Mohon tunggu...
Tiara Firgishanda Ipaenin
Tiara Firgishanda Ipaenin Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Live is to lived, not regretted.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jejak Peninjau UMKM Desa Mulyoarjo

9 Januari 2023   20:44 Diperbarui: 9 Januari 2023   20:47 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beliau pun menuturkan bahwasanya, dalam proses pengemasan tidak menutup kemungkinan ada keripik yang pecah menjadi dua atau beberapa bagian, beliau tidak akan kehabisan ide dengan memanfaatkan keripik tersebut menjadi beberapa varian rasa, seperti balado dan sebagainya. produk-produk yang dari berbagai varian itu akan dijualkan di warung-warung terdekat. Hal tersebut juga untuk mengurangi kerugian yang nantinya akan diperoleh. Sepanjang masa usaha yang beliau rintis, hanya ada sebagian kecil produk yang diretur karena terjadi kerusakan produk atau sejenisnya. Namun beliau sangat bersyukur, sebelum masa expired date (4 bulan dari pembuatan), produk usahanya telah terjual habis. 

Pemilik usaha yang berbahan dasar tempe dan berasa gurih itu berharap bahwasanya dengan adanya bantuan branding dari kelompok KKM-Reguler 93 UIN Malang, pemasaran produk usahanya dapat dikenal oleh berbagai kalangan dan tersebar luas.

Kedua, kami juga mendatangi produksi rumahan keripik pisang aneka rasa yang dirintis oleh Bu Menik. Kami juga melihat secara langsung proses pembuatan dari pengupasan hingga pengemasan produk. Yang menarik adalah awal mula beliau mendirikan usaha ini, di mana beliau awalnya hanya memanfaatkan buah pisang pemberian kakaknya yang banyak. Walaupun telah dibagikan kepada para tetangganya, buah pisang masih tersisa banyak. Oleh karena itu beliau memanfaatnya menjadi keripik pisang. Beliau merasa bahwa usaha pembuatan keripik pisang merupakan sesuatu yang menjanjikan pada masa itu (sekitar tahun 2015-an). Namun, seperti yang kita tahu bahwasanya sempat terjadi krisis di Indonesia, yaitu pandemi covid-19, hal tersebut juga berdampak pada pemasaran dari produk tersebut yang terpaksa vakum sementara.

Hampir sama halnya dengan pemasaran keripik tempe sagu, pemasaran dari produk ini masih secara langsung. Produk akan dijual pada toko oleh-oleh atau para pembeli akan datang langsung ke rumah Bu Menik untuk membeli produknya. Berdasarkan pernyataan beliau, keripik pisang yang diproduksinya lebih laku terjual menjelang hari raya lebaran. Sebab produknya akan dibeli sebagai hidangan hari raya umat muslim itu atau sebagai oleh-oleh pulang kampung.

Ada berbagai varian rasa yang tersedia, mulai dari gurih, manis, hingga cokelat. Hal tersebut diharapkan agar produk tersebut juga dapat dijangkau oleh berbagai kalangan. Untuk bentuk dan produk dari keripik pisang tersebut akan saya visualisasikan pada foto di bawah ini.

Produk keripik pisang
Produk keripik pisang "Marimary" (dokpri)

Produk tersebut juga telah bersertifikasi halal. Jadi, untuk para pembeli tidak perlu merasa ragu dengan produk yang satu ini.

Selain kami melakukan survei dan melihat proses pembuatan dari kedua produk ini, kami juga sempat melakukan bincang-bincang ringan dan bertukar ide. Mulai dari bagaimana produk dapat dipasarkan agar jangkauan lebih luas, kondisi selera pasaran saat ini, hingga saran terkait dengan produk yang diharapkan dapat menarik minat pelanggan lebih banyak lagi.

Banyak juga hal yang kami dapatkan, tentu saja salah satunya adalah mengenai kehidupan UMKM di Desa ini. Yang tentunya dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru atau bahkan memberikan manfaat juga pada sekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun