Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

"Selamat Menunaikan Ibadah Puasa", Ucapan Solidaritas

14 April 2021   00:15 Diperbarui: 14 April 2021   07:28 2099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diambil dari kalderanews.com

Ada yang menarik tahun ini. Pertama, empat puluh hari yang lalu, umat Katolik menjalankan masa puasa dan pantang dengan beberapa pedoman yang telah digariskan ajaran Gereja. Selama masa puasa, seluruh umat melakukan pertobatan dan pemeriksaan batin serta berkomitmen menjadi manusia baru. Dan, masa pertobatan ini ditutup dengan hari kebangkitan Yesus Kristus.

Sebelum memulai masa puasa, beberapa teman dan kenalan non-kristiani memberikan ucapan "Selamat Memulai dan Menjalani Masa Puasa!" Memang, di masa puasa sebelumnya pun ada yang mengucapkannya. Tapi, kali ini sudah lebih banyak. Diriku senang, bahwa bibit-bibit solidaritas itu pelan-pelan tumbuh. 

Apalagi, saat Minggu Paskah, 4 April 2021 yang lalu. Sederetan ucapan Selamat Paskah masuk ke notif ibox medsos saya. Wah, makin senang. Rasa cemas karena teror di Minggu Palma berubah menjadi suka cita atas tali persaudaraan jarak jauh. Ada solidaritas dalam duka, ada solidaritas dalam suka, meski bukan mereka yang mengalaminya.

Kedua, setelah kami (umat kristiani) merayakan Paskah dan menjalani masa paskah selama tujuh pekan, saudara-saudari kaum Muslim memulai masa puasanya. Pemerintah menetapkan 1 Ramadhan 1442 H pada 13 April 2021, kemarin. Memang, cara berpuasa orang Kristen dan Islam berbeda. Tapi, yang mau dicapai adalah kemenangan atas godaan yang melanggar puasa (dan pantang). Tidak mudah. Justru niat dan ketulusan hati akan selalu didatangi bisikan untuk melanggar puasa.

Oleh karena situasi ini, saya berinisiatif menyampaikan ucapan solidaritas bagi seluruh teman dan kenalan. Semoga mereka tetap setia dan kuat menjalankan amanah puasa yang digariskan dalam agamanya hingga sampai pada hari kemenangan.

***

Tidak ada salahnya untuk saling menyampaikan ucapan keagamaan. Allah memberikan kapasitas untuk berkata-kata, berpikir, bertindak, merasa, dan bersolidaritas kepada setiap orang. Yah, mari dioptimalkan. 

Dengan saling menyampaikan ucapan seperti itu, jalinan tali persaudaraan (yang saling berbeda) akan makin kuat. Solidaritas makin tumbuh. Warna perbedaan akan semakin cerah dan indah. Malahan, kalau ada yang anti untuk saling memberikan salam, orang demikian perlu dinasihati dan dicerahi budinya agar tidak keliru dan sesat.

Menarik bagi saya tulisan di kaos produksi Official Kompas. "Berbeda-beda di dunia maya, nyatanya kita satu saudara". Kata berbeda-beda dan satu saudara ditulis dengan huruf tebal. Pasti ada maknanya! Kalau boleh menebak, maksud dari cetak tebal kata-kata tersebut tidak lain dari yang saya tafsirkan di atas. 

Umat manusia terlahir dalam keunikan, keotonomian, dan kebebasannya. Ia bebas pilih ini atau itu. Tidak ada yang melarang. Namun, kebebasan itu janganlah sampai pada fanatisme yang keras. Contoh, hanya diriku, hanya aku dan kau, hanya kami, hanya keluargaku, hanya kelompokku, dan sebagainya. Yang lain diabaikan atau dianggap tidak ada. Bukan.

Kita mesti ingat, bahwa masih ada orang lain yang menjadi saudara. Entah perbedaannya tipis atau tebal, dia tetap saudara. Malahan satu saudara! Yakni saudara manusia.

Untuk itu, sebagai satu saudara, kita perlu solid. Kita perlu membangun solidaritas yang kuat, walau berbeda-beda, walau tidak sama. Salah satunya adalah dengan peduli pada peringatan keagamaan saudara itu. Simpel kok, ngak rumit amat.

***

Di rumah pendidikan para calon pastor dan komunitas para pastor, selalu saja ada karyawan yang beragama Islam. Komunikasi baik dan lancar. Biasanya, saat sudah masa puasa, pastor akan memberikan ucapan, "Selamat Berpuasa ya Pak De!" Inilah salah satu tanda solidaritas, meski bukan pastor yang menjalani masa puasa. Tapi, Pak De yang menerima ucapan itu merasa diperhatikan dan didukung untuk menjalankan peringatan keagamaannya dengan semangat.

Tentu, si Pak De tidak akan diam. Ia akan menjawab, "Terima kasih, ya Pastur!" Ia senang. Lalu, sembari puasa ia kerja di pos kerjanya. Hatinya berseri-seri dan berbunga-bunga menjalani masa puasanya.

Kepekaan dan rasa solidaritas seperti ini sudah terlatih. Tidak menjadi hal baru atau tabu.

***

Maka, tidak salah dan keliru berbagi kasih dan perhatian bagi orang-orang yang berbeda dengan kita. Mereka adalah saudara kita, meski berbeda. Dengan mengucapkan kata-kata sederhana: "Selamat ....!" kita secara tak langsung merajut tali solidaritas yang kuat mengikat.

Apalagi di masa pandemi ini, semua makin serba sulit dan terbatas. Masa puasa pun semakin mendapat tantangannya. Tak banyak yang bisa kita lakukan. Dengan prokes yang ketat, kita diharapkan tidak ini, tidak itu, jangan ini, dan jangan itu. Akan tetapi, kesulitan macam ini tidak menutup pintu kreativitas manusia.

Beribu jalan menuju Roma. Masih ada cara lain untuk mengatasinya. Kecanggihan media elektronik, kenapa tidak dimanfaatkan? Dengan media yang maju ini, apa yang jauh bisa menjadi dekat. Maka, manfaatkanlah itu untuk menabur kasih dan solidaritas kepada sesama saudara (yang berbeda). Sapaan yang singkat sungguh memberikan dampak yang kuat.

"Selamat Menunaikan Ibadah Puasa" bagi para Kompasianer dan pembaca Kompasiana yang menjalankannya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun