Kembalinya kesuburan perempuan pada keadaan pasca persalinan tidak terduga dan kadang dapat terjadi sebelum datangnya menstruasi. Rata-rata pada ibu yang tidak menyusui, ovulasi terjadi pada 45 hari pasca persalinan atau lebih awal dan 2 dari 3 ibu yang tidak menyusui akan mengalami ovulasi sebelum datangnya menstruasi.
Lebih dari 95% ibu pascapersalinan ingin menunda kehamilan berikutnya paling sedikit 2 tahun lagi, atau bertujuan untuk menjaga jarak kehamilan berikutnya atau membatasi jumlah anak yang dilaksanakan dalam masa nifas.
KB Paska Persalinan adalah pemanfaatan atau penggunaan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan sampai 6 minggu atau 42 hari sesudah melahirkan.
Prinsip pemilihan metode kontrasepsi sesuai pilihan pasangan suami istri, sesuai indikasi, dan tidak mempengaruhi produksi Air Susu Ibu.
Mengapa perlu ikut ber KB?
- Mengatur jarak dan mencegah kehamilan agar tidak terlalu dekat (minimal 2 tahun setelah melahirkan). Mengatur jumlah anak agar ibu tidak terlalu sering melahirkan (sebaiknya tidak lebih dari tiga)
- Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
- Menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi dan balita.
- Ibu memiliki waktu dan perhatian yang cukup untuk dirinya sendiri, anak dan keluarga
 Metode kontrasepsi jangka panjang:
 Metode kontrasepsi jangka panjang sangat efektif untuk jangka waktu yang lebih lama.
1. Metode Operasi Wanita (MOW)
Tubektomi merupakan metode kontrasepsi mantap bagi pasangan yang ingin membatasi jumlah anak. Bagi ibu yang bersalin dengan Sectio Caesaria, tubektomi dapat dilakukan sesaat setelah bayi dikeluarkan. Bagi ibu yang bersalin secara normal, tubektomi dapat dilakukan dengan teknik laparoskopi (bedah di rongga perut dengan sayatan minimal). Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi).Tubektomi dapat dilakukan maksimal 1 minggu pasca persalinan. Lewat dari waktu tersebut, tubektomi paling cepat dilakukan 4 minggu setelah persalinan. Tubektomi tidak akan mengganggu produksi ASI, sehingga dapat digunakan bagi ibu menyusui.
2. Metode Operasi Pria (MOP)
MOP merupakan metode kontrasepsi mantap yang ditujukan untuk pria bagi pasangan yang ingin membatasi jumlah anak. MOP dapat dilakukan kapan saja dan tidak efektif segera (WHO menyarankan kontrasepsi tambahan selama 3 bulan setelah prosedur, kurang lebih 20 kali ejakulasi), atau dengan kata lain menjadi lebih efektif setelah 3 bulan pasca prosedur.
3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/ spiral/ IUD)
IUD merupakan metode pilihan kontrasepsi jangka panjang yang efektif hingga 5-10 tahun (tergantung jenisnya). IUD dapat dipasang 10 menit setelah plasenta terlepas dari rahim atau maksimal 48 jam pasca persalinan. Lewat dari waktu tersebut, paling cepat dilakukan 4 minggu setelah persalinan dengan menggunakan AKDR copper T, sedangkan jenis noncopper memerlukan penundaan sampai 6 minggu pasca persalinan.
IUD tidak mengganggu produksi ASI, sehingga dapat digunakan bagi ibu menyusui. Efek samping yang dapat terjadi adalah perubahan pola atau jumlah haid, nyeri perut, dan peningkatan cairan (sekret) vagina.
4. Implan (Alat Kontrasepsi Bawah kulit)
Pemasangan implan disarankan 4 minggu pasca persalinan. Metode ini tidak menggangu produksi ASI, sehingga dapat digunakan bagi ibu menyusui. Efek samping yang dapat muncul adalah perubahan pola atau jumlah haid, peningkatan berat badan, nyeri kepala, mual, dan perubahan mood. Jangka waktu penggunaan 3 tahun.
Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang:
Non metode kontrasepsi jangka panjang sangat efektif dengan pemakaian yang benar dan perlu pengulangan.
1. Kontrasepsi suntikan progestin/ Depo Medroxy Progesteron Acetat (DMPA)
Suntik 3 bulan diberikan pada minggu pertama (7 hari) atau minggu keenam (42 hari) pascapersalinan terbukti tidak menimbulkan efek negatif terhadap menyusui maupun perkembangan bayi. Untuk ibu menyusui, tidak disarankan menggunakan suntikan 1 bulan, karena akan mengganggu produksi ASI.
2. Pil Progestin/ Minipil
Pil KB merupakan metode kontrasepsi hormonal jangka pendek. Pil progestin dapat mulai diberikan dalam 6 minggu pertama pasca persalinan, namun bagi wanita yang mengalami keterbatasan akses terhadap pelayanan kesehatan, minipil dapat segera digunakan dalam beberapa hari (setelah 3 hari) pasca persalinan. Pil KB progestin (mini pil) aman digunakan bagi ibu menyusui. Sedangkan, pil KB kombinasi tidak dapat diberikan pada ibu menyusui, karena akan mengganggu produksi ASI. Efek samping yang dapat muncul adalah peningkatan berat badan, gangguan pola atau jumlah haid, dan nyeri perut.
3. Kondom
Merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual; terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau atau mempunyai bentuk seperti putting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya yang dipasang pada penis saat hubungan seksual; (misalnya penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual.
Tipe kondom terdiri dari:
- Kondom biasa
- Kondom berkontur (bergerigi)
- Kondom beraroma
- Kondom tidak beraroma
Kondom untuk pria sudah cukup dikenal namun kondom untuk wanita walaupun sudah ada, belum populer dengan alasan ketidak nyamanan (berisik)
Kondom merupakan metode kontrasepsi barrier (penghalang) jangka pendek yang digunakan pada pria. Kondom apabila digunakan secara baik dan benar akan sangat efektif sebagai alat kontrasepsi.
Referensi:
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi 3. Jakarta, 2013
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Praktikum Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana: Sri Rahayu, S.Kep., Ns., M.Kes., Ida Prijatni, S.Pd., M.Kes. Jakarta, 2016