Mohon tunggu...
Tias  Anggraini
Tias Anggraini Mohon Tunggu... Lainnya - Aku Kamu dan Dia

Berkarya tebarkan Inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kado Menuju Pendewasaan

28 September 2021   10:37 Diperbarui: 28 September 2021   11:25 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Terdengar suara kritikkan amat pedas datang dari suadara ayah. Ya Allah, masalah apa lagi ini ? Saya kira ini adalah perkara sepele dan akan berlarut cepat. Hampir memakan waktu yang lama, suara itu masih mencuit. Saya, ibu, dan kakak mulai risih mendengarnya. Kakak saya sempat menenangkan orang yang bercuit. Alhamdulillah, dia paham akan kondisi kita. Mendengar itu saya sangat ingin sekali segera memperbaiiki, tapi niat baik ku dihadang oleh kakak. Dengan alasan, belum waktunya kita bertindak. Sabar ya, jangan grusak-grusuh ! nanti dikiranya karena omongan orang kita kesana. 

Hari minggu kita pergi ke rumah nenek. Berharap masalah ini terselesaikan. Sayangnya tidak, setelah mencoba untuk memperbaruhi malah menjadi buruk. Sebagai anak  kena batunya orang tua. Semua anggota keluarga saya dipermasalahkan. Saya sadar dan mengaku bersalah, lama tak mengunjungi nenek yang sedang sakit. Namun ketika, engkau mempertanyakan alasan datang ke rumah karena di suruh orang. Membuat ibu saya tersinggung, niat awal ikhlas lillahita'allah ingin mengunjungi menjadi berubah.  Kondisi ibu saya baru datang, sudah diberikan pertanyaan. Sehingga memancing emosinya dan meluapkan semua amarahnya menjadi lebih agresif. Ditambah lagi tempat yang tidak ramah. Tidak seharusnya ibu ku berkata dengan nada tinggi, teriak, dan hampir menampar wajah tante. Saya hanya bisa diam melihat kondisi. Bukannya tidak mau ikut campur, saya hanya ingin memberikan ruang untuk ibu menenangkan diri. Jika sudah tenang, saya baru mendengarkan cerita ibu baik-baik sambil memberikan masukkan. "Bu, jangan terlalu cepat emosi. Lihatkan dampak kedepannya nanti seperti apa. Tahan dulu emosinya, setelah itu bicarakan dengan baik." Walaupun terkadang saya juga masih belum terbiasa mengendalikan emosi terutama di hadapan orang tua, tapi saya ingin belajar bersama-sama untuk meminimalisir sikap tersebut. Yuk kita belajar bareng :) 

Mengelola Emosi dan Tempramen

Semua kejadian yang saya sampaikan memiliki hikmah yang berharga. Saya semakin sadar tentang pentingnya memahami diri sendiri (self-awareness). Memang emosi itu tidak bisa dikontrol, tetapi sikap kita dalam mengeluarkan emosi itu bisa kita kontrol. Kalian bisa kontrol dengan cara tarik nafas, diam terlebih dahulu, baca istighfar (resapi dan pahami artinya), berfikirlah dengan jernih, dan sampaikan dengan baik.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari kejadian tersebut : Belajarlah untuk saling memaafkan, ikhlas, diamlah dan introspeksi jika ada yang mengkritik mu. Bersyukur dan berdamai dengan sendiri. Jalani sekenario Allah dengan tersemyum dan bahagia. 

SEMOGA INI BISA MEMBANTU MU DALAM MENGATUR EMOSI MU :)

DARI CERITA DIATAS JADIKAN BAHAN PEMBELAJARAN UNTUK MENJADI MANUSIA LEBIH BAIK LAGI :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun