Kerangka kerja yang diberikan oleh paradigma berpikir coaching menekankan pengembangan coachee, keterbukaan, kesadaran diri yang kuat, dan kemampuan untuk melihat peluang masa depan. Untuk mencapai hasil yang optimal, coaching menggunakan prinsip-prinsip seperti kolaborasi, proses kreatif, dan maksimalisasi potensi. Kompetensi inti coaching seperti kehadiran penuh, mendengarkan aktif, dan kemampuan mengajukan pertanyaan berbobot.
Metode yang komprehensif untuk membimbing coachee menuju pertumbuhan dan pengembangan diri adalah percakapan berbasis coaching dengan Alur TIRTA, yang melibatkan kalibrasi, refleksi, pemecahan masalah, dan perencanaan. Umpan balik berbasis coaching menjadi alat yang sangat berguna untuk memberikan dukungan konstruktif, baik melalui data valid maupun pertanyaan reflektif.
Supervisi akademik adalah kumpulan tugas yang bertujuan untuk mempengaruhi guru dan kegiatan pembelajaran di kelas. Pengembangan keterampilan berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap orang adalah dua paradigma utama dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, supervisi akademik bukan hanya evaluasi; itu adalah proses pemberdayaan yang membantu guru memperbaiki kemampuan mereka dan memaksimalkan potensi pembelajaran di sekolah.
Supervisi akademik, sebagai serangkaian aktivitas, bertujuan memberikan dampak langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran di kelas. Dalam pelaksanaannya, dua paradigma utama menjadi pilar utama, yaitu pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu. Dengan demikian, supervisi akademik bukan hanya evaluasi, tetapi sebuah proses pemberdayaan yang memperkuat kemampuan setiap pendidik untuk mencapai prestasi maksimal dan memaksimalkan potensi pembelajaran di sekolah.
4. Penerapan ( Future)
Setelah menyelami modul 2.3, saya merasa begitu bermotivasi untuk mengaplikasikan tiga kompetensi inti dalam seni coaching: kehadiran yang tulus, mendengarkan dengan sepenuh hati, dan mengajukan pertanyaan berbobot dalam setiap dialog coaching. Bagi saya, ini adalah panggilan spiritual untuk merancang rencana, merenung, menyelesaikan masalah, dan melakukan kalibrasi, menjadi ritus refleksi diri yang mengangkat jiwa ke dimensi yang lebih dalam.
Dalam memberikan umpan balik, saya berusaha menjembatani setiap momen dengan paradigma berpikir dan prinsip coaching, melihat setiap kesempatan sebagai peluang untuk menyentuh kebijaksanaan dan memberikan inspirasi. Rangkaian supervisi akademik yang saya terapkan diarahkan oleh landasan kuat paradigma berpikir coaching, menjadi fondasi yang mengokohkan upaya saya dalam mendukung pertumbuhan dan pembelajaran.
Namun, saya tak berhenti di situ. Dengan semangat yang berkobar, saya mengejar keunggulan dalam seni coaching. Saya percaya bahwa setiap latihan, setiap praktik coaching dengan rekan sejawat, murid, dan siapapun yang membutuhkan bimbingan, adalah perjalanan menuju kebijaksanaan yang lebih tinggi. Setiap momen latihan adalah peluang untuk menambah jam terbang, menyerap pengalaman, dan menciptakan ruang bagi pertumbuhan.
Saya berharap dapat menjadi coach yang sangat kompeten melalui pengetahuan yang saya peroleh. Saya ingin menerapkan coaching tidak hanya dengan rekan sejawat saya, tetapi juga dengan siswa dan orang-orang di sekitar saya untuk mencari cara kreatif untuk mengatasi masalah. Setiap langkah dari perjalanan ini semoga berdampak positif bagi orang-orang yang saya bimbing dan dorong untuk menjadi yang terbaik dalam hidup mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H