Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengatasi Overthinking dengan Psikologi Positif

20 Maret 2021   15:34 Diperbarui: 20 Maret 2021   15:38 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Designecologist dalam pexels.com

"Bahagia itu, bukan karena tidak ada masalah, tetapi karena kemampuan untuk menghadapi masalah" (Pepatah kuno tentang kebahagiaan)

Mau tak mau, dalam kehidupan yang sangat kompleks ini, setiap orang akan selalu terbentur dengan situasi sulit. Ada hal yang dapat dilalui dengan mudah, tanpa menguras banyak waktu, materi, tenaga, dan usaha. Tapi, ada juga hal yang sungguh sulit dan untuk dilalui apalagi ketika orang yang menghadapinya tak sanggup mengatasinya. Maka, ia akan terjerumus kepada overthinking.

Hal serupa pernah terjadi kepada seorang kerabat saya. Ia mengkontak nomor saya dan spontan bilang, "Maaf, sedang sibuk kah?". Lalu, saya menjawab, "Tidak. Kenapa? Ada yang bisa saya bantu?". "Aku mau curhat. Rasanya, beban hidupku berat sekali dan aku ngak tahu mau buat apa" kata dia dengan suara yang berat karena baru saja menangis meratapi perkara hidupnya.

Saya ajak dia untuk tenang dahulu sembari olah pernafasan. Setelah beberapa menit, saya persilakan dia bercerita. Ia memanfaatkan waktu yang sungguh terbatas. Ia uraikan semua gejolak yang dialaminya satu per satu dengan tersedu-sedu. Hampir dua jam ia menceritakannya. Namun, saya harus potong pembicaraan, karena ada pelayanan yang harus dilaksanakan. Kami sepakat untuk menyambung pembicaraan di lain waktu. Ia akan menentukan waktu yang tepat untuk datang ke komunitas kami. 

Buku Psikologi Positif

Sebelum pertemuan, saya coba periksa kembali rak buku. Saya ingat satu buku yang menurut saya bagus dan cocok untuk rekan saya tadi. Bukunya masih baru. Terbit pada 2016 yang lalu. Judul buku itu adalah Psikologi Positif: Pendekatan Saintifik Menuju Kebahagiaan. Buku ini ditulis oleh Iman Setiadi Arif dan diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Kompas Gramedia Building. Sudah dicetak dua kali, pertama pada Mei 2016 dan kedua Oktober 2016. 

Buku ini terdiri atas 12 Bab. Bab 1 berisi Pengantar Psikologi Positif. Bab 2 mengulas Authentic Happines dan Eudaimonia. Bab 3 menjabarkan Konstruksi Ilmiah Authentic Happines dan Flourishing. Bab 4 memaparkan Positive Emotions. Bab 5 berbicara tentang Emosi Positif dalam Rentang Waktu. Di dalam bab 6 ada Emosi-emosi Positif yang Terkait dengan Sikap Masa Kini. Pada bab 7 ada Emosi Positif yang Terkait dengan Sikap pada Masa Depan. Sementara itu di bab 8 termuat Engagement. Bab 9 menjelaskan Positive Relationship. Bab 10 memuat Attachment, Empati, Cinta. Bab 11 menerangkan Accomplishment. Sementara bab 12 menampilkan Meaning of Life.

Cover buku (dokpri)
Cover buku (dokpri)
Walau tema-tema ditulis dalam bahasa Inggris, namun penulis buku memaparkan tulisannya dengan bahasa Indonesia. Jadi, siapa saja bisa mengkonsumsi isi buku ini dengan lebih mudah. Soal dimengerti atau tidak, itu tergantung pada usaha pembaca mencari tahu.

Saya sudah beberapa kali membaca buku ini dan merasa terinspirasi untuk mampu mengolah diri secara positif di tengah kesulitan yang dialami. Saya baca ulang agar inti sari dari buku ini lebih saya kuasai untuk menolong rekan yang sedang kesulitan.

Pendampingan yang kontinu

Tibalah pertemuan pertama. Terjadi pada Februari 2019 yang lalu. Kembali saya persilakan dia mengutarakan semua kepenatan yang dirasakannya. Setelah dia selesai, tibalah giliran saya. Bukan untuk memberikan tanggapan serius atas curahan hatinya (curhat), tapi saya berikan masukan positif yang bisa dilakukan sejenak atas apa yang dirasakan.

Lalu, saya letakkan buku itu di meja. Saya minta dia untuk melihat sejenak tampilan fisik buku, terutama cover depan. Di cover itu ada gambar karikatur wajah orang yang tersenyum lebar dan tampak bahagia. Menarik untuk mengamatinya. Saya katakan, "Gambar itu menyimpan sejuta makna yang harus kita gali bersama!"

Saya berjanji untuk menemani dia bangkit dari overthinking-nya yang sudah sangat membuatnya down. Pertemuan itu hanya menjadi pintu bagi pertemuan selanjutnya. Yang penting dia mau dibantu bukan hanya oleh saya, tetapi teman yang lain yang saya minta memotivasi dia. Ini saya lakukan agar tidak ada relasi eksklusif dengan rekan saya itu.

Sistemnya

1. Setiap bab harus tuntas dibaca. Saya tidak tuntut harus selesai dalam satu hari. Berapa lama waktu dibutuhkan itu terserah dia. Yang penting, setelah satu bab selesai, saya akan minta dia buat satu pengalaman dan deskripsinya yang terobati oleh buku itu. Tidak panjang, palingan setengah halaman A4 yang harus dikirim ke email. Saya minta dia bercerita kembali sembari membaca tulisannya itu. Lalu, saya bertanya tentang motivasi apa yang didapatnya. Begitu berlanjut hingga ke bab 12. Sebanyak bab itu pulalah refleksinya lahir dan motivasinya bertambah.

2. Setiap hari, ia mesti memosting satu kalimat inspiratif tentang hal positif dan kebahagiaan. Bebas dari tokoh siapa dan kalimatnya apa. Alangkah lebih baik kalau kalimat inspiratif itu adalah buah permenungannya sendiri berdasar pada buku psikologi positif itu.

3. Sekali seminggu, saya minta dia untuk berbagi satu clip video lucu dan inspiratif  yang ditontonnya. Kembali, ia harus mencoba mencari konten video tentang melatih berpikir positif.

4. Setiap hari, saya minta dia untuk baca empat atau lima ayat Kitab Suci yang berfokus pada tokoh Ayub (masuk dalam deretan Perjanjian Lama). Ayub adalah tokoh biblis yang punya begitu banyak tantangan. Ia dicobai oleh isteri dan teman-temannya. Namun, Ayub tetap teguh dan percaya pada penyelenggaraan Allah. Setia berdoa dan bersikap positif. Akhirnya, ia menang dan mendapat rahmat yang berlipat ganda dari Allah. Tentu ini akan menginspirasinya agar tidak terjerumus dalam overthinking yang menjatuhkan dirinya sendiri.

5. Saya selalu sapa dan tanya kabarnya setiap hari. Saya tanya hal positif apa yang dijumpainya selama satu hari. Sekali-sekali, teman yang membantu juga demikian. Tidak lama, agar ia merasa tetap didampingi dan tidak merasa sendirian.

6. Saya mengingatkannya untuk tidak lupa berdoa dan latihan menenangkan diri (lewat meditasi). Kedua hal ini akan memulihkan batinnya yang sudah down karena ditekan oleh stres yang tak karuan. Hal, nilai, dan motivasi positif yang dialaminya harus diendapkan di batinnya.

Evaluasi

Proses pendampingan ini pun berlangsung hampir satu setengah bulan. Setelah sistem berlangsung dan selesai, saya kembali minta rekan tersebut datang ke komunitas. Kami buat semacam evaluasi; apa hal positif yang diperoleh dan apa yang masih kurang.

Rekan saya itu menyampaikan bahwa ia sungguh terbantu dan tertolong dengan metode yang saya dan teman sekomunitas buat. Cara ini dirasanya tidak mengawang, tidak terlalu tinggi, namun menyentuh dan kena ke peristiwa yang dialami. Materi yang ada di buku sungguh menolongnya untuk mencoba menjadi insan bersyukur dan berpikiran positif atas peristiwa sulit yang dirasakannya.

Kisah inspiratif dari tokoh biblis juga meneguhkan imannya. Dengan bacaan ini, dia merasa bahwa sisi religiusitasnya kembali kuat dan segar. Sekali lagi, kisah hidupnya dilihat memiliki warna yang hampir serupa dengan kisah hidup Ayub. Untuk itu, kesetiaan dan keteguhan pada iman akan membawa sukacita berlimpah.

Ia sudah menjadi dirinya sendiri. Ia merasa seperti punya semangat yang telah hidup kembali. Rekan saya telah berhasil keluar dari lembah keputusasaannya. Ia sudah siap berhadapan dengan kesulitan yang akan dihadapinya. Ia sendiri merasa bahwa wajahnya sudah ada di cover buku yang saya berikan; tertawa dengan plong dan lega.

Ia sudah punya trik mengatasinya. Dari pengalaman sulitnya sendiri, ia mendapat jalan dan kreativitas menundukkan tantangan agar tidak menguasainya. Bahkan, ia berkomitmen akan menjadi seorang pendamping bagi siapa saja yang dilihatnya frustrasi berat dan tidak yakin diri menjalani kehidupannya. Saya senang!

Maka:

"Bahagia itu, bukan karena tidak ada masalah, tetapi karena kemampuan untuk menghadapi masalah" 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun