Mawas diri adalah proses introspeksi atau merenung untuk mengenali diri sendiri dengan jujur. Dalam ajaran Ki Ageng, mawask diri adalah kunci untuk memahami dan memelihara keseimbangan batin, sehingga kita dapat hidup dengan lebih sadar dan bijaksana. Mawas diri membantu kita untuk mengidentifikasi kelemahan, kecenderungan buruk, dan potensi yang belum tergali dalam diri kita, serta memberi kesempatan untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.
Secara keseluruhan, Ki Ageng mengajarkan bahwa dengan nyowong karep (menyadari kehendak), memandu karep (mengendalikan kehendak), dan membebaskan karep (mencapai kebebasan batin), seseorang akan mencapai kedamaian yang sejati dan hidup yang penuh makna. Mawas diri adalah sarana untuk memastikan bahwa kita selalu berada pada jalur yang benar dalam perjalanan spiritual dan hidup kita secara umum.
Daftar Pustaka
 Dokpri, Etika UMB, Prof Dr. Apollo. (tanpa tahun). Materi Tugas Besar Etika. Dokumentasi pribadi.
Ki Ageng Suryomentaram. (1892-1962). Ajaran Enam "SA" dan Pangawikan Pribadi. Diterjemahkan dan dikaji oleh berbagai sumber tradisi budaya Jawa. Yogyakarta: Arsip Tradisi Kejawen.
 Supriyadi, D. (2006). Filosofi Hidup Jawa: Makna Kehidupan dalam Pandangan Ki Ageng Suryomentaram. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Santoso, S. (2012). Manusia Jawa: Nilai, Etika, dan Filosofi Hidup Tradisional. Jakarta: Balai Pustaka.
Suryomentaram, K. A. (1940). Pemahaman Rasa Manusia: Refleksi terhadap Kehidupan dan Kebahagiaan. Surakarta: Pustaka Budaya.
Magnis-Suseno, F. (1997). Etika Jawa: Sebuah Analisis Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Yogyakarta: Kanisius.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H