1. Setiap bab harus tuntas dibaca. Saya tidak tuntut harus selesai dalam satu hari. Berapa lama waktu dibutuhkan itu terserah dia. Yang penting, setelah satu bab selesai, saya akan minta dia buat satu pengalaman dan deskripsinya yang terobati oleh buku itu. Tidak panjang, palingan setengah halaman A4 yang harus dikirim ke email. Saya minta dia bercerita kembali sembari membaca tulisannya itu. Lalu, saya bertanya tentang motivasi apa yang didapatnya. Begitu berlanjut hingga ke bab 12. Sebanyak bab itu pulalah refleksinya lahir dan motivasinya bertambah.
2. Setiap hari, ia mesti memosting satu kalimat inspiratif tentang hal positif dan kebahagiaan. Bebas dari tokoh siapa dan kalimatnya apa. Alangkah lebih baik kalau kalimat inspiratif itu adalah buah permenungannya sendiri berdasar pada buku psikologi positif itu.
3. Sekali seminggu, saya minta dia untuk berbagi satu clip video lucu dan inspiratif  yang ditontonnya. Kembali, ia harus mencoba mencari konten video tentang melatih berpikir positif.
4. Setiap hari, saya minta dia untuk baca empat atau lima ayat Kitab Suci yang berfokus pada tokoh Ayub (masuk dalam deretan Perjanjian Lama). Ayub adalah tokoh biblis yang punya begitu banyak tantangan. Ia dicobai oleh isteri dan teman-temannya. Namun, Ayub tetap teguh dan percaya pada penyelenggaraan Allah. Setia berdoa dan bersikap positif. Akhirnya, ia menang dan mendapat rahmat yang berlipat ganda dari Allah. Tentu ini akan menginspirasinya agar tidak terjerumus dalam overthinking yang menjatuhkan dirinya sendiri.
5. Saya selalu sapa dan tanya kabarnya setiap hari. Saya tanya hal positif apa yang dijumpainya selama satu hari. Sekali-sekali, teman yang membantu juga demikian. Tidak lama, agar ia merasa tetap didampingi dan tidak merasa sendirian.
6. Saya mengingatkannya untuk tidak lupa berdoa dan latihan menenangkan diri (lewat meditasi). Kedua hal ini akan memulihkan batinnya yang sudah down karena ditekan oleh stres yang tak karuan. Hal, nilai, dan motivasi positif yang dialaminya harus diendapkan di batinnya.
Evaluasi
Proses pendampingan ini pun berlangsung hampir satu setengah bulan. Setelah sistem berlangsung dan selesai, saya kembali minta rekan tersebut datang ke komunitas. Kami buat semacam evaluasi; apa hal positif yang diperoleh dan apa yang masih kurang.
Rekan saya itu menyampaikan bahwa ia sungguh terbantu dan tertolong dengan metode yang saya dan teman sekomunitas buat. Cara ini dirasanya tidak mengawang, tidak terlalu tinggi, namun menyentuh dan kena ke peristiwa yang dialami. Materi yang ada di buku sungguh menolongnya untuk mencoba menjadi insan bersyukur dan berpikiran positif atas peristiwa sulit yang dirasakannya.
Kisah inspiratif dari tokoh biblis juga meneguhkan imannya. Dengan bacaan ini, dia merasa bahwa sisi religiusitasnya kembali kuat dan segar. Sekali lagi, kisah hidupnya dilihat memiliki warna yang hampir serupa dengan kisah hidup Ayub. Untuk itu, kesetiaan dan keteguhan pada iman akan membawa sukacita berlimpah.
Ia sudah menjadi dirinya sendiri. Ia merasa seperti punya semangat yang telah hidup kembali. Rekan saya telah berhasil keluar dari lembah keputusasaannya. Ia sudah siap berhadapan dengan kesulitan yang akan dihadapinya. Ia sendiri merasa bahwa wajahnya sudah ada di cover buku yang saya berikan; tertawa dengan plong dan lega.
Ia sudah punya trik mengatasinya. Dari pengalaman sulitnya sendiri, ia mendapat jalan dan kreativitas menundukkan tantangan agar tidak menguasainya. Bahkan, ia berkomitmen akan menjadi seorang pendamping bagi siapa saja yang dilihatnya frustrasi berat dan tidak yakin diri menjalani kehidupannya. Saya senang!