Mohon tunggu...
Tiara Salsabila Budi
Tiara Salsabila Budi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Development Economics Sophomore at Ahmad Dahlan University

in search of everything

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Esteem Economy dan Influencer, Dampak Berkelanjutan dari Sosial Media

10 Januari 2022   13:56 Diperbarui: 12 Januari 2022   11:51 2841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi influencer (Freepik)

Setidaknya, fenomena ini menimbulkan dampak yang cukup signifikan. Suatu tempat usaha yang menjadi 'objek' dari fenomena tersebut akan mendapatkan keuntungan sebagai akibat dari naiknya jumlah peminat, ataupun pengunjung demi sebuah pengakuan.

Meskipun, belum tentu nantinya jumlah pembeli tetap naik atau bahkan meningkat, mengingat betapa cepatnya tren berubah di kehidupan sosial pada saat ini, sehingga semakin banyak perubahan yang akan menimbulkan tren baru.

Generasi muda zaman sekarang lebih mementingkan pendapat orang lain, lebih tepatnya pengakuan dibanding dengan kebutuhan utama.

Sebut saja A, memiliki gaji Rp4.500.000 rupiah per bulan. Dengan gaji yang diberikan di akhir bulan tersebut, A menggunakannya untuk foya-foya, membeli barang yang seharusnya tidak perlu hanya karena tidak mau kalah dari B temannya, memamerkannya di sosial media hanya untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.

 Hasil dari foya-foya tersebut adalah A tidak lagi bisa menikmati gajinya sampai tanggal gajian selanjutnya, sehingga harus meminjam dana untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Inilah yang disebut sebagai perilaku konsumtif, yang begitu banyak ditemukan di negara-negara khususnya negara berkembang.

Di satu sisi, perilaku ini memberikan kontribusi positif, yaitu membantu atau mempercepat (boost) pertumbuhan ekonomi, namun negatifnya adalah perilaku tersebut membuat angka kesenjangan, kemiskinan, pengangguran bahkan kriminalitas meningkat.

Esteem economy ini tentu saja juga membawa pengaruh besar bagi usaha yang mendapatkan dampaknya. Jika kita ambil contoh, beberapa waktu lalu sebuah tempat usaha roti bantal goreng khas Bandung, terkenal karena review unik dari salah satu pelanggannya. 

Sehingga, orang pun berbondong-bondong datang karena penasaran. Padahal, bisa dibilang hanya roti khas Bandung biasa yang diviralkan dan banyak usahawan yang menjualnya juga, namun banyak yang rela antre berjam-jam hanya untuk mendapatkan 'pengakuan' atau ingin melihat langsung dan memamerkannya di sosial media.

Tentu saja hal ini mendatangkan keuntungan besar untuk usaha tersebut, namun seiring dengan berjalannya waktu, karena tidak adanya hal 'spesial' dan terkesan biasa saja, pengunjung pun berangsur kembali seperti biasa, tidak ada lagi lonjakan. 

Sehingga bisa dikatakan, esteem economy akan membawa keuntungan untuk tempat usaha. Namun kembali lagi, ekspektasi tinggi dari para pelanggan menjadi faktor penting dari fenomena tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun