Dua suksesi awal kepemimpinan negara ini dihiasi peristiwa berdarah dan menimbulkan bekas dalam sejarah perjalanan bangsa kita. Suksesi pertama diwarnai dengan Gestapu dan pembantaian PKI fisik dan non fisik, dan yang kedua dengan tewasnya beberapa mahasiswa penghendak reformasi sebagai bentuk perlawanan rakyat akan pemerintah yang dianggap otoriter.
Itu menjadikan kita belajar banyak sebagai bangsa dan negara. Untuk menciptakan sistem suksesi kepemimpinan berkelanjutan dan konstitusional. Amandemen UUD menjamin hal itu. Agar kejadian serupa, penuh konflik dan berdarah, tidak terulang lagi dengan mudahnya. Sejarah yang menjadikan kita negara yang semakin dewasa, dan semakin kuat dalam mewujudkan cita-cita luhurnya.
Dan sudah saatnya kita berdamai dengan 30 September. Tak perlu isu ini menjadi gorengan tiap tahun seakan kita telah membuka aib sendiri dengan sengaja.
Pembantaian PKI, dan yang terafiliasi dengannya, fisik dan non fisik, menimbulkan trauma kepanjangan bagi korban. Diskriminasi terhadap keturunan korban yang tidak tahu apa-apa berlangsung.
Sudah saatnya saling bermaafan kesalahan masa lalu. Minta maaf tak akan menjatuhkan harga diri kita. Agar bangsa ini melangkah maju ke depan tanpa memikul beban sejarah berat yang menjadi aib. Agar kita bisa hidup damai dengan semua elemen, tanpa dibumbui gorengan Gestok yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan politik untuk unjuk diri merebut emosi rakyat.
Berdamai dengan masa lalu tak akan membuat Pancasila digantikan dengan Komunisme kelak. Meskipun komunisme tetap menjadi bahaya laten. Komunisme sudah gagal, terbukti dengan runtuhnya negara komunis macam Uni Soviet. Di era globalisasi sekarang, Korea Utara pun sudah membuka diri kepada dunia, mempertegas bahwa tidak ada bangsa di dunia ini yang dapat hidup berdiri sendiri tanpa bantuan bangsa lain. Komunisme sebagai ideologi dianggap sudah tidak relevan untuk diterapkan.
Pancasila harus tetap tegak. Sebagai dasar dari penyelenggara negara, sumber dari segala sumber hukum, kepribadian bangsa, dan pandangan hidup masyarakat Indonesia. Tidak hanya komunisme yang bahaya, Liberalisme dan Kapitalisme menjadi bentuk baru dari kolonialisme dan imperialisme. Kita ini Bangsa Pancasila, yang kuat dan mandiri. Kita manusia Pancasila, yang toleran, humanis, dan tak menutup diri akan globalisasi.
Sekali lagi, berdamai dengan sejarah harus segera dilakukan. Ketika kita menjadi bangsa yang pemaaf akan sejarah kelam kita sendiri, kita telah bersiap menjadi bangsa kuat yang maju di segala bidang tanpa memikul beban berat masa lalu yang menjadi aib kita.
Sumber online :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H