Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Robby Bebas, Coy!

10 Mei 2016   19:41 Diperbarui: 10 Mei 2016   20:09 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Robby Abbas (Ilustrasi gambar : foto.tempo.co)

 
KLU Hari Ini

Pernah tahu nama ini kan? Itu lho, yang berkaitan dengan mucikari prostitusi artis. Tertarik untuk saya KLU-kan, karena 1) tentang artis, 2) tentang prostitusi gaya baru, ONLINE, 3) karena JEMBER, kota saya, termasuk kota yang tingkat POPULASI prostitusi onlinenya TERBESAR di Indonesia.

Bukan tarif puluhan bahkan ratusan juta yang menarik bagi saya, karena besaran tarif itu hanyalah berkaitan dengan ADA dan HOBI.

Bukan pula karena (isyunya) konsumen prostitusi artis ini adalah para jetset negeri ini, para pengusaha, pun (diberitakan juga) para pejabat dan politisi. Karena hanya MALAIKAT dan manusia-manusia terpilih saja yang akan terhindar dari pusaran NIKMAT ini (lihat pemberitaan tentang hal ini setahun lalu di media-media). 

Perlu disimak dengan jeli beberapa wacana sebelum prostitusi artis ini begitu marak  di Indonesia, lebih umum lagi, prostitusi begitu MENGGILA dalam perkembanganya. Masih ingat SATANIC VERSUS kan? Menurut saya, picu awal KEBANGKITAN DUNIA SYAHWAT dimulai dari sini. Sebuah novel yang menggambarkan betapa HINANYA sosok nabi Muhammad dalam kacamata ilusi si Salman Rusdie ini. Alhasil, entah kemana pengarang novel KEBLINGER ini sekarang berada. 

Yang saya tahu, kepalanya dihargai MILYARAN rupiah!

Artinya, Prostitusi memang sebuah perilaku tua, setua dunia ini ada. Tetapi jangan dijadikan advokasi sebab jika perilaku ini bukanlah hal yang  ekstra-ordinary.

Nyatanya, ketika Gang DOLLY masih buka, bu Risma pernah dilapori jika ada anak seusia SD pun harus MELAMPIASKAN SYAHWAT-nya dengan hanya berbekal uang seribu perak. PSK nenek-nenek pula yang melayani. 

Astagfirullah hal'adzim!

Kaitannya dengan Robby apa?  Jika pembaca tadi sore melihat acara TransTV, sedikit banyak akan terhenyak dengan penuturan si (mantan) MUCIKARI artis ini. 

Salah satu yang cukup menjadi perhatian saya adalah, Robby Abbas mengaku telah DITINGGAL sebagian besar sahabat-sahabatnya. SAHABAT yang pernah bersuka-ria kala aktifitas memucikari masih dalam kejayaannya.

Yah, Robby mengakui sungguh, NYATANYA hanya KELUARGA dan Tuhan yang masih setia menemaninya.

Ingin tahu nasehat dari keluarganya? "Rob, cari saja yang HALAL, yang halal tidak akan membuatmu kelaparan, yang halal tidak akan membuatmu terpuruk!"

Menetes air mata saya mendengar penuturan si ROBBY ini. Menetes air mata saya. Semoga, air mata-air mata lain pun ikut menetes pula.

Artinya, kala bersenang, berjaya, berhura-hura, berdosa-dosa, sebegitu mesra sahabat-sahabat itu terasa. Namun, ketika HANYA SETAHUN  di CIPINANG, kemesraan itu RAIB entah kemana.

Yah, teringat cerita pengalaman petugas RSCM ketika mengurus kematian seorang GAY. Yang menghadiri pemakamannnya tidak lebih dari tiga gelintir temannya. 

Kebaikan dan yang baik itu abadi dalam menyeret sebuah persahabatan. MAKA, jangan BERTOLERANSI dengan kejahatan, meski itu adalah PENGUASA YANG DIGDAYA.

Salam Indonesia jernih, teduh, dan religius.
Semoga bermanfaat.

Kertonegoro, 10 Mei 2016
Salam,

Akhmad Fauzi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun