Tepat pada 2 Januari 2015 yang lalu, sudah enam tahun berlalu, mereka bersyukur pada Tuhan yang atas usia 50 tahun pernikahan mereka. Golden (Wedding) Anniversary dalam bahasa Indonesia dikatakan sebagai pesta emas pernikahan.Â
Luar biasa! Ini adalah suatu kebahagiaan yang tak terdefinisikan. Kebahagiaan yang digelar di Hotel Jayakarta, Jl. Hayam Wuruk Jakarta menjadi berlipat ganda, karena Pak Tjipt dan Bu Rose mendapatkan sertifikat Golden Anniversary dari Paus Fransiskus.Â
Para rekan dan keluarga telah mengusahakan yang terbaik agar sertifikat ini menjadi suatu rahmat dan berkat yang diterima keluarga Pak Tjipt pada momen itu. Tentu, mendapat sesuatu dari Vatikan adalah sebuah kebanggaan sekaligus berkat apalagi tidak banyak yang mendapatkan Golden Anniversary dari Paus. Dan ini memang dirasakan keluarga Pak Tjipt.
Selain sebagai pesta dan syukuran, Golden Anniversary menjadi kesempatan untuk memotivasi keluarga yang lain (muda, junior, dan senior) untuk menghayati nilai luhur perkawinan, satu dan tak terceraikan dalam suka dan duka, dalam untung dan malang. Mengarungi bahtera rumah tangga bersama orang yang dicintai, sebenarnya adalah kebahagiaan karena didasari pilihan sendiri. Manis dan pahitnya kehidupan dicicipi bersama dan satu hati untuk mencari yang terbaik. Walau tak selalu indah, yah itulah kehidupan.Â
Maka, dibutuhkan suatu momen untuk membarui kembali semangat dan janji yang telah diikrarkan. Dengan ini, cinta pasangan suami istri diteguhkan dalam menghadapi gejolak kehidupan. Pak Tjipt dan Bu Rose telah melakukannya di pesta emas pernikahan mereka. Apakah salah kalau kita belajar dari sini?
Belajar dari Golden Anniversary Pak Tjiptadinata dan Bu Rose TjiptadinataÂ
Pertama, mengucapkan janji pernikahan itu mudah. Namun, apakah banyak yang bisa bertahan dan setia dalam menghidupinya dalam suka dan duka, dalam untung dan malang?Â
Terkadang, kita bisa menikmati kenyamanan dan situasi enak dalam keluarga. Suami atau istri dapat nafkah yang lebih, ada orang yang memberikan perhatian yang luar biasa, anak-anak semuanya baik dan berprestasi, dan sebagainya.Â
Tapi, terkadang, situasi sulit dan pedih menerpa rumah tangga. Suami atau isteri dipecat dari tempat kerja, sakit, tak tahu dapat uang dari mana, anak tiba-tiba terjun ke dunia yang jahat, dan sebagainya.Â
Di sinilah, janji kesetiaan itu diuji. Mereka yang memang saling mencintai dan komit untuk setia, pasti akan dapat melalui semua ini dan menariknya, sama-sama bahagia dalam kesederhanaan dan ala kadarnya.Â