, Alisson, memiliki tingkat akurasi umpan suksesnya sebesar 87,6%, sebuah angka bagus bagi seorang kiper. Rataan umpan per laganya adalah 23,5 dimana 2,9 di antaranya adalah umpan lambung.

Peringkat kedua, Marc Andre Ter Stegen, memiliki akurasi umpan 86,5 % musim ini. Rataan umpan dalam satu laga sebesar 27,2 dimana 5,8 di antaranya adalah umpan lambung.

Jangan tanyakan hal serupa pada peringkat ketiga Yachine Trophy 2019. Ederson Moraes. Kiper utama tim asuhan Pep Guardiola, Manchester City. Akurasi umpan suksesnya mencapai 87,7%. Rataan umpan per laga sebesar 24,3 dimana 5,1 di antaranya adalah umpan lambung. Ederson dikenal sebagai ball playing goalkeeper terbaik modern ini dengan akurasi dan visi umpannya yang mampu memecah pressing ketat dari lawan guna memuluskan strategi penguasaan bola ala Pep.

Berbicara tentang ball playing goalkeeper tentu tak bisa lepas dari sosok Manuel Neuer. Dia mungkin menjadi panutan seluruh kiper yang berusaha menjadi ball playing goalkeeper terbaik.

Neuer pernah menjadi anak asuh Guardiola sewaktu di Bayern Munich. Dirinya bahkan sempat masuk 3 besar nominasi peraih FIFA Ballon d'Or pada tahun 2014 akan tetapi kalah dari Cristiano Ronaldo saat itu. Prestasi yang ditorehkan Neuer pun sangat lengkap. Semuanya pernah ia raih. Bundesliga, Liga Champions hingga Piala Dunia.

Neuer tak hanya dikenal sebagai kiper dengan kemampuan memainkan bola di atas rata-rata kiper di dunia. Dirinya juga kerap berperan sebagai sweeper dan bergerak ke luar daerahnya guna menghalau serangan lawan. Hal tersebut seringkali dilakukan mengingat kecenderungan Guardiola memainkan skema garis pertahanan tinggi ekstrem.

Tentu bukan kebetulan. Statistik tiga kiper terbaik dunia saat ini membuktikan evolusi nyata kiper konvensional menjadi ball playing goalkeeper. Barangkali Yachine Trophy beraromakan "Neuer Trophy" kali ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun