Mohon tunggu...
Tiara Merdika
Tiara Merdika Mohon Tunggu... Freelancer - a stoic

Because words are energy

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

3 Misconceptions tentang Growth Mindset

12 Januari 2022   09:23 Diperbarui: 12 Januari 2022   09:31 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: pexels.com/@ron-lach

Taukah kamu bahwa kesuksesan tidak hanya diraih dengan bakat dan kemampuan saja, tetapi juga pola pikir. Seorang pengarang dan motivator Steve maraboli mengatakan bahwa ketika kita mengubah pola pikir, semua hal yang berada di luar itu akan ikut berubah karena pola pikir memengaruhi cara kita memandang dan merespon terhadap suatu hal.

Seorang professor psikologi dari Standford University yaitu Dr. Carol S Dweck menjelaskan bahwa terdapat dua pola pikir "mindset" dalam diri kita yaitu fixed mindset dan growth mindset.

Fixed mindset merupakan pola pikir yang meyakini bahwa kualitas diri berasal dari genetik dan sifatnya menetap. Sedangkan Growth mindset merupakan pola pikir yang meyakini bahwa kemampuan dasar dapat dikembangkan melalui kerja keras, strategi yang baik dan dapat dikembangkan.

Seseorang yang memiliki growth mindset akan cenderung untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuannya.

Growth mindset telah menjadi kata kunci yang banyak ditemukan dalam perusahaan. Dilansir dari Harvard Business Review, pemahaman seseorang mengenai growth mindset masih terbatas.

Berikut tiga kesalahpahaman mengenai arti growth mindset.

1. Saya sudah memilikinya, dan selalu memilikinya.

Tanpa disadari kita sering mengacaukan growth mindset dengan bersikap terbuka dan berpandangan positif bahwa kualitas yang telah kita punya akan selalu kita miliki tanpa melakukan sesuatu. Ini merupakan pola pikir pertumbuhan yang salah.

Setiap orang akan memiliki pola pikir campuran dari fixed mindset dan growth mindset. Kedua jenis mindset tersebut akan terus berkembang seiring dengan pengalaman untuk mencapai manfaat yang diinginkan.

2. Growth Mindset hanya tentang memuji dan menghargai usaha.

Sebuah penghargaan tidak hanya diberikan pada usaha seseorang, tetapi juga pada pembelajaran dan kemajuan yang telah dilakukan. Untuk menekankan proses yang dapat menghasilkan hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti mencari bantuan orang lain, mencoba strategi baru hingga memanfaatkan kemunduruan untuk bergerak maju secara efektif.

Intinya dari hal ini adalah kita harus ikut andil dan terlibat dalam sebuah proses.

3. Cukup mendukung growth mindset, hal baik akan terjadi.

Perusahaan yang mewujudkan growth mindset mendorong karyawan dalam pengambilan sebuah resiko. Mereka juga memberikan penghargaan kepada karyawan untuk pelajaran penting selama proses meskipun pada akhirnya proyek yang mereka kerjakan tidak mencapai tujuan utamanya. Mereka lebih memilih saling mendukung dari pada bersaing satu sama lain karena mereka memiliki komitmen untuk perkembangan bakat setiap karyawan. 

Meskipun kita mampu mengoreksi kesalahpahaman mengenai growth mindset, tidak mudah untuk mencapai growth mindset itu sendiri. Ketika kita menghadapi tantangan, menerima kritik, atua mendapatkan perilaku buruk dari orang lain, kita mudah terjatuh dalam pembelaan diri. Hal ini merupakan respon yang menghambat pertumbuhan.

Untuk tetap berada di zona pertumbuhan, kita perlu untuk tetap belajar dan berkolaborasi dengan sesama untuk mengejar tujuan yang menantang. Kerja keras juga diperlukan sehingga dapat memperdalam pemahaman mereka mengenai konsep growth mindset dan proses untuk mempraktikkannya.

Hal ini dapat memberikan mereka perasaan yang lebih kaya tentang siapa diri mereka, apa yang sedang diperjuangkan dan bagaimana cara mereka ingin maju.

Sumber: hbr.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun