Mohon tunggu...
Fiksiana

Menyayangi Ayah Melalui Novel, Ayahku Bukan Pembohong

20 Februari 2018   15:19 Diperbarui: 22 Februari 2018   08:42 2658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Tokoh Retro, teman Dam di Akademi Gajah, digambarkan sebagai sosok yang ceplas ceplos, cerdik, waspada dan keras kepala dalam novel ini. Hal ini dapat dilihat dari cuplikan berikut.

  • "Kami menunggu pohon apel di rumah kaca hingga sekolah mulai gelap, dan tidak ada satupun buahnya yang jatuh. Tidak sabar, Retro mengusulkan memetik saja salah satu buah yang terlihat merah matang." (hal 121)

  • "Aku teman sekamarmu, bagaimana mungkin namaku tidak ada?" Retro berseru sebal... "Namaku harus ada!" Retro mengancam, tangannya bergerak cepat, hendak merampas kertas di tanganku." (hal. 208)

     Dalam novel ini, jalan cerita disajikan dalam bentuk plot campuran. Ada alur maju dan juga mundur. car apenulisannya menarik , tetapi sedikit sulit dipahami baca par apemula pembaca novel. Hal ini dapat diidentifikasi dari cuplikan berikut.

  • "Dua hari berlalu. Sejauh ini tidak banyak lagi teman yang sibuk bertanya soal sang Kapten kepadaku." ( hal 95)

  • "Malam itu, hingga dua tahun ke depan, kisah tentang sang Kapten menyingkirkan cerita-cerita lain. (hal 18)

  • "Kemarin aku dan Retro sengaja mengambil dua buku itu, dengan perhitungan ketika petugas tahu, kami sudah jauh di kota masing-masing." (hal 170)

  • "Tiga puluh tahun lalu. "Kau sudah mengantuk, Dam?" Ayah tertawa menatapku. Aku menggeleng kuat-kuat. "(hal 10)

     Dalam penyajiannya, Novel Ayahku Bukan Pembohong didominasi oleh empat titik penting yang menjadi pusat dari pembangunan cerita. Empat tempat itu terdiri dari Akademi Gajah, rumah sakit, pemakaman, dan ruang keluarga. Hal ini dapat dilihat dari cuplikan berikut

  • "Tetapi di atas segalanya, setelah enam bulan tahun ketigaku di Akademi Gajah berjalan luar biasa, perubahan paling besar adalah untuk pertama kalinya aku memilik harapan mengumpulkan uang yang cukup banyak." (hal 210)

  • "Sepanjang lorong rumah sakit, dokter menjelaskan situasi.  Ayah belum siuman. Mereka belum serius atau tidak." (hal 286)

  • "Antrean pelayat mengular panjang. Pemakan ini dihadiri walikota, keluarga besar Jarjit, teman-teman sekolahku, teman-teman klub renang, tetangga, kolega, dan kenalan Ayah yang sebagian besar tidak kukenali." (hal 297)

  • "Di ruang keluarga, Zas dan Qon bereut posisi memijat bahu Ayah." (hal 34)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun