Mohon tunggu...
AKHMAD FAUZI
AKHMAD FAUZI Mohon Tunggu... Guru - Ada yang sedikit membanggakan saya sebagai "anak pelosok", yaitu ketiga bersama pak JK (Jusuf Kalla) menerbitkan buku keroyokan dengan judul "36 Kompasianer Merajut Indonesia". Saya bersama istri dan ketiga putri saya, memasuki akhir usia 40an ini kian kuat semangatnya untuk berbagi atas wawasan dan kebaikan. Tentu, fokus berbagi saya lebih besar porsinya untuk siswa. Dalam idealisme saya sebagai guru, saya memimpikan kemerdekaan guru yang sebenarnya, baik guru sebagai profesi, guru sebagai aparatur negara, guru sebagai makhluk sosial.

-----Ingin tahu, agar tahu kalau masih belum tahu----- KLIK : 1. bermututigaputri.guru-indonesia.net 2. www.titik0km.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Zaskia, Itik, dan Pancasila Digoyang 

17 Maret 2016   16:13 Diperbarui: 17 Maret 2016   16:15 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Zaskia Gotik"][/caption] 

 

 

 

Benar jika kepolisian segera bergerak cepat melakukan penyidikan atas "guyonan" pemilik trade mark goyang itik ini. Respon masyarakat serta konteks yang menjadi permasalah menjadi alasan yang kuat untuk segera ditangani agar ada kejelasan motiv dari insiden (yang dianggap)  melecehkan Pancasila di sebuah televisi swasta oleh penyanyi kondang Zaskia Gotik.

Jika dilihat dari acara itu, sangat mungkin Zaskia tidak memiliki iktikad untuk melecehkan Pancasila. Apalagi ada satu lagi guyunan yang ia lakukan (juga di acara itu yang bisa dianggap melecehkan), yaitu tentang tanggal hari kemerdekaan bangsa ini, yang dijawab ringan oleh dia 32 Agustus.

Andai saja guyonan itu melibatkan segelintir orang di sebuah warung kopi atau cafe, mungkin tidak akan sedahsyat ini efeknya. Tetapi apalacur, Zaskia terlanjur mengucap hal itu (dengan lantang pula) jika dasar negara bangsa Indonesia adalah "bebek nungging". Tak ayal, acara televisi Dahsyat itupun benar-benar berekor dahsyat sekarang.

Sekumpulan LSM mulai ancang-ancang untuk melaporkan guyonan itu ke pihak berwenang. Nitizen tidak mau kalah garang. Ocehan dan postingan mereka untuk merespon atas jawaban Zaskia dari pertanyaan Deni Catur di acara infoteimen itu bergemuruh di sosial media.

Bangga rasanya memiliki bangsa yang cepat tanggap dalam merespon adanya hal-hal yang bisa mengancam wibawa falsafah bangsanya. Menjadi suatu optimisme jika bangsa ini akan bisa besar dengan (salah satunya) ikut bersama-sama menjaga kemurnian dasar negaranya. 

 

Masih teringat, berapa kagetnya kita ketika ada seorang mahasiswa yang memposting kekesalan hatinya hanya karena antri panjang di sebuah pom bensin yang bisa melecehkan ego kedaerahan. Postingan itu sempat menjadi tren tema secara nasional. Balasan dari postingan facebook itu tidak kalah garangnya. Sampai-sampai saya tulis dalam tulisan saya tentang itu, seakan kita berada di sebuah bangsa yang asing. 

Dalam tulisan saya yang lain "Falsafah Tanpa Makna" (yang termuat di koran lokal dan dibukukan menjadi satu kumpulan artikel kompasianer tentang Pancasila) menyoroti fenomena degradasi makna Pancasila ini. Hempasan budaya asing sampai pada perilaku menyimpang dari falsafah bangsa begitu kejam menerpa bangsa ini. Sehingga dikhawatirkan Pancasila tidak lagi ada maknanya. Hanya sebuah simbol kenegaraan belaka. 

Setelah melihat respon masyarakat dang sigapnya kepolisian merespon peristiwa ini, sedikit banyak tumbuh keyakinan jika bangsa ini tidak terlalu lelap ternyata.

Yak, urgensi kebutuhan sebuah dasar negara bagi sebuah bangsa yang beragam tidak bisa terbantahkan lagi. Keniscayaan bangsa Indonesia yang menghampar ribuan etnik, ragam keyakinan dan budaya, serta aneka irisan normal, mau tidak mau membutuhkan rumah besar untuk menaungi serpihan-serpihan itu. Pancasila lah rumah besar itu. 

Membaca guyonan Zaskia tersebut dengan segala aneka respon setelahnya bisa menjadi ukuran bangsa inii terhadap kadar keseriusan negara dalam memiliki dan mencintai dasar negaranya.  Kadar keseriusan cinta dan mmerasa memilik Falsafah ini senantiasa harus terus dijaga. Sebab ",goyangan" terhadap Pancasila yang dilakukan Zaskia ini tidaklah seberapa dibanding goyangan-goyangan lain yang secara riil ada di tataran kehidupan bangsa. Goyangan itu ada yang tampak ada yang terus bergerak di bawah tanah.

Pertanyaannya, seberapa peka masyarakat dan aparat merasakan goyangan-goyangan yang lebih dahsyat lagi untuk melecehkan Pancasila itu? 

Yang jelas, jika kita, masyarakat, aparat, dan negara terbuai atas goyangan-goyangan yang ada itu, dapat dipastikan akan terjadi guncangan yang dahsyat. Lebih dahsyat dari acara Dahsyat RCTI itu sendiri yang sempat sedikit tergoyang oleh si ratu goyang itik. 

 

Salam Indonesia jernih, teduh, religius, dalam falsafah Pancasila. 

Semoga bermanfaat. 

 

Kertonegoro, 17 Maret 2016 

Salam, 

Akhmad Fauzi

 

Ilustrasi : www.tribunenews.com 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun