Mohon tunggu...
Tiara Margaretta
Tiara Margaretta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/S1 Akuntansi/Fakultas Ekonomi Bisnis/Universitas Mercu Buana

Halo semua, Saya Tiara Margaretta Sihotang, NIM (43222010086) S1 Akuntansi di Universitas Mercu Buana Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak Mata kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TUGAS - Diskurs Gaya Kepemimpinan Menurut Pandangan Aristotle

25 Oktober 2024   00:20 Diperbarui: 25 Oktober 2024   00:20 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Mengejar Kebenaran

Komitmen untuk mengejar kebenaran adalah aspek penting lainnya dalam mengembangkan practical wisdom. Seorang pemimpin yang bijaksana harus memiliki integritas dan keberanian untuk menghadapi kenyataan, bahkan ketika kenyataan tersebut sulit atau tidak nyaman. Ini berarti tidak hanya mencari hasil yang menguntungkan, tetapi juga berusaha untuk memahami dan mengatasi masalah dengan cara yang adil dan etis. Mengejar kebenaran juga mencakup kemampuan untuk mendengarkan masukan dari berbagai pihak, termasuk anggota tim, pemangku kepentingan, dan masyarakat. Dengan membuka diri terhadap perspektif yang berbeda, pemimpin dapat memperoleh pemahaman yang lebih holistik tentang situasi yang dihadapi dan membuat keputusan yang lebih bijaksana. Proses ini juga melibatkan keberanian untuk mengakui kesalahan dan belajar dari pengalaman, sehingga pemimpin dapat terus berkembang dan meningkatkan kemampuan kepemimpinan mereka. Dalam praktiknya, mengejar kebenaran juga berarti menciptakan lingkungan di mana anggota tim merasa aman untuk berbagi pandangan dan kritik. Pemimpin harus mendorong dialog terbuka dan transparansi, sehingga setiap orang merasa dihargai dan didengar. Dengan cara ini, pemimpin tidak hanya mendapatkan informasi yang lebih baik untuk pengambilan keputusan, tetapi juga membangun budaya organisasi yang kuat dan kolaboratif.

3. Memahami Situasi dan Common Sense

Kemampuan untuk memahami situasi dengan baik adalah aspek penting dari practical wisdom. Seorang pemimpin yang bijaksana harus mampu menganalisis konteks di mana mereka beroperasi, termasuk faktor-faktor sosial, budaya, dan ekonomi yang mempengaruhi keputusan. Ini juga mencakup pemahaman tentang dinamika tim dan hubungan antar individu dalam organisasi. Selain itu, pemimpin harus memiliki common sense atau akal sehat dalam mengambil keputusan. Common sense sering kali menjadi panduan yang berharga ketika data dan informasi tidak lengkap atau ketika situasi berubah dengan cepat. Dalam dunia yang serba cepat dan kompleks, pemimpin harus mampu membuat keputusan yang tepat dengan informasi yang terbatas, dan ini sering kali melibatkan intuisi dan pengalaman. Penting untuk dicatat bahwa common sense tidak hanya berasal dari pengalaman pribadi, tetapi juga dari pemahaman yang mendalam tentang orang-orang yang terlibat. Pemimpin yang memiliki kemampuan untuk membaca situasi dengan baik akan lebih mampu menyesuaikan pendekatan mereka sesuai dengan kebutuhan dan dinamika tim. Dengan menggabungkan pemahaman situasi dengan akal sehat, pemimpin dapat mengambil tindakan yang lebih tepat dan responsif terhadap tantangan yang dihadapi.

4. Belajar dari Berbagai Macam Pengalaman

Practical wisdom tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal atau teori, tetapi juga dari pengalaman hidup dan interaksi dengan orang lain. Seorang pemimpin yang bijaksana harus terbuka untuk belajar dari berbagai pengalaman, baik yang positif maupun negatif. Ini termasuk pengalaman pribadi, pengalaman tim, dan bahkan pengalaman dari pemimpin lain atau organisasi lain. Proses pembelajaran ini melibatkan refleksi kritis terhadap tindakan dan keputusan yang telah diambil. Pemimpin harus mampu mengevaluasi hasil dari keputusan tersebut dan memahami apa yang berhasil dan apa yang tidak. Dengan cara ini, pemimpin dapat menghindari kesalahan yang sama di masa depan dan mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mencapai tujuan. Pembelajaran berkelanjutan adalah kunci untuk meningkatkan practical wisdom dan kemampuan kepemimpinan secara keseluruhan. Salah satu cara untuk memfasilitasi pembelajaran adalah dengan menciptakan budaya organisasi yang mendukung eksperimen dan inovasi. Pemimpin harus mendorong anggota tim untuk mencoba pendekatan baru, bahkan jika itu berarti menghadapi kegagalan. Dengan melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar, pemimpin dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan dan pertumbuhan. Misalnya, pemimpin dapat mengadakan sesi refleksi setelah proyek selesai, di mana tim dapat mendiskusikan apa yang berhasil dan apa yang perlu diperbaiki. Dengan cara ini, setiap pengalaman menjadi pelajaran berharga yang dapat digunakan untuk meningkatkan praktik di masa depan. Pembelajaran dari pengalaman juga mencakup kemampuan untuk mendengarkan dan menghargai masukan dari orang lain, yang dapat memperkaya perspektif pemimpin dan membantu mereka membuat keputusan yang lebih baik.

 5. Memiliki Kemampuan Devil's Advocate

Kemampuan untuk berpikir kritis dan mempertimbangkan berbagai alternatif adalah aspek penting dari practical wisdom. Seorang pemimpin yang bijaksana harus mampu berperan sebagai "devil's advocate," yaitu mempertanyakan asumsi dan keputusan yang ada, serta mengeksplorasi berbagai kemungkinan yang mungkin dihadapi. Ini melibatkan kemampuan untuk melihat situasi dari berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan dampak dari setiap keputusan yang diambil. Dengan memiliki kemampuan ini, pemimpin dapat menghindari keputusan yang terburu-buru atau didasarkan pada bias pribadi. Mereka akan lebih mampu mengevaluasi risiko dan manfaat dari setiap pilihan, serta membuat keputusan yang lebih informasional dan beralasan. Proses ini juga mendorong inovasi dan kreativitas dalam organisasi, karena pemimpin akan terbuka untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan alternatif yang mungkin tidak dipertimbangkan sebelumnya. Mengadopsi pendekatan devil's advocate juga dapat membantu pemimpin untuk mengidentifikasi potensi masalah dan tantangan yang mungkin muncul di masa depan. Dengan mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda, pemimpin dapat merumuskan rencana yang lebih komprehensif dan responsif terhadap perubahan yang mungkin terjadi. Ini juga menciptakan ruang bagi anggota tim untuk berkontribusi dengan ide-ide mereka, sehingga menciptakan kolaborasi yang lebih baik dan meningkatkan keterlibatan tim dalam proses pengambilan keputusan.

      Mengembangkan practical wisdom dalam kepemimpinan adalah proses yang kompleks dan berkelanjutan. Melalui pemahaman yang mendalam tentang tujuan, komitmen untuk mengejar kebenaran, kemampuan untuk memahami situasi, pembelajaran dari pengalaman, dan kemampuan untuk berpikir kritis, seorang pemimpin dapat meningkatkan kebijaksanaan praktis mereka dan, pada gilirannya, meningkatkan efektivitas kepemimpinan mereka. Practical wisdom memungkinkan pemimpin untuk membuat keputusan yang tidak hanya tepat secara teknis, tetapi juga etis dan berkelanjutan.

   Dalam dunia yang semakin kompleks dan dinamis, kemampuan untuk menerapkan kebijaksanaan praktis akan menjadi semakin penting bagi pemimpin yang ingin mencapai kesuksesan jangka panjang dan menciptakan dampak positif bagi organisasi dan masyarakat. Dengan mengintegrasikan lima cara ini ke dalam praktik kepemimpinan sehari-hari, pemimpin dapat membangun fondasi yang kuat untuk kepemimpinan yang bijaksana dan efektif.

desain pribadi
desain pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun