Dimana akan kebenaran semua itu?
Saya hanya bertanya saja, "Siapa diantara pembaca, dan seluruh bangsa ini yang masih mencintai Pancasila...?".
Sungguh, ini hal yang semakin krusial untuk dipertanyakan. Karena, simposium itu bisa jadi ditafsirkan bisa mendegradasi akan KESAKTIAN PANCASIL. Tetapi, gejolak yang lebih masih lagi adalah, adanya upaya pemaksaan isme-isme dari luar agar hidup di bumi Pancasila ini.
Isme-isme itu tidak melulu dalam konteks agama, tetapi juga menyangkut budaya, sosial, ekonomi, hubungan kekerabatan (paternalisitk),, mindset memandang nilai-nilai pembangunan dan seterusnya.
Yah PROXY WAR telah berlangsung, kekuatan luar sudah memulai pertarungan, liberalisme, kapitalisme, fundmentalisme, komunisme, sekulerisme, sosialisme, dan sebagainya.
Maka, menjadi keheranan saya, ketika ada pernyataan mantan ketum organisasi kepemudaan (yang berafiliasi pada salah satu organisasi keagamaan) di negeri ini hanya lebih menyoroti dari sisi "KEWASPADAAN PADA WAHABI". Sementara LGBT, embrio-embrio atheis, antek-antek liberal, sekuler, kapital, tidak pernah ia kritisi.
Artinya, Mari jernihkan pikir. Ajak bangsa ini untuk kembali kepada falsafah negara, Panasila. Entah itu wahabi, ISIS, atheis, komunis, sosialis, liberal, sekuler, kapitalis, harus kita waspadai pergerakannya.
Kewaspadaan ini adalah upaya nyata akan semangat cinta Pancasila.
Hayo, siapa yang masih cinta Pancasila?
Salam Indonesia jernih, teduh, dan religius.
 Semoga bermanfaat
Â