Mohon tunggu...
Tiara Firgishanda Ipaenin
Tiara Firgishanda Ipaenin Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Live is to lived, not regretted.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jejak Peninjau UMKM Desa Mulyoarjo

9 Januari 2023   20:44 Diperbarui: 9 Januari 2023   20:47 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lawang -- Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) digadang sebagai salah satu pilar perekonomian nasional. UMKM merupakan wujud yang baik dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan yang dapat direncanakan baik oleh pemerintah, pihak swasta, maupun pelaku usaha perorangan. Dengan adanya UMKM suatu daerah juga dapat menciptakan produk kreatif yang dapat dikenal dan memberikan peluang bisnis bagi pelaku usaha di daerah tersebut. Selain itu, UMKM juga dapat menunjukkan ciri khas atau mem-branding citra pada masing-masing daerah.

UMKM sendiri bukanlah suatu hal yang baru, dengan adanya kemajuan teknologi dan informasi menjadikan pertumbuhan UMKM sendiri sangat pesat. Tak terkecuali di Desa Mulyoarjo, Kecamatan Lawang.

Munculnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Desa Mulyoarjo menjadikan salah satu wadah pekerjaan yang perlu dikembangkan lagi. Hal ini dikarenakan potensi yang ada pada desa tersebut bisa dijadikan sebagai peluang UMKM baru. Yang menarik disini adalah pada Desa Mulyoarjo, banyak sekali produk rumahan yang terkesan sederhana namun lumayan laku di pasaran lokal. Kami dari kelompok KKM-Reguler 93 UIN Malang telah melakukan survei pada beberapa UMKM di Desa Mulyoarjo, dan menemukan fakta menarik tersebut.

Walaupun masih kurangnya media untuk promosi atau bahkan sekedar mem-branding produknya, produk yang dihasilkan oleh UMKM di Desa Mulyoarjo diminati oleh masyarakat. Hal ini bisa menjadi sebuah modal yang nantinya dengan penambahan atau upgrading dalam segi promosi dan pemasaran, sehingga nantinya mampu membuat UMKM di Desa ini berkembang dengan pesat.

Ada dua UMKM yang kami datangi, yaitu usaha pembuatan keripik pisang dan keripik tempe sagu. Dua UMKM tersebut dijalankan oleh salah dua warga lokal Desa Mulyoarjo sendiri. Kami juga sedikit mengulik pembuatan daripada kedua usaha tersebut. Mungkin akan kami sertakan juga penjelasan terkait keduanya.

Pertama, kami datang langsung ke tempat pembuatan keripik tempe sagu. Usaha ini dijalankan oleh Pak Bambang, yang kebetulan beliau juga merupakan kepala dusun Pakutukan. Dari beliau juga kami mengetahui beberapa UMKM yang ada di desa ini. Usaha ini beliau rintis mulai tahun 2020-an. Beliau dibantu oleh 4 orang pekerja, yang masing-masing mempunyai tugas berbeda, di antaranya adalah sebagai pembuat keripik tempe sagu, penggoreng keripik tempe sagu, dan pengemasan.

Pemasaran dari produk tersebut masih dilakukan secara langsung, di mana produk akan dijual di warung, toko oleh-oleh, ruko terdekat, atau bahkan akan ada pengepul yang datang untuk memesan produk tersebut yang nantinya akan dijual kembali. Sampai saat ini produk tersebut sudah tersebar di Malang, Sidoarjo, dan sebagainya. Keinginan untuk menjual produk tersebut pada e-commerce masih belum dilakukan, sebab masih terbatasnya SDM pada UMKM tersebut.

Berdasarkan pengamatan kami pun, usaha tersebut masih terbilang kecil. Namun untuk usaha seukuran itu, usaha ini terbilang cukup maju walau pemasaran hanya di pasaran lokal saja. Selain itu, produk ini sudah terdaftar ke'halal'an-nya. Hal tersebut merupakan hal yang patut menjadi pertimbangan dan penting untuk diperhatikan. Walaupun kita tahu, pembuatan keripik tempe sagu ini sudah pasti menggunakan bahan-bahan yang halal, namun untuk menjaga kepercayaan dari konsumen, Pak Bambang mendaftarkan produknya untuk memperoleh sertifikasi halal.

Pak Bambang juga menceritakan varian dari produk usahanya, rasa utama dari produk ini adalah original, untuk bentuknya bisa saya visualisasikan dengan foto di bawah ini.

Produk keripik tempe sagu
Produk keripik tempe sagu "Almira" (dokpri)

Beliau pun menuturkan bahwasanya, dalam proses pengemasan tidak menutup kemungkinan ada keripik yang pecah menjadi dua atau beberapa bagian, beliau tidak akan kehabisan ide dengan memanfaatkan keripik tersebut menjadi beberapa varian rasa, seperti balado dan sebagainya. produk-produk yang dari berbagai varian itu akan dijualkan di warung-warung terdekat. Hal tersebut juga untuk mengurangi kerugian yang nantinya akan diperoleh. Sepanjang masa usaha yang beliau rintis, hanya ada sebagian kecil produk yang diretur karena terjadi kerusakan produk atau sejenisnya. Namun beliau sangat bersyukur, sebelum masa expired date (4 bulan dari pembuatan), produk usahanya telah terjual habis. 

Pemilik usaha yang berbahan dasar tempe dan berasa gurih itu berharap bahwasanya dengan adanya bantuan branding dari kelompok KKM-Reguler 93 UIN Malang, pemasaran produk usahanya dapat dikenal oleh berbagai kalangan dan tersebar luas.

Kedua, kami juga mendatangi produksi rumahan keripik pisang aneka rasa yang dirintis oleh Bu Menik. Kami juga melihat secara langsung proses pembuatan dari pengupasan hingga pengemasan produk. Yang menarik adalah awal mula beliau mendirikan usaha ini, di mana beliau awalnya hanya memanfaatkan buah pisang pemberian kakaknya yang banyak. Walaupun telah dibagikan kepada para tetangganya, buah pisang masih tersisa banyak. Oleh karena itu beliau memanfaatnya menjadi keripik pisang. Beliau merasa bahwa usaha pembuatan keripik pisang merupakan sesuatu yang menjanjikan pada masa itu (sekitar tahun 2015-an). Namun, seperti yang kita tahu bahwasanya sempat terjadi krisis di Indonesia, yaitu pandemi covid-19, hal tersebut juga berdampak pada pemasaran dari produk tersebut yang terpaksa vakum sementara.

Hampir sama halnya dengan pemasaran keripik tempe sagu, pemasaran dari produk ini masih secara langsung. Produk akan dijual pada toko oleh-oleh atau para pembeli akan datang langsung ke rumah Bu Menik untuk membeli produknya. Berdasarkan pernyataan beliau, keripik pisang yang diproduksinya lebih laku terjual menjelang hari raya lebaran. Sebab produknya akan dibeli sebagai hidangan hari raya umat muslim itu atau sebagai oleh-oleh pulang kampung.

Ada berbagai varian rasa yang tersedia, mulai dari gurih, manis, hingga cokelat. Hal tersebut diharapkan agar produk tersebut juga dapat dijangkau oleh berbagai kalangan. Untuk bentuk dan produk dari keripik pisang tersebut akan saya visualisasikan pada foto di bawah ini.

Produk keripik pisang
Produk keripik pisang "Marimary" (dokpri)

Produk tersebut juga telah bersertifikasi halal. Jadi, untuk para pembeli tidak perlu merasa ragu dengan produk yang satu ini.

Selain kami melakukan survei dan melihat proses pembuatan dari kedua produk ini, kami juga sempat melakukan bincang-bincang ringan dan bertukar ide. Mulai dari bagaimana produk dapat dipasarkan agar jangkauan lebih luas, kondisi selera pasaran saat ini, hingga saran terkait dengan produk yang diharapkan dapat menarik minat pelanggan lebih banyak lagi.

Banyak juga hal yang kami dapatkan, tentu saja salah satunya adalah mengenai kehidupan UMKM di Desa ini. Yang tentunya dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru atau bahkan memberikan manfaat juga pada sekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun