Hukum syariah memberikan pedoman yang jelas dalam mengatur segala aspek kehidupan umat Islam, termasuk dalam transaksi jual beli dan perjanjian (akad). Salah satu prinsip utama yang terkandung dalam hukum syariah adalah keadilan, yang menjadi dasar dalam setiap transaksi ekonomi agar tidak ada pihak yang dirugikan. Dalam konteks jual beli dan akad, prinsip keadilan ini tidak hanya menjamin keseimbangan hak dan kewajiban antara para pihak yang terlibat, tetapi juga memastikan bahwa transaksi tersebut bebas dari unsur-unsur yang merugikan atau menindas.
1. Prinsip Keadilan dalam Jual Beli
Dalam transaksi jual beli menurut hukum syariah, prinsip keadilan ditegakkan dengan beberapa aturan yang memastikan bahwa transaksi berlangsung dengan adil, transparan, dan menguntungkan kedua belah pihak. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam jual beli menurut syariah antara lain:
A. Tidak Ada Penipuan (Gharar)
Hukum syariah melarang transaksi yang mengandung unsur ketidakpastian atau penipuan (gharar). Dalam jual beli, ini berarti kedua pihak harus sepakat mengenai barang yang diperjualbelikan, harga yang dibayar, serta sifat dan kualitas barang tersebut. Ketidakjelasan mengenai objek transaksi bisa menyebabkan salah satu pihak dirugikan. Oleh karena itu, transaksi yang jelas, transparan, dan tanpa penipuan merupakan prinsip utama dalam jual beli syariah.
B. Tidak Ada Riba (Bunga)
Salah satu prinsip penting dalam transaksi syariah adalah menghindari riba, yaitu keuntungan yang diperoleh tanpa adanya usaha atau kerja yang sah. Dalam jual beli, keuntungan yang diperoleh harus berlandaskan pada kerja nyata dan transaksi yang sah, bukan dengan memanfaatkan bunga atau biaya tambahan yang tidak adil. Oleh karena itu, setiap transaksi yang mengandung bunga (riba) dianggap tidak sah menurut hukum syariah.
C. Harga yang Adil dan Saling Menguntungkan
Prinsip keadilan dalam jual beli juga mengatur tentang harga yang harus saling menguntungkan antara penjual dan pembeli. Tidak ada pihak yang boleh memaksa atau menekan harga secara tidak wajar. Penjual harus memberikan harga yang wajar, dan pembeli harus memberi harga sesuai dengan kesepakatan bersama. Hal ini untuk menghindari eksploitasi atau ketidakadilan dalam transaksi.
2. Prinsip Keadilan dalam Perjanjian (Akad)
Akad merupakan kesepakatan antara dua pihak yang saling mengikat untuk melakukan suatu tindakan yang sah menurut syariah. Dalam hukum syariah, akad tidak hanya mengatur transaksi jual beli, tetapi juga perjanjian lainnya seperti sewa menyewa, pinjaman, kerja sama, dan sebagainya. Prinsip keadilan dalam akad syariah memastikan bahwa perjanjian yang dibuat tidak merugikan salah satu pihak.
A. Kesepakatan yang Sukarela dan Tanpa Paksaan
Prinsip pertama dalam akad yang adil adalah bahwa kedua pihak yang melakukan perjanjian harus secara sukarela dan tanpa paksaan. Hukum syariah menekankan pentingnya kebebasan dalam menentukan kesepakatan, dan apabila ada unsur paksaan atau tekanan, maka akad tersebut menjadi batal.
B. Keadilan dalam Pembagian Risiko dan Keuntungan
Dalam akad, prinsip keadilan juga tercermin dari pembagian risiko dan keuntungan yang proporsional. Misalnya, dalam akad murabaha (jual beli dengan keuntungan yang disepakati), baik penjual maupun pembeli harus sepakat dengan harga dan margin keuntungan yang jelas. Begitu pula dalam akad sewa (ijarah), harga sewa dan tanggung jawab pemilik serta penyewa harus diatur dengan jelas untuk menghindari ketidakadilan.
C. Menghindari Unsur Penipuan dan Kecurangan
Hukum syariah menuntut agar perjanjian yang dilakukan tidak mengandung unsur penipuan atau kecurangan (tadlis). Setiap pihak harus saling mengungkapkan informasi dengan jelas dan jujur. Misalnya, dalam akad pinjaman, pihak yang meminjamkan uang harus menjelaskan syarat-syaratnya dengan jelas, dan pihak yang meminjam harus mematuhi perjanjian yang telah disepakati.
3. Implementasi Keadilan dalam Praktik Bisnis
Dalam praktik bisnis sehari-hari, penerapan prinsip keadilan dalam transaksi jual beli dan akad syariah dapat membawa dampak yang sangat positif, baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Beberapa manfaat penerapan prinsip keadilan ini antara lain:
- Menciptakan Kepercayaan
 Dengan memastikan bahwa setiap transaksi dan perjanjian dilaksanakan dengan adil dan transparan, akan tercipta kepercayaan antara pihak-pihak yang terlibat. Hal ini sangat penting dalam membangun hubungan bisnis jangka panjang.
- Menghindari Perselisihan
Karena prinsip-prinsip syariah mengharuskan adanya kesepakatan yang jelas dan adil, potensi perselisihan dan sengketa dapat diminimalkan.
- Memberikan Keuntungan yang Berkah
Dalam pandangan syariah, keberkahan dalam bisnis diperoleh jika transaksi dilakukan dengan jujur dan adil. Bisnis yang berdasarkan pada keadilan akan membawa hasil yang lebih baik dan lebih lama bertahan.
- Meningkatkan Kesejahteraan
 Dengan mengutamakan keadilan dalam transaksi, setiap pihak yang terlibat dalam perjanjian dapat merasakan manfaat yang proporsional, baik dari sisi material maupun non-material, seperti ketenangan batin.
Kesimpulan
Prinsip keadilan dalam hukum syariah mengatur setiap transaksi jual beli dan akad dengan tujuan untuk memastikan keseimbangan antara hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, seperti kejelasan, transparansi, dan penghindaran dari unsur penipuan dan riba, hukum syariah memberikan pedoman bagi terciptanya hubungan bisnis yang harmonis dan saling menguntungkan. Keadilan ini tidak hanya bermanfaat untuk para pelaku bisnis, tetapi juga untuk masyarakat luas, karena bisnis yang dijalankan secara adil akan menciptakan kesejahteraan yang merata dan keberkahan dalam hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H