Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berjuanglah Sampai "Maliklik"!

24 Maret 2021   22:43 Diperbarui: 24 Maret 2021   23:05 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

"Kekalahan itu bukan akhir dari segalanya, melainkan pintu masuk menuju kemenangan"

Bagi teman-teman yang masih belum berhasil, kalimat di atas dapat dijadikan motivasi atau penyemangat dalam perjuangan. Kalau ditelaah secara lebih tajam dan logis, ada benarnya juga ungkapan tersebut.

Kalah bukan berarti berakhir. Masih ada peluang lain yang barangkali belum diperhatikan. Bisa jadi itu jauh lebih meyakinkan, daripada tetap bercokol pada satu keinginan yang sulit untuk didapatkan. Dengan pernah kalah, seseorang pasti telah merasakan berharganya nilai peluang dan kerja keras. Di dalam kekalahan, ada pula nilai yang bisa dibuat menjadi pegangan ke depan sebagai siasat menaklukkan pertandingan yang lain.

Barangkali, dengan latihan dan tekun mengasah hal yang masih kurang dikuasai, teman-teman akan lebih terampil dan hati-hati lagi menyelesaikan ujiannya. Pokoknya, jangan pernah letih latihan. Teruslah mengulangi pelatihan itu agar semakin mantap, seperti dikatakan pepatah Latin: Repetitio est mater studiorum (Pengulangan adalah ibu/inti dari sebuah pelajaran). Maka, berlatihlah dengan lebih serius dan keras!

***

"Maliklik"

Di dalam bahasa Batak Toba ada satu kata menarik untuk memacu latihan yaitu maliklik. Kata ini kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi terkelupas. Di dalam kalangan orang Toba, kata maliklik bisa digunakan secara denotasi untuk kulit yang terkelupas, contoh "Awas/Jaga, so tung maliklik kulitmi! (Hati-hati, jangan sampai terkelupas kulitmu!). Atau secara konotasi dipakai untuk menggambarkan perjuangan yang tidak tanggung-tanggung, tetapi serius, bahkan sampai sehabis-habisnya, a.k.a sampai titik darah penghabisan (sudah maksimal, optimal lagi!), contoh "Ikkon sampe maliklik! (Harus sampai sehabis-habisnya!)"

Memang betul, perjuangan yang sungguh optimal dan maksimallah yang akan menuntun seseorang sampai pada kemenangan atau keberhasilan. Jika tidak ada pengorbanan dan usaha untuk berhasil, omong kosong seseorang bisa sukses dan meraih cita-citanya. 

Kalau teman-teman masih gagal dalam satu bidang, pelajarilah lagi kiat-kiat mencapai kesuksesan di bidang itu. Kreatiflah menyusun strategi sendiri (atau jembatan keledai) agar lebih mengena ke pola pikir pribadi. Banyaklah belajar dari orang yang sudah berpengalaman. Rendah hatilah untuk mencari inspirasi dari para pemenang yang sudah lulus. Pendek kata, sampai maliklik lah dalam berusaha!

Lantas, apakah teman-teman yang sudah berhasil bisa berleha-leha? Eittsss... jangan! Itu namanya sombong. Tetaplah bertekun dan berusaha sampai maliklik! Keberhasilan atau kemenangan yang telah kalian raih tidak ada artinya kalau tidak dikembangkan lebih jauh dan besar lagi. Keberhasilan dalam ujian hanyalah satu tahap dari sekian tahap panjang yang harus dilalui. Ibarat mau masuk ruangan, kalian baru membuka pintu saja, belum melangkah masuk.

Kalian harus melewati pintu pekerjaan. Di sana akan lebih banyak persaingan. Kalau di pasar kerja tidak bisa mendapat posisi yang baik, tentu kalian akan minder. Tentu orang lain akan mengeluh, "Ahhh. Percumanya bla bla bla bla. Tohnya gitu kerjanya! atau Tohnya belum dapat kerja dia! atau Tohnya gitu-gitu ajah hidupnya!" Maka, tetaplah berjuang dan berusaha dengan tekun dan keras. Buktikan kepada khalayak ramai, bahwa kemenangan itu adalah milikmu. Buktikan itu lewat prestasi dan kreativitasmu. Bagikanjuga itu kepada orang lain agar makin banyak orang yang termotivasi. 

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun