Mohon tunggu...
Tiara Juniarti
Tiara Juniarti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Aktif IPB Univesity

Perkenalkan saya adalah mahasiswa dari departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen angkatan 57

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Remaja Alami Stres dan Kelelahan akibat Peralihan Metode Belajar di Masa Pandemi dan New Normal

21 April 2022   14:15 Diperbarui: 19 Mei 2022   09:04 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: manlumajang.sch.id

      Oleh: Uchy Nurillia Fidya Latif, Tiara Juniarti, Tri Ana Setyoningsih, Tsabita Fiddiini Sunyono 

Dosen Pengajar: Dr. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si dan Ir. Moh. Djemdjem Djamaludin, M.Sc

Ilmu Keluarga dan Konsumen, IPB University

Masuknya Covid-19 ke Indonesia pada Maret tahun 2020 silam memberi dampak bahkan melumpuhkan beberapa sektor di Indonesia, salah satunya sektor pendidikan. Sekolah hingga perguruan tinggi ditutup, sehingga muncul kebijakan belajar dari rumah oleh pemerintah yang diterapkan sejak Maret 2021. Terjadi peralihan metode pembelajaran yang awalnya secara tatap muka menjadi secara daring.

Pembelajaran daring merupakan metode belajar yang tidak dibatasi oleh perbedaan waktu  dan  jarak, dilaksanakan melalui bantuan platform digital  berbasis  internet, tanpa ada pertemuan secara fisik antara pendidik dan peserta didik (Putra dan Irwansyah 2020). Sementara itu, penurunan angka kasus Covid-19 yang terjadi pada awal tahun 2022 telah mendorong pemerintah untuk menetapkan kebijakan pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) kembali dengan mengedepankan protokol kesehatan dan keselamatan yang ketat baik di sekolah maupun perguruan tinggi (Kemendikbud 2021).

Peralihan metode pembelajaran tersebut memberi dampak bagi para siswa, salah satunya berupa rasa stres yang dialami sebagian siswa remaja. Kondisi psikologis para remaja yang notabenenya masih rentan dan mudah terganggu diperparah dengan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung untuk melakukan aktivitas seperti biasa. Terdapat beberapa sumber stres atau stressor yang menjadi penyebab timbulnya stres pada remaja selama pelaksanaan pembelajaran daring dan PTM.

Pada pembelajaran daring, siswa mengalami kendala seperti jaringan dan kebisingan di rumah yang dapat mengganggu konsentrasi dan memori, selain itu waktu bertemu secara langsung dengan teman dan orang lain berkurang sehingga mengakibatkan krisis percaya diri serta rasa bosan dan jenuh. Pada PTM, remaja harus beradaptasi dengan keadaan baru seperti belajar dengan menerapkan protokol kesehatan, adanya instruksi untuk diam di rumah sepulang sekolah, serta tugas sekolah yang melebihi kapasitas diri.

Stres apabila diartikan secara positif dapat menimbulkan motivasi untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Namun, stres yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak buruk yang membahayakan, bukan hanya pada tubuh tetapi juga mental dan jiwa. Menurut Kemenkes (2018), stres pada remaja dapat memberikan dampak pada tubuh dan perasaan. Dampak pada tubuh yang dirasakan, seperti merasa kelelahan; kesulitan tidur; makan berlebih atau tidak nafsu makan; sakit atau nyeri pada kepala, leher dan bahu; serta sakit perut. Sementara itu, dampak pada perasaan yang timbul akibat stres, antara lain perasaan sedih, cemas, dan khawatir; lebih mudah marah dan kehilangan kesabaran; dan sulit berkonsentrasi dalam pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengelolaan atau manajemen stres dan kelelahan yang baik pada siswa remaja.

Manajemen stres dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengelola stres agar dapat dikendalikan dan dikontrol sehingga tidak menimbulkan efek yang berkepanjangan dan merugikan diri sendiri (Rahmawati et al. 2021). Usaha manajemen stres yang dilakukan oleh remaja adalah berusaha untuk menguasai, memberikan toleransi, memperkecil, dan mengurangi tekanan, baik eksternal maupun internal, termasuk konflik-konflik yang menyertai, khususnya konflik yang menguras sumber daya dalam diri individu.  Beberapa manajemen stres yang dapat diterapkan oleh remaja selama pelaksanaan PTM di tengah situasi pandemi adalah sebagai berikut:

1. Berusaha lebih mengenal diri sendiri

Mengenal diri sendiri memiliki arti mengetahui kekuatan, kelemahan, dan hal-hal yang disukai atau tidak disukai yang dapat membantu remaja untuk menentukan strategi yang dilakukan untuk mengurangi stres (Barseli et al. 2020). Hal yang dapat dilakukan untuk mengenal diri sendiri seperti jujur kepada diri sendiri, berdialog dengan diri sendiri tentang apa yang sebenarnya ingin dicapai, dan menulis jurnal.

2. Menjalin komunikasi 

Komunikasi penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, dan menghindarkan diri dari tekanan atau ketegangan (Watuliu 2015). Meskipun harus menerapkan social distancing, remaja tetap bisa saling terhubung, berkomunikasi, dan berinteraksi menggunakan perangkat elektronik yang ada. Teknologi yang semakin canggih dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk saling menguatkan dalam melewati situasi pandemi Covid-19. Komunikasi dapat dilakukan dengan orang-orang terdekat seperti keluarga dan sahabat.

3. Mencoba beradaptasi dan menerima situasi yang terjadi

Manajemen stres lain yang dapat diterapkan oleh remaja dalam menghadapi pembelajaran tatap muka pada saat pandemi Covid-19 adalah mencoba beradaptasi. Adaptasi adalah mekanisme pertahanan dengan cara menyesuaikan diri dalam mengatasi tekanan lingkungan sekitar untuk dapat bertahan pada situasi yang tidak diinginkan (Elizabeth 2021). Adaptasi yang dilakukan oleh pelajar saat pembelajaran tatap muka pada masa pandemi Covid-19 antara lain dengan memakai masker, tidak berkumpul dengan sesama, dan menjaga kebersihan, dan menjaga jarak.

4. Memberikan self reward kepada diri sendiri

 Manajemen stres dapat dilakukan dengan cara memberikan reward atau penghargaan kepada diri sendiri atas segala usaha atau pencapaian yang telah dilakukan. Menghadapi pembelajaran tatap muka pada saat pandemi Covid-19 bukanlah hal yang mudah, banyak remaja yang dihantui dengan rasa cemas dan takut yang berakibat pada konsentrasi belajar remaja. Oleh karena itu, memberikan reward kepada diri sendiri sangatlah penting, hal ini menandakan bahwa dirinya sanggup untuk bertahan di masa-masa seperti ini. Reward atau penghargaan yang bisa diberikan yaitu dengan cara me time (menghabiskan waktu untuk diri sendiri dengan melakukan hal-hal yang disukai) seperti nonton film, memasak, melukis. Selain itu, membeli barang atau makanan yang disukai. Namun, self reward ini jangan dijadikan alasan untuk melakukan perilaku yang konsumtif, jadikan self reward ini sebagai pemacu semangat untuk tetap belajar lebih giat.

Semua orang, terutama para remaja, tentunya tidak ada yang siap dalam menghadapi pandemi yang datang secara tiba-tiba, namun pada akhirnya semua harus tetap berdamai dengan cara menerima keadaan yang terjadi saat ini. Situasi yang ada dapat diterima dengan lapang dada apabila kita dapat melihat sisi positif dari adanya pandemi, seperti waktu bersama keluarga yang menjadi lebih banyak karena adanya kebijakan pembelajaran daring dan work from home yang dikeluarkan pemerintah. Maka dari itu, diharapkan para remaja dapat mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain, baik kepada orang tua maupun saudara. Orang tua juga diharapkan dapat memberikan perhatian lebih pada anak remajanya, seperti lebih sering mengajak berbicara atau menghabiskan waktu melakukan kegiatan bersama di rumah. Hal tersebut akan membuat remaja merasa diperhatikan dan tidak merasa menghadapi situasi sulit ini sendirian. Selain waktu bersama keluarga lebih banyak, sisi positif dari adanya pandemi ialah mengajarkan kita dasar-dasar menjaga kesehatan, seperti rajin mencuci tangan, berolahraga minimal dua kali sehari, serta makan makanan yang bergizi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun