Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hal-hal yang Bisa Kita Pelajari dan Aplikasikan dari Dokumen Abu Dhabi

4 Februari 2021   16:26 Diperbarui: 4 Februari 2021   18:10 2213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

5. Menekankan upaya pendidikan yang sehat dan kepatuhan pada nilai-nilai moral dan ajaran agama yang benar.

6. Nilai kebebasan untuk berkeyakinan, berpikir, dan berekspresi serta bertindak harus dipahami sebagai bagian HAM. Demikian pula keadilan diupayakan sesuai dengan martabat setiap manusia.

7. Anak-anak dan orang miskin juga punya HAM yang harus dilindungi dan dijaga. Tidak boleh diabaikan.

Harapan Paus Fransiskus pada Peringatan Dokumen Abu Dhabi 2021

Sebuah situs resmi Vatikan menyuguhkan berita bahwa Paus, selama audiensi umum Rabu (3/02) mengundang semua bangsa di dunia ini untuk turut serta dalam perayaan peringatan ini. Juga, Paus mengharapkan agar semua turut mempromosikan dan dialog interreligius dan interkultural. Dialog menjadi jalan yang mematangkan kesadaran dan pemahaman umum yang dibagikan oleh seluruh umat manusia.

Apa Saja yang Dapat Kita Lakukan sebagai Tindak Lanjut dari Dokumen Abu Dhabi?

Dokumen Abu Dhabi sungguh inspiratif; berlaku bagi siapa saja, bukan hanya Katolik dan Islam, tetapi untuk umat manusia secara universal. Apa yang berlaku secara universal itu? Manusia tercipta saling terhubung dengan siapa dan apa saja; tidak ada yang diciptakan secara eksklusif untuk diri sendiri atau kelompoknya dan acuh dengan yang lain; manusia memiliki humility secara transendental yang harus diwujudnyatakan; dan manusia perlu menjalin relasi harmonis dengan ciptaan Tuhan selain manusia. Untuk itu perlu:

Pertama, menumbuhkembangkan paham dan spirit satu umat dan keluarga manusia yang memiliki martabat yang sama di hadapan Sang Pencipta. Tampaknya, sisi humanitas bisa menjadi jalan pertama untuk bisa menerima satu sama lain. Kalau jalinan relasi pertama sekali dilihat dalam hubungan satu agama, suku, jenis kelamin, dan kepentingan, rasanya kesatuan akan terpatahkan.  

Kedua, terimalah kenyataan bahwa "manusia" bukan hanya diri sendiri, orang tua, kerabat, dan yang punya kesamaan dengan kita. Orang lain yang beragam statusnya pun adalah manusia juga; baik kaya, miskin, terpandang, dan terabaikan adalah manusia. Martabat kita sama.

Ketiga, setiap manusia pasti punya hak dan kewajiban. Tugas kita adalah menghargai itu. Kalau bisa, kita diundang untuk memfasilitasi orang lain agar dapat menikmati haknya. Mengajari orang lain untuk menunaikan kewajiban juga termasuk dalam usaha pembinaan. Hak dan kewajiban setiap orang itu beranekaragam, efek logis dari sifat yang berbeda-beda dan keunikan manusia. Jangan hanya menuntut orang lain untuk kewajiban, tetapi bercerminlah sudah sejauh dan sebanyak mana kita tunaikan kewajiban kita.

Keempat, agar suasana damai dan tenang bisa terjadi, tinggalkan egoisme dan merasa benar sendiri. Lalu, binalah sikap dialog dan konsultasi dengan orang yang sudah dicap ini dan itu oleh orang lain. Ini sangat perlu, agar konsep jelek yang sudah ditanamkan orang lain di pikiran kita kena tebas dan diganti dengan pemikiran positif tentang perbedaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun