Kalasuba menjadi standar ideal yang diinginkan, di mana tidak ada korupsi dan semua pihak bertindak dengan integritas. Kondisi Kalasuba sangat kontras dengan situasi korupsi saat ini, yang menunjukkan betapa jauh masyarakat telah menyimpang dari nilai-nilai ideal tersebut.Mengingat kembali era Kalasuba dapat memotivasi masyarakat untuk berjuang melawan korupsi dan mengembalikan nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan.
- Kalatidha dengan korupsi
Era ini ditandai dengan meningkatnya egoisme dan kepentingan pribadi, yang merupakan akar dari banyak tindakan korupsi. Dalam era ini, nilai-nilai moral dan etika sering diabaikan, menciptakan lingkungan di mana korupsi dapat berkembang. Kondisi ketidakpastian dan kekacauan dalam era Kalatidha mencerminkan situasi di mana hukum dan aturan sering kali tidak ditegakkan dengan baik, memungkinkan korupsi untuk merajalela.
- Kalabendhu dengan korupsi
Era ini ditandai dengan kekacauan dan kehancuran, yang mencerminkan dampak buruk dari korupsi yang meluas. Dalam era ini, nilai-nilai moral dan etika runtuh, menciptakan lingkungan di mana korupsi dapat berkembang tanpa hambatan. Kalabendhu menggambarkan masa di mana kepemimpinan yang adil dan bijaksana hilang, memungkinkan praktik korupsi untuk merajalela.
Bagaimana korupsi bisa dihentikan berdasarkan Era Kalasuba, Katatidha, Kalabendhu?
Korupsi bisa dihentikan dengan pendekatan yang diambil dari tiga era menurut Ranggawarsita:
1. Kalasuba (Era Keemasan):
  - Kepemimpinan yang Adil dan Bijaksana: Pemimpin yang berintegritas tinggi dan adil dapat menciptakan lingkungan yang bebas dari korupsi.
  - Penegakan Hukum yang Kuat: Sistem hukum yang tegas dan konsisten mencegah praktik korupsi.
  - Nilai Moral dan Etika: Menghormati dan menerapkan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kalatidha (Era Ketidakpastian):
  - Pendidikan Anti-Korupsi: Meningkatkan kesadaran dan pendidikan tentang bahaya korupsi sejak dini.