Mohon tunggu...
Cerpen

Cerpen | Serpihan Itu

14 Maret 2017   09:46 Diperbarui: 20 Maret 2017   00:00 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Serpihan Itu

Cahaya matahari mulai meredup ditutupi awan, rinai hujanpun mulai berjatuhan di luar jendeala.Hal ini membuatku kembali kepada kenangan sedih itu. Kenangan yang membuat hatiku hilang dalam perasaan bersalah dan perlahan perasaan ini menghancurkan hidupku.

Saat ini aku berpikir, ada kah cara untuk memutar waktu?  Jika hal ini hanya terjadi sekali dalam hidupku, walaupun saat itu adalah waktu terakhir yang kupunya. Itu sudah cukup bagiku.

Saat itu,,,,

Sore yang cerah menyambutku dari depan pintu, aku yang berencana membawa Pang Pang anjing kesayanganku untuk berjalan-jalan ke taman kota, tempatnya tidak jauh dari rumahku, eh maksudnya rumah Bibi Mery. Aku dan Pang Pang ingin melepaskan stress akibat membuat kesalahan sepele, yang membuat Bibi Mery bertingkah menjengkelkan lagi.

Menurutku kesalahan yang aku buat tidak terlalu fatal, karena aku kan tidak merencanakannya.Aku hanya tidak sengaja menjatuhkan makanan Kenni yang letaknya 3 jengkal di atas kepalaku. Mungkin karena Kenni adalah hamster kesayangannya, dia jadi seperti itu kepadaku.

Aku berpikir, kalau aku tidak  memberi makan Kenni maka aku yang akan kelaparan karena Bibi Mery. Karena aku tidak mau kelaparan hari ini, maka aku memungut kembali makanan yang jatuh tadi dan memberikannya kepada Kenni. Beberapa saat setelah aku memberi makan Kenni, Bibi Mery pulang dari perusahaan kecil yang ia miliki.

“Kenni , how are you baby?” kata Bibi Mery sambil menuju ke kandang Kenni di pojok ruangan. Ia langsung memeluk Kenni dan melihat makanan Kenni yang jorok dan berantakan di mana-mana. Tiba-tiba ia melihat ke arahku dengan tatapan yang menjijikan itu, “Hei Mila, apa yang kau berikan kepada Kenni? Kau pikir Kenni ini apa? Ia tidak bisa memakan makanan sampah seperti ini. Kenni ayo kita pergi ke rumah sakit, aku tidak mau kamu kanapa-kenapa”. Katanya sambil mengelus bulu hewan bergigi jonggos itu. “Alah, alay banget si loe!” kataku dalam hati.

Sore ini, setidaknya cuacanya tidak menjengkelkan seperti Bibi Mery. Aku dan Pang Pang berjalan-jalan di taman sambil mencari udara segar yang dapat mengubah mood ku dan Pang Pang. Kami berjalan-jalan di taman tanpa memperhatikan waktu. Tidak terasa langit mulai menjadi gelap. Suasana di taman berubah dari suasana ceria menjadi senyap. Tiba-tiba aku melihat Pang Pang menatapku, air mataku jatuh dengan sendirinya. Karena hal ini, perasaanku menjadi tidak enak.

Beberapa saat kemudian, Bibi Mery menghampiriku dan Pang Pang di taman sambil tergesa-gesa. Tampak dari wajahnya terpancar kegelapan nenek lampir yang sangat bernafsu untuk menghabisiku. Setiap detiknya kecepatan kaki Bibi samakin bertambah. Karena aku bingung, aku hanya menunggu Bibi untuk datang menghampiriku. 

Jaraknya denganku semakin dekat, baru terlihat di mataku kalau bibi membawa sebuah benda yang melantulkan cahaya dan itu adalah pisau. Aku panik, aku mulai melangkahkan kakiku untuk menjauh. Tapi tiba-tiba, bibi berlari sambil berteriak , “ Kubunuh kau!!” karena aku takut, lariku tidak terkontrol, Pang Pang yang berlari di belakangku seakan-akan berpacu lari denganku seperti biasanya. Karena lariku tidak terkontrol akupun terjatuh dan Bibi Mery menebaskan pisau itu ke depan wajahku. Pada saat itu juga, Pang Pang berlari ke pelukanku.

Darah Pang Pang mengalir ke wajahku. Air mataku tidak dapat mengalir, perasaan di hatiku sudah tidak dapat kukendalikan lagi, emosiku memuncak, pikiranku sudah tidak jernih lagi dan sekarang aku hanya dapat melihat wajah Pang Pang dimana air mata menetes dari kedua matanya yang besar. 

Setelah Bibi Mery menusuk Pang Pang, kulihat ia sangat seperti orang yang kehilangan arah. Ia tertawa sambil berlari menjauhiku. Dia berlari ke jalan raya dan tiba-tiba truk sampah menabrak Bibi Mery, hingga ia tidak dapat bergerak lagi. Bisa dikatakan dia meninggal di tempat saat itu juga. Yang terpikir di benakku saat  itu hanyalah, Pang Pang pasti bahagia sekarang. Karena ia dapat membalas Bibi Mery di sana.

Setelah aku mengalami peristiwa yang membuat driku hampir gila ini, aku membawa jasad Pang Pang ke Taman Impian, tempat dimana aku selalu bermain bersamanya. Aku menggali tanah dengan tangan kosong dan meletakkan jasad Pang Pang disana. Tanganku penuh dengan luka akibat gesekan tanah dan bebatuan yang tajam.

Setelah aku menguburnya,  aku berjalan pulang ke rumah bibi. Sesampainya aku di rumah bibi, aku melihat makanan Kenny yang berserakan di lantai. Setelah kuperhatikan dengan jelas. Kulihat ada banyak serpihan kaca di dalamnya, saat itu di hatiku berkata, “ Inilah yang dirasakan Bibi Mery.” Perasaan yang membunuh diriku karena kehilangan Pang Pang ini, dirasakan juga oleh Bibi Mery.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun